°Chapter Dua Puluh Sembilan°

85 8 1
                                    

Happy Reading Guys 😘
🍀🍀🍀

°
°
°
°
°

Raut terkejut tampak jelas tergambar di wajah cantik Felli begitu Esa melangkah memasuki ruangan tempatnya berada kini dan duduk dengan tenang tepat dihadapannya usai mengeluarkan seraya menata beberapa barang yang baru ia beli seperti tissue kering, dua botol air mineral berukuran besar, dua bungkus roti juga beberapa cemilan dan peralatan mandi dari totebag belanjaan berwarna kuning khas salah satu minimarket ke nakas samping brankar

Pria itu bergerak tanpa terlihat canggung sama sekali seolah itu adalah hal yang biasa baginya. Justru Felli yang tampak tidak begitu nyaman, dia tidak suka Esa bersikap seolah mereka adalah kerabat dekat. baiklah, dulu keduanya memang pernah dekat tapi bukankah selama beberapa tahun belakangan ini keadaan sudah berubah? Bahkan mereka tidak lagi saling menghubungi selama bertahun-tahun

"Kamu bangun dari tadi? Gimana sudah enakkan? Jadwal makan malam masih agak lama tapi Saya beli beberapa makanan ringan buat ganjal ada onigiri juga untuk jaga-jaga kalau kamu lapar, dokter bilang kamu anemia, asam lambung juga naik jadi kamu pingsan.." 

kembali Felli hanya diam terpaku di tempatnya saat Esa bicara. Satu bagian dalam hatinya bergetar, senang rasanya bisa kembali mendengar suara yang dulu sangat dia gemari tapi ada bagian lain yang berdenyut nyeri membuatnya seperti orang linglung selama beberapa waktu sampai tiba-tiba ia teringat sesuatu.

"Tasku.." gumam Felli pada dirinya sendiri, kepalanya menoleh ke kanan-kiri dengan panik, dalam hati berdoa semoga dimana pun ia pingsan tadi, tasnya tertinggal disana. Tas itu tidak boleh berada disini, lebih tepatnya Esa tidak boleh sampai melihat tasnya juga isi didalamnya

Namun harapan Felli pupus begitu Esa beranjak ke arah laci dekat pintu kamar mandi membuka laci kecil disana dan mengeluarkan sesuatu dari sana, totebag berwarna maroon yang tak asing untuk Felli juga merupakan benda yang beberapa saat lalu ia cari

"Saya sudah coba ke rumah kamu tadi karena ngga tau harus menghubungi keluargamu kemana, tapi disana kosong.." ujar Esa sembari menaruh totebag dipangkuan Felli dan kembali duduk ditempatnya semula, sebisa mungkin wanita itu berusaha untuk tenang meski saat ini jantungnya sudah menggila di dalam sana

"Aku tinggal sendiri sejak Mama menikah lagi.." sahut Felli dengan senyum tipis diwajah pucatnya, tangan lentik Felli bergerak meraih ponsel didalam tas dia butuh sesuatu untuk menyibukkan diri, mengalihkan dirinya dari perasaan-perasaan aneh yang mulai melanda

"Terima kasih sudah mengantarku ke sini, dokter bilang mungkin besok atau lusa aku sudah bisa pulang, aku biasa sendiri jadi kakak pulang saja.." tambah Felli saat Esa tidak memberikan tanggapan.

Esa menatap wajah Felli dalam diam, untuk beberapa saat kemudian keheningan melanda kedua insan itu, sama-sama larut dalam pemikiran mereka masing-masing sampai suara pintu ruang rawat terbuka memecahkan keheningan diantara keduanya

"Permisi.. Ini obat untuk malam yaa, yang ini diminum sebelum makan dan yang lain setelah makan.." 

Esa dan Felli kompak mengangguk dan mengucapkan terima kasih, Setelah perawat tadi keluar ruangan Esa tidak membiarkan keheningan kembali terjadi, ia sibuk menuang air kedalam gelas yang disediakan lalu menyerahkan kepada Felli dan membantunya untuk minum obat

"Terima kasih.." lirih Felli usai menelan obatnya, sekuat mungkin menahan agar suaranya tetap stabil dan tidak bergetar seperti perasaannya yang mulai terasa kacau

"Kamu bilang tinggal sendiri, rasanya pasti menyebalkan harus di opname tanpa ada yang menemani.. Jadi Saya akan menemani sampai kamu pulih dan bisa mengurai benang kusut dikepala Saya ini.. Saya butuh penjelasan sebenarnya tapi tidak sekarang, Saya akan menunggu sampai kamu siap.." ucap Esa panjang lebar membuat Felli tau setelah ini dia harus siap kembali membuka masa lalunya dan semoga saat itu tiba dia mampu menahan perasaannya sendiri

Only You, Always.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang