°Chapter Dua°

460 38 2
                                    

Happy Reading Guys 😘

🍀🍀🍀

°
°
°
°
°

Fellicia's Pov

Dengan langkah lebar dan cepat aku menyusuri koridor rumah sakit, rok panjang abu-abu yang ku pakai harus aku singkap sebatas lutut guna mempermudah usahaku untuk segera sampai diruang rawat Papa, degup jantungku berpacu diatas batas normal entah karena berlari atau pun panik, mencemaskan Papa.

Yap, aku baru saja pulang sekolah engh lebih tepatnya pulang lebih cepat setelah sengaja izin dua mata pelajaran terakhir begitu mendapat kabar dari Om Andre—rekan kerja Papa— bahwa Papa mengalami kecelakaan kerja saat meninjau pembangunan disalah satu lokasi proyeknya

Untung saja, Pak Nando—guru piket hari ini—mengizinkan aku keluar sekolah lebih cepat, jadi aku tidak harus repot-repot meminta bantuan Aldo dan Gino—Biang Onar sekolah— untuk kabur dari tembok belakang sekolah.

Aku terkekeh pelan membayangkan ekspresi Papa saat tau aku membolos jam pelajaran terakhir, aku yakin Papa akan mendumal tidak jelas sepanjang sisa hari ini dan berujung pada omelan Mama yang sudah jengah dengan dumalan suaminya, setelahnya Papa hanya akan mencebikkan bibir beberapa centi dan aku yang tertawa geli melihat ekspresi nelangsa Papa

Ya tentu saja, mama adalah ratunya jadi sang raja pun harus tunduk pada beliau. The power of emak-emak..

Saat menginjakan kaki dilantai 3 aku memperlambat langkahku karena mendapat tatapan sinis dari tante-tante suster yang berjaga atau yang kebetulan berpapasan denganku dikoridor rumah sakit.

Aku menyusuri setiap ruang inap mencari ruang rawat Papa

Kenanga 1...

kenanga 2...

Nah itu pasti kenanga 3..

Tap..

Langkahku otomatis terhenti saat mendengar suara teriakan dari dalam ruangan yang terdapat papan kecil bertuliskan 'Kenanga 3' diatas pintunya, terdengar cukup jelas karena pintu ruangan tidak ditutup sempurna, sempat ragu karena berpikir kemungkinan aku salah ruangan atau om Andre typo saat mengetikkan nama dan nomer kamar Papa tapi..

"Aku mohon kamu tenang dulu Debby.. Listia benar.. Aku sudah lebih baik sekarang, jadi please kamu pulang dulu.. Andre sudah memberi tau Felli keadaanku, dan anak itu pasti akan segera datang.."

Suara bariton yang sangat aku kenal terdengar mematahkan semua perkiraanku tentang 'salah ruang rawat', tapi aku tidak mengerti maksud dari kalimat Papa, memangnya kenapa kalau aku dan tante itu bertemu?

Dan lagi tumben sekali Papa menggunakan nada suara lembut saat bicara dengan Tante itu, Ini sungguh aneh karena Papa adalah orang paling dingin dan tak tersentuh yang pernah aku kenal. Beliau bukan type orang yang akan bicara lembut pada semua orang, dengan Tante Bonita yang notabenenya adalah Adik saja, Papa selalu menggunakan nada datar dan bahasa formal. Yah, kecuali pada aku, Mama, Opa dan Oma, tentu.

"Mau sampai kapan? Sampai kapan aku harus terus mengalah, Ben?! 10 tahun.. 10 tahun aku bertahan disisi kamu layaknya seorang simpanan.. Padahal kita saling mencintai!! Ben, anak itu sudah besar!! Dia harus sudah mengerti keadaan keluarganya!!"

Suara tante itu kembali terdengar, tapi tidak sekencang tadi. Aku sedikit linglung mendengar jeritan lirih wanita yang mengaku 'Saling Mencintai' dengan Papa itu

Only You, Always.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang