°Chapter Tiga Puluh Satu°

68 14 1
                                    

Happy Reading Guys 😘
🍀🍀🍀

°
°
°
°
°

Pandangan matanya tidak lepas dari jarum jam yang berputar di dinding putih, sementara kakinya bergerak gelisah di bawah meja kerjanya rasanya jarum jam itu bergerak dengan sangat lambat hari ini membuat Pria itu berkali-kali menghela nafas

Baru saat pintu ruangan terbuka perlahan kemudian muncul seorang wanita berseragam serba putih, Esa mengalihkan pandangannya dari jam dinding disudut ruang kerjanya menatap wanita yang baru saja masuk dengan tidak sabar dan penuh harap.

"Dok, Praktik hari ini sudah selesai karena pasien terakhir ada urusan mendadak dan minta reschedule.."

Bagai memenangkan lotre wajah gelisah Esa berubah sumringah seketika, dengan cepat dia berdiri seraya melepas snelli putih kebanggaannya kemudian menaruh asal disandaran kursi.

"Tolong di bereskan ya, Sus... Saya buru-buru.." ujar Esa sembari berjalan cepat keluar dari ruangannya, meninggalkan wanita berseragam putih tadi yang hanya bisa menggelengkan kepala. Ia sudah mulai terbiasa dengan prilaku–tidak sabar untuk pulang– dari salah satu dokter spesialis muda dirumah sakit tempatnya bekerja itu.

Meski awalnya merasa aneh karena sebelumnya dokter itu bahkan sampai mendapat julukan 'Kuncen Rumah Sakit' sebab jarangnya ia terlihat meninggalkan Rumah Sakit tapi sekarang Tantri—wanita berseragam perawat tadi— tidak lagi heran saat Esa seolah tidak sabar keluar dari ruang kerjanya, Pasalnya sudah tiga minggu terakhir dokter Esa selalu buru-buru pergi begitu menyelesaikan pekerjaannya.

Yap, tiga minggu sudah seluruh prioritas kehidupan Esa berubah, sebelumnya hanya Rumah Sakit—rumahnya sendiri—rumah Orang tuanya atau rumah Bang Edo saat jadwal libur yang menjadi tempat tujuannya. Tapi sekarang, Rumah Felli dan Sekolah tempat Felli bekerjalah tempat yang lebih sering Esa kunjungi akhir-akhir ini selain Rumah sakit dan Rumahnya sendiri, tentu.

Beberapa hari lalu saja Mamanya sudah menelpon mencari dirinya yang lama tidak berkunjung, bahkan dari percakapan dengan sang Mama tempo hari pula ia tau sampai Thifa—Istri bang Edo— pun merasa aneh tentang absennya dia mengunjungi Efi dan Ethan padahal biasanya Esa selalu menyempatkan waktu dihari liburnya untuk bermain atau sekedar mengajak keponakkannya itu jalan-jalan.

Kurang lebih empat puluh menit berkendara akhirnya mobil milik Esa terparkir di depan gerbang sekolah yang cukup sepi karena sepertinya jam pulang sekolah memang sudah lewat, dengan tenang pria itu menunggu di dalam mobilnya seraya menatap gerbang dan segera turun dari mobil begitu matanya menangkap dua wanita berseragam batik navy jalan beriringan sembari berbincang-bincang

Felli berhenti melangkah begitu menyadari kehadiran Esa, otomatis wanita disampingnya ikut berhenti dan segera berpamitan seolah memahami situasi

"Hey, Saya kebetulan lewat jadi berpikir sekalian mengantar kamu pulang.." ujar Esa yang tentu saja berbohong, dan Felli menyadari hal itu.

Felli tidak yakin ada kebetulan seperti itu, dan ini bukan kali pertama —sejak mereka bertemu kembali—Esa menemuinnya dengan alasan 'kebetulan lewat'.

Wanita itu mengangkat tangan kanannya memeriksa jam di pergelangan tangan, jarum jam menunjukkan pukul 13.30 wib artinya masih ada waktu beberapa jam sebelum jadwal pengajian mingguan rutin yang harus ia hadiri.

"Saya ingin ke suatu tempat, kakak bisa mengantar saya kesana?" Tanya Felli tanpa basa-basi, dia harus segera menyelesaikan semua urusan dengan pria itu agar tidak ada lagi 'kebetulan-kebetulan' lain yang justru akan membuatnya kembali terseret kepusaran masa lalu.

"Tentu saja, Ayok.." sahut Esa penuh semangat, merasa mendapat angin segar disaat dirinya sudah siap dengan segala penolakan seperti yang biasa ia dapatkan dari Felli

Only You, Always.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang