°Chapter Tiga Puluh Tiga°

82 13 0
                                    

Happy Reading Guys 😘
🍀🍀🍀

°
°
°
°
°

Ketika Felli mengatakan tidak ingin melihat ke belakang saat memutuskan memaafkan Kinan, artinya dia benar-benar berniat untuk melakukan itu. Menutup buku dengan judul 'Masa lalu' dan memulai lembaran baru dibuku lain yang berjudul 'Masa kini menuju masa depan', tapi yang tidak Felli sangka adalah nyatanya tidak semudah itu untuk melakukannya.

Felli kira semua bisa selesai saat ia mengajak Esa untuk berziarah ke makam putra mereka. Toh, semua hal yang mengikat keduanya sudah tidak ada jadi ia pikir dengan menunjukkan makam Efe—Nama Putra Mereka— baik dirinya ataupun Esa bisa move on untuk menjalani kehidupan masing-masing.

Sayangnya Felli melupakan hal lain, yaitu keluarga Esa ah lebih tepatnya Orang tua pria itu. Awalnya ia tidak mengira bahwa Esa akan membuka kebenaran itu dihadapan orang tuanya, bagaimanapun masalah mereka bukanlah suatu berita bahagia yang harus diceritakan.

Tapi nyatanya disinilah dia sekarang, diruang keluarga lantai dua kediaman kakak laki-laki dari pria yang pernah(baca:masih) singgah dihatinya itu. Dengan canggung Felli duduk berhadapan dengan Edgar dan Esa sementara Sabil duduk disampingnya, menggenggam erat kedua tangan Felli dipangkuan wanita paruh baya itu.

Ah, Seharusnya memang lo ngga perlu datang ke acara ini, Fell... Acara Ini bukan sekedar undangan tapi jebakan..—rutuk seseorang dalam dirinya

"Fell, maaf apa boleh tante bertanya?" Sabil bertanya dengan suara parau karena menangis usai perbincangan panjang tentang semua hal yang terjadi antara dirinya dengan Esa sampai akhirnya bayi dalam kandungan dia dinyatakan meninggal.

Sabil bahkan berkali-kali mengucapakan permintaan maaf yang menurut Felli tidak perlu sebenarnya, sebab semua hal yang terjadi di kehidupannya adalah buah hasil dari keputusannya sendiri.

"Boleh, Tante.."

"Apa saat kamu melahirkan kamu sudah mualaf? Maaf tante hanya ingin tau apa anak kalian sudah di Aqiqahkan?" Tanya Tante Sabil hati-hati takut menyinggung perasaan Felli, untuk beberapa saat wanita itu tertegun

"Felli pindah keyakinan saat usia kandungan Felli masuk 6 bulan, Tante.. Maaf Felli belum mengaqiqahkan Efe sejujurnya Felli kurang paham dan akhirnya tidak terpikirkan karena Efe sudah meninggal dalam kandungan.."

Suara Felli bergetar di akhir kalimat, Sabil menarik Felli kedalam dekapannya, seolah ada tangan tak kasat mata yang meremas dadanya menyebabkan kesesakkan luar biasa dan Sabil seperti bisa ikut merasakan yang di rasakan wanita muda dihadapannya ini

"Tidak apa-apa, Sayang.. Felli sudah hebat karena mempertahankan putra kalian sampai akhir... Sekarang kalau Felli mengizinkan biar Esa yang bertanggung jawab soal Aqiqah Efe, walaupun terlambat setidaknya berikan Esa kesempatan untuk memenuhi kewajibannya sebagai Ayah Efe, boleh?"

Linang air mata tak tertahankan jatuh di pipi semua orang yang berada diruangan itu, Bahkan Edgar yang notabenenya jarang mengeluarkan air mata pun tak kuasa menahan perasaan sedih campur haru saat Felli menyetujui permintaan Sabil agar Esa yang mengurus Aqiqah Efe.

"Ah ya, tolong atur waktu agar kami bisa bertemu dengan orang tuamu, Nak Felli... Om dan Keluarga ingin meminta maaf secara langsung atas semua yang telah terjadi..." Pinta Edgar sebelum Felli berpamitan, diam-diam hati Sabil dan Felli menghangat merasa kagum dengan sikap gantle pria paru baya itu.

🍀🍀🍀

Kedua wanita berbeda usia kompak terus menatap sebuah mobil padjero putih yang beranjak menjauh hingga akhirnya menghilang di persimpangan, kemudian keduanya masuk bersama kedalam rumah dengan wanita yang lebih tua merangkul wanita berhijab coklat disempingnya

"Ma..ma.. biyang Papa Xia boyeh ma'em penkek eckim.. ma.. biyangiinn.."

"Iyaa maa jia ughaa oyeh kan, maa.."

Rengek dua gadis kecil begitu keduanya memasuki rumah, seorang pria dewasa tampak berjalan dari arah dapur menghampiri mereka. Wanita yang dipanggil Mama tadi sedikit merundukkan badannya menyamakan tinggu dengan dua gadis kecilnya

"Sudah malam sayang, besok saja ya..."

"Ih nda adil kenapa Cece boyeh kita ndaa!!" Pekik balita bernama Jia, Xia disampingnya mengangguk ikut tidak terima. Sementara dua wanita lain diruangan itu menyernyit heran

"Itu, Aku lagi mau buat Pancake Ice cream untuk Felli.. Ku kira mereka sudah tidur taunya mereka ke dapur.." ujar pria dewasa itu membuat sang istri tersenyum hangat, begitupun wanita berhijab yang meski hanya tersenyum tipis tapi tidak dapat dipungkiri dalam hatinya muncul seberkas kebahagiaan karena perhatian kecil dari ayah sambungnya

"Ya sudah, biar Jia Xia makan dulu yang sudah jadi, kamu bisa tolong buatkan lagi untuk Felli dan aku sekalian.." Listia menyengir jahil "Aku mau bicara dulu sama Felli.." lanjutnya kemudian

"Oke kalau gitu.. Ayo Girls.."

Andre mengajak kedua anak kembarnya kedapur agar tidak mengganggu pembicaraan Listia dan putrinya. Sepeninggal mereka, Listia mengajak Felli duduk bersampingan di ruang keluarga menggenggam erat tangan sang putri sulung dipangkuannya

"Sebenarnya sebelum datang hari ini, Esa pernah kemari.." Listia membuka pembicaraan, menjeda kalimatnya beberapa saat memilih kata yang tepat untuk dia ucapkan agar tidak terjadi salah paham dengan putrinya itu. "Dia minta maaf, juga meminta izin untuk memperbaiki hubungan kalian.."

"Ohya..." Felli tampak tidak tertarik dengan pembicaraan ini, karena walau jauh dalam lubuk hatinya masih menyimpan perasaan untuk Esa tapi dia tidak berminat untuk kembali menjalin hubungan dengan pria dari masalalunya itu

"Maaf kalau Mama terkesan terlalu ikut campur, tapi Mama ingin tau pendapatmu.."

Felli mengulum bibirnya selama beberapa saat kemudian menggelengkan kepala pelan

"Bukannya sudah terlambat, Ma? Untuk apa memperbaiki sesuatu yang dulu dia lepaskan dengan begitu mudah demi gadis lain.."

Felli menunduk berusaha menyembunyikan raut kecewa dan sedih yang tiba-tiba hadir, menautkan kedua tangannya, menggenggam erat satu sama lain saat gelombang masa lalu siap menerjangnya.

Dulu Esa melepaskannya demi Kinan, Yah walau akhirnya dia tau semua karena ancaman wanita itu tapi tetap saja ini membuktikan bahwa rasa perduli Esa untuk Kinan lebih besar ketimbang untuknya

"Hmp, Felli, Sebenarnya ada satu hal lain yang mama pikir harus kamu tau.."

"Ada apa, Ma?"

"Mama bukan ingin membela tapi Mama pikir alasan keputusan yang Esa ambil saat itu juga karena Mama..." Felli mengangkat wajahnya menatap sang Mama dengan kening menyernyit heran tampak jelas raut bingung diwajah cantik itu

"Maksud Mama?"

"Dulu Mama pernah sekali menemuinya, Mama begitu tidak bisa menerima keinginan kamu untuk pindah agama, saat itu Mama pikir semua karena pengaruh Esa dan pasti dia pun bisa membuat kamu berubah pikiran.." Listia menjeda kalimatnya selama beberapa saat, matanya mengawasi raut wajah Felli dengan was-was. Khawatir Putrinya itu salah paham dan jadi membencinya

"Meski sebenarnya maksud Mama tidak harus sampai memutuskan hubungan tapi Mama pikir itu yang membuatnya menyerah atas hubungan kalian.." imbuh Listia, menjelaskan.

Bukan maksudnya Listia ingin ikut campur, hanya saja dia merasa harus meluruskan semua agar tidak ada kesalah-pahaman karena dari yang dia lihat baik Esa ataupun Felli masih menyimpan rasa cukup besar untuk satu sama lain, urusan akan kembali atau tidak biarlah itu menjadi keputusan yang benar-benar mereka ambil setelah memikirkan semua dengan matang dan tanpa dipengaruhi emosi sesaat ataupun kesalah-pahaman

🔜🔜🔜

Tbc

Enjoy!!

Btw jangan lupa pergunakan hak pilih kalian besok yaa gesh...

Apapun pilihannya kita tetap satu, Indonesia🇮🇩

Jangan golput loh!!
Jangan lupa vote dan comment jugaaa 🤭

LoveZat
¹³/⁰²/²⁴

Only You, Always.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang