°Chapter Dua Puluh Delapan°

103 14 1
                                    

Happy Birthday Guys 😘
🍀🍀🍀

°
°
°
°
°

"Mbaaa~"

Untuk ke-entahlah sudah berapa kali ia menghela nafas sebagai bentuk pelepasan emosi yang susah payah diredam, berusaha mengabaikan sosok pria dewasa yang tiba-tiba menjelma menjadi bocah kecil menyebalkan

"Mba Thifaaaa~"

Rengekan menyebalkan kembali terdengar, akhirnya dengan hentakan keras ia menaruh gunting yang dia pegang ke meja hingga mengeluarkan suara cukup keras lalu berbalik menghadap pria dewasa menyebalkan yang sudah hampir setengah jam mengusik ketenangannya.

"Sa! Stop, please.."

"Sekali ini aja tolongin Gue kenapa sih Mbaa..."

Ibu dari dua anak itu kembali menghela nafas, kesal. Ia melepas sarung tangan berwarna kuning yang selalu ia gunakan saat berkebun lalu melempar asal ke meja dibelakangnya, Beranjak dari tempat semula kemudian duduk di samping pria dewasa menyebalkan berstatus adik iparnya itu.

"Bukannya gue ngga mau bantuin lo, Sa.. Gue ingin banget malah, sebagai balasan atas bantuan lo dulu.. tapi masalahnya gue benar-benar ngga tau bagaimana cara bantu lo.. Gue dan Felli ngga sedekat itu sampai layak menanyakan hal-hal yang hitungannya ranah pribadi.."

Panjang lebar Thifa menjelaskan, namun tidak mampu sedikitpun membuat pria dihadapannya kini mengerti, terbukti dari aksinya yang kini mencebir persis bocah lima tahun yang tidak dituruti keinginannya

"Mbaa, Please... Atau lo kan bisa nanya sama guru-guru lain di sekolah Efi.. Ayolah, mba.. Gue hanya ingin tau dia masih single atau ngga kok.."

"Terus apa? Apa yang akan lo lakukan kalau dia masih single atau dia sudah punya pasangan?"

Esa tampak berpikir, dia pun tidak sepenuhnya yakin apa dia sanggup jika kenyataannya Felli benar-benar sudah melupakan dia dan bersama orang lain tapi setidaknya Esa ingin tau agar bisa memikirkan langkah yang harus ia ambil kedepannya

"Gue ngga akan melewati batas kalau memang dia sudah bersama orang lain, tapi kalau dia masih single bukannya sah sah saja untuk gue mencoba mendapatkannya kembali?"

Thifa menghela nafas, menggeser tubuhnya agak menyerong hingga kini tubuhnya sedikit menghadap Esa

"Kenapa baru sekarang, Sa? Bukannya sudah terlalu terlambat ya? Tujuh tahun Itu ngga sebentar dan segalanya bisa berubah dalam waktu tujuh tahun.." ucap Thifa terus terang, bukannya dia tidak mau mendukung keinginan Esa untuk kembali mengejar Felli. Hanya saja ia merasa Esa terlalu terburu-buru dan Egois, Thifa bisa melihat ketidak-nyamanan Felli saat bertemu dengan adik iparnya itu beberapa hari lalu

"Bukannya kata orang tidak ada kata terlambat dalam cinta ya? Buktinya, lo saja bisa kembali sama Mas Edo walau sudah berpisah selama bertahun-tahun.." sahut Esa penuh keyakinan

"Masalahnya berbeda Esa, Gue dan Mas Edo sudah pernah menikah sementara lo dan Felli belum.. terlebih, ada Ethan diantara kami.."

"Jadi kalau dulu tidak ada Ethan diantara kalian, lo tidak akan kembali sama Mas Edo?"

Thifa memutar bola matanya jengah, kenapa jadi melebar kemana-mana. Mereka kan sedang membahas hubungan Esa dan Felli kenapa masalah masalalunya ikut terseret

"Bisa jadi, Gue tidak pernah benar-benar memikirkannya karena pada kenyataannya Ethan ada." Jawaban Thifa membuat Esa terdiam, sedikit dari keyakinannya mulai goyah

"Untung saja dulu aku giat menanam benih Ethsan sebelum kamu pergi.." suara bariton mengintrupsi, Thifa dan Esa kompak menoleh kearah pintu penghubung taman belakang dan ruang keluarga rumah ini.

Only You, Always.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang