°Chapter Dua Puluh Dua°

59 6 2
                                    

Happy Reading Guys 😘
🍀🍀🍀

°
°
°
°
°

Mesin mobil sedan putih yang terparkir di besment Rumah Sakit sudah dihidupkan pemiliknya sejak 20 menit lalu, namun belum ada tanda-tanda mobil itu akan meninggalkan parkiran. Pemuda di balik roda kemudi tampak larut dalam lamunannya sendiri, tanpa diminta otaknya memutar kejadian beberapa jam lalu di rooftop Gedung tempat kerjanya. Wajah ayu yang basah oleh airmata ditambah suara lirih memohon kesempatan untuk ia cintai sungguh sangat mengganggu Esa.

Yap, Esa-lah yang sedang mengalami gejolak pada batinnya saat ini. Ia jadi menyesali kebiasaannya mencari udara segar sore hari di rooftop, kalau saja tadi dia tidak ketempat itu, dia tidak akan bertemu Kinan yang entah mengapa juga berada di sana. Sebenarnya sudah sejak beberapa hari belakangan memang Esa berusaha menghindari Kinan, alasannya satu karena sikap Kinan yang mulai terang-terangan menunjukan perasaannya terhadap Esa, membuatnya merasa tidak nyaman apa lagi hal itu membuat Panji kini mulai menjaga jarak darinya.

Dan seharusnya Esa kembali menghindar saat melihat Kinan berada ditempat biasa ia bersantai, seharusnya tidak Esa biarkan waktu Kinan tiba-tiba berceloteh tentang kenangan masa-masa saat mereka sering menghabiskan waktu bersama. Sehingga mungkin Esa bisa menghindari peristiwa tak terduga itu terjadi.

Tidak pernah terbersit dalam kepalanya Kinan bisa nekat menyatakan cinta pada dirinya, bahkan saat Esa berusaha menyusun kalimat untuk menolak secara halus Kinan justru menangis dan memohon agar Esa memberikan kesempatan untuknya.

Dan kini semua itu mengganggu pikirannya, perasaan Cinta itu tidak ada sejak dulu, hingga detik inipun Esa yakin perasaannya kepada Kinan bukanlah perasaan antara Wanita dan Pria, tapi Esa memang menyayangi Kinan seperti dia menyayangi sahabat atau bahkan saudaranya sendiri.

Ddrrrttt

Getar ponsel disaku celana menarik Esa dari lamunannya, meraih ponsel itu lalu menyernyit saat nomer tidak di kenal tertera pada layar ponsel.

"Hallo, selamat sore.."

"Sore, Esabillo? Saya Listia, Ibu dari Felli.." tubuh Esa menegang begitu mendengar suara lembut dari sebrang sana, tanpa sadar ia merubah posisi tubuhnya hingga lebih tegak seolah sedang menghadap atasan

"Hallo, Sa—"

"Hm... Ohya Tante, ada yang bisa saya bantu?"

Tanpa tau penyebabnya tiba-tiba jantung Esa bergemuruh kencang, rasanya seperti saat pertama kali mendampingi Profesornya mengoperasi pasien. Padahal Esa sudah beberapa kali bertemu Orang tua Felli, Tante Listia khususnya, meski tidak banyak berbincang hanya sekedar menyapa dan berbasa-basi sebentar saat menjemput atau mengantar Felli. Tapi yang membuat Esa penasaran apa yang membuat Tante Listia sampai menghubunginya....

"Apa kamu ada waktu? Bisa kita bertemu? Ada yang ingin saya bicarakan sama kamu.." ...dan menemuinya

Usai menyanggupi dan mengetahui lokasi tempat janjian mereka Esa memutus sambungan telpon, mengambil nafas beberapa kali untuk menghilangkan rasa tak nyaman di hatinya kemudian bercermin memastikan penampilannya cukup baik sebelum mengendarai sedan kesayangannya kearah caffe tak jauh dari tempat kerjanya.

Ah, Sepertinya pertemuan ini memang bukanlah keisengan semata, pasti topik yang akan dibahas Tante Listia cukup penting sampai-sampai beliau datang ke daerah tempat kerjanya tanpa tau pasti Esa bisa menemuinya atau tidak.

🍀🍀🍀

"Kamu pasti sudah tau tentang masalah keluarga Tante..." senyum tipis diwajah cantik Tante Listia tidak mampu membuat Esa tenang, justru debaran di dadanya makin menggebu dari pada sepuluh menit lalu.

Only You, Always.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang