°Chapter Empat Belas°

135 22 3
                                    

Happy Reading Guys 😘
🍀🍀🍀

°
°
°
°
°

Sepasang suami-istri datang untuk menjenguk sang Putra bungsu yang baru saja mengalami musibah, namun situasi di ruang rawat inap putra mereka kini justru membuat keduanya kompak menggeleng kepala seraya berdecak heran.

Pasalnya pemuda dengan seragam pasien berwarna hijau dari Rumah Sakit malah berada disoffa panjang, sedang berbaring dan fokus bergelut dengan ponselnya. Sementara brankar pasien di isi oleh seorang gadis yang berapa hari lalu ngotot ingin menjaga sendiri putra bungsu dari Edgar itu

"Pasiennya ketuker atau gimana sih?"

Mendengar kelakar dari Papanya, pemuda di sofa tadi bangkit menyalami kedua orang tuanya kemudian mereka duduk disoffa yang tersedia di ruang VIP tempat Esa dirawat

"Esa yang suruh Pa, anak itu ngga tidur semalaman mungkin tidur di soffa ngga nyaman.." Ujar Esa menjelaskan. Edgar, Papa dari Esa itu menoleh ke arah brankar sekilas lalu menggangguk paham

"Kalau gitu biar nanti malam tidur dirumah saja atau suruh pulang Sa, Keluarganya nyariin pasti.."

Kini Sabil, Sang Mama yang bicara, Esa tersenyum seraya merangkul sang mama dan membelai lembut lengan bagian atas wanita kesayangannya itu, mengundang tatapan protes dari pria berkemeja biru dongker yang berada tak jauh dari mereka.

"Percuma aja, Ma, Batu anaknya tuh.. Esa juga sudah bicara sama Mamanya.. Biarin aja mau dia gimana, lagian lumayan bisa disuruh-suruh... ohya, makanan yang Esa pesen dibawain kan, Ma? Laper banget nihh makanan Rumah Sakit ngga enak..."

Sabil menepuk pelan paha putranya lalu tersenyum geli sembari melirik suaminya yang seperti sudah siap memuntahkan lahar panas detik itu juga kalau saja tidak mengingat kondisi putra mereka saat ini.

"Sayang cepat beri makan anak menyebalkan itu lalu kita pulang.." rengek Edgar kesal

Esa menaikan sebelah alisnya dan menggedikan bahu tak acuh, sudah terbiasa dengan sikap posesif sang ayah yang terkadang begitu menggelikan baginya, yang benar saja masa dengan anak sendiri laki-laki tua itu bisa cemburu

Sabil mengeluarkan dua kotak makan bento yang yang dia siapkan khusus untuk Esa dan Felli, menaruh diatas meja lalu membuka satu kotak makan serta menyiapkan sendok agar anak bungsunya itu bisa segera makan. Sementara Esa mengambil beberapa botol air mineral berukuran sedang di samping brankar pasien untuk dia dan orang tuanya.

"Dokter sudah visit hari ini? Kapan kamu boleh pulang?" Tanya Edgar saat Esa sedang menyusun botol air mineral diatas meja

"Biasanya pagi, tapi hari ini belum datang.. Kalau itu Esa belum tau, Pa.."

"Ambil cuti saja lagi, istirahat dulu sampai kondisimu benar-benar pulih.." meski terkesan cuek, Edgar sebenarnya sangat perduli kepada anak-anaknya

"Tidak bisa, Pa.. Esa sudah mau 3 minggu cuti ti—"

"Papa akan bicara pada—"

"Sayang, biarin anaknya makan dulu.." Sabil menginterupsi pembicaraan suami dan anak bungsunya, berusaha menghindari perdebatan alot yang akan terjadi diantara kedua jagoannya itu bila pembahasan mereka saat ini diteruskan.

Seperti kata pepatah like father like son kedua pria berbeda usia itu memiliki sifat yang sama, yaitu memegang teguh pendiriannya. Bahkan Sabil masih ingat jelas bagaimana pusingnya dia harus menjadi penengah saat dulu Esa kekeuh ingin mengambil tawaran dari Rumah Sakit tempatnya bekerja kini sementara Sang Papa menentang lantaran tidak mau keluarganya tinggal berjauhan. Ah mengingatnya saja sudah membuat Sabil sakit kepala.

Only You, Always.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang