°Chapter Empat°

236 25 1
                                    

Happy Reading Guys
🍀🍀🍀

°
°
°
°
°

Tubuh menggigil disertai sakit kepala yang serasa habis dihantam batu besar membuat pria itu tidak mampu membuka matanya untuk sekedar melihat siapa orang yang kurang kerjaan membuat ponselnya terus berdering sejak belasan menit lalu

Dengan mata terpejam Esa berusaha mencari keberadaan ponselnya dan menjawab panggilan itu, tidak lama setelah ponselnya menempel di telinga suara lembut namun terkesan panik terdengar, tanpa bertanya pun dia bisa menebak siapa orang disebrang sana

"Astaga kak Esa, kemana aja sih? Kinan telepon dari tadi loh.. Kata Randy, kakak sakit? Kok bisa sakit sih? Sudah makan belum? Sudah minum obat? Sekarang dimana? Keadaannya gimana? Bagian mana yang sakit?"

Esa menghela napas, kepalanya makin berdenyut karena rentetan pertanyaan tanpa jeda yang diajukan oleh si penelepon meski disampaikan dengan suara lembut tapi tetap saja otaknya sedang tidak mampu berkerja maksimal malah tambah ditembak dengan pertanyan berentet.

"Tenang aja, Ki.. Demam biasa kok sepertinya karena sempat kehujanan semalam, besok juga sudah sembuh.. Aku di kosan, Hanya perlu—"

"Aku kesana.. Lima belas menit sampai, oke.."

Esa mendesah pelan setelah penelepon tadi memotong ucapannya dan langsung menutup sambungan telepon tanpa menunggu persetujuannya. Tak mau ambil pusing dia memilih membiarkan adik kelas yang sekarang menjadi rekan kerjanya itu melakukan apa yang dia mau. Percuma, dilarang pun Esa yakin Kinan akan tetap melakukan apa yang dia inginkan, contohnya dulu saat gadis itu rela mati-matian belajar untuk masuk fakultas kedokteran di Universitas yang sama dengannya bahkan gadis berparas ayu itu sampai memilih bekerja di Rumah Sakit tempat Esa berkerja dan pindah ke Bandung padahal orang tuanya sempat menentang

Ggrrttt

Getaran ponsel di tangannya membuat Esa memaksakan matanya untuk terbuka, terdapat motif sebuah pesan singkat dari rekannya yang tak lain, Randy. Awalnya ia berniat mengabaikan pesan itu tapi mengingat ada kemungkinan Randy ingin bertanya sesuatu tentang pekerjaan dan rasanya tidak sopan mengabaikan pesan dari orang yang sudah berkorban menggantikan jadwal shiftnya di rumah sakit hari ini akhirnya Esa membuka pesan itu

Si Sarap (Randy)

Gokil, belum juga sehari izin udah sekaligus dua cewek nyariin lo, bray!!

Ohya tadi Kikin panik banget nanyain kostan Lo, curiga dia mau nyamperin lo deh

Untung si dede gemes gue suruh pulang aja.. tadinya mau gue suruh nyamperin lo kekosan tapi mengingat kemungkinan lo lagi dalam kondisi gak banget akhirnya gak jadi.. Kan kesian klo dia liat lu ingusan wkwkwk

Makasih lo sama gue!! kalo sampe ke gap, bisa runyam dunia persilatan wkwk

Btw baru tau gue kalo lo doyan sama dede gemes 😂😂 mantap braay daun muda wkwkwk

Eh iya, Payungnya taro di tempat gue dulu yaa..

Esa menyesali keputusannya untuk tidak mengabaikan chat dari Randy. Dua tahun mengenalnya, jarang sekali pria keturunan bangka belitung itu membicarakan sesuatu yang berfaedah kecuali pembicaraan soal pekerjaan. Esa langsung menaruh ponselnya di nakas tanpa membalas pesan Randy lalu kembali menutup mata

Only You, Always.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang