•Chapter Lima°

219 21 3
                                    

Happy Reading Guys😘
🍀🍀🍀

°
°
°
°
°

Fellicia's POV

Samar-samar aku mendengar suara Mama memanggil namaku disela isak tangisnya, aku juga merasakan tubuhku melesat seperti didorong cepat dengan kursi roda bedanya posisi tubuhku bukannya duduk melainkan berbaring, aku hendak mencoba membuka mata untuk memastikan apa yang terjadi tapi kepalaku seperti habis dihantam batu karang, rasanya sakit sekali

Aku berusaha mengingat apa yang terjadi sebelum ini tapi sayangnya otakku tidak bisa diajak bekerjasama, aku masih mencoba berpikir sampai suara seorang wanita asing terdengar meminta Mama dan Papa menunggu agar aku bisa ditangani. Dan karena itu aku tau saat ini kami sedang berada dirumah sakit, tubuhku kembali terdorong dan tiba-tiba rasa sejuk menjalar diseluruh tubuhku terutama lengan dan kaki. Aku yakin itu karena tubuhku hanya berbalut tanktop dan celana pendek—yang selalu aku pakai saat berada dirumah—

Tunggu.... Tanktop?

Astaga!! aku belum cukuran, batinku menjerit gusar

Sebisa mungkin aku mengumpulkan tenaga untuk membuka mata, aku tidak akan sanggup menanggung malu karena diperiksa dalam keadaan menggelikan seperti ini—Seorang gadis cantik, dengan bulu ketiak  nan lebatAstagaa, tidak!! Tidak akan aku biarkan!! Kepanikanku semakin menjadi saat suara wanita kembali terdengar ditelinga

"Mba Yen, Tolong Panggilin dokter Esabillo atau dokter Panji ke sini ada pasien.."

Demi kemben mimi peri, ada berapa pemuda bernama Esabillo yang menjadi dokter? Dan dari sekian banyak rumah sakit di kota Kembang tercinta ini kenapa orangtuaku harus membawaku ke sini?!

Seolah tiba-tiba mendapatkan kekuatan super akhirnya aku berhasil membuka mata dan langsung berusaha untuk bangkit walau rasa sakit dikepalaku makin menjadi, tapi semua itu tidak penting. Yang terpenting sekarang adalah aku bisa kabur dari tempat ini sebelum rasa malu menyerangku bertubi-tubi

"Hey, mau kemana?. Kepalamu terluka.."

Seorang wanita berseragam perawat menahanku yang hendak turun dari brankar, aku melemparkan tatapan sengit padanya. Berani sekali dia mencegah aku kabur, itu sama saja dia mendorongku kejurang rasa malu.

"Tante Suster!! Awaas deh urgent nih.. Felli harus pergi sekarang—"

"Tenang dulu, kamu harus di obati.."

"Ih! Tante Suster ngga ngerti! Felli harus kabur—"

"Ada apa ini?"

Degh!

Terlambat, semua terlambat sudah saat suara yang aku kenal terdengar. Aku berharap bisa memiliki kekuatan super dan menghilang saat ini juga tapi tentu saja itu mustahil. Satu-satunya yang bisa aku lakukan sekarang hanya menyembunyikan wajahku sendiri. Tanpa aba-aba aku memeluk erat tubuh tambun wanita dewasa didepanku, membenamkan dalam-dalam wajahku diperutnya

"Hey Lepas dulu, biar dokter periksa kamu dulu.." tante perawat itu berusaha melepaskan tanganku yang melingkar dipinggangnya tapi aku menahannya sekuat yang ku bisa, cara inilah satu-satunya penyelamatku dari rasa malu

Aku dan tante perawat itu terus bermain tarik-menarik sampai tiba-tiba aku menangkap noda merah diseragam putihnya dan saat itu juga aku merasakan ada sesuatu mengalir dipelipisku, secara refleks sebelah tanganku melepas pelukan lalu meraba pelan pelipis bagian kananku

Dengg

Tiba-tiba rasa sakit menjalar ke sekujur tubuhku saat melihat darah segar dijemari tangan, astaga apa ini? Aku tidak bisa lagi menahan diriku dan langsung terkulai lemah hampir terjungkal dari atas brankar kalau tidak ada tangan—Entah tangan siapa— yang menahanku

Only You, Always.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang