8 tahun kemudian
Prerna dan keluarganya akhirnya kembali ke Mumbai, India setelah selama 8 tahun berada di Indonesia. Disana, Prerna dan kedua kakaknya tinggal di rumah ibu Prerna. Ibu Prerna merupakan orang Indonesia yang memiliki darah India. Mereka semua bersekolah di Salah satu Sekolah Negeri di Indonesia. Walaupun kesulitan, tapi dapat diatasi berkat bantuan sepupunya yaitu Ayu Janaryanti.
Ayu Janaryanti, kali ini juga ikut datang ke Mumbai dan berencana untuk bekerja di Mumbai.
" Prerna!" Panggil seseorang dari luar halaman rumahnya. Prerna yang awalnya tengah membaca buku dengan sepupunya, Janaryanti dikejutkan oleh panggilan itu.
" Siapa itu Prerna? Temanmu?"
Prerna menggeleng. Ia baru saja datang ke India kemarin, pun ia tidak memberi kabar pada teman-temannya di Mumbai karena setelah berada di Indonesia, Ia mengganti semua media sosialnya tanpa menyimpan kontak siapapun termasuk Siddharth. Teman laki-lakinya yang pernah mengisi hatinya.
Prerna membuka pintu gerbang halaman di dapatnya Siddharth tengah berdiri dengan setelan jas berwarna hitam.
" Siddharth? Ayo masuk!"
Siddharth sekarang sudah menjadi pria dewasa. Ia bekerja membantu kakaknya mengelola perusahaan.
Siddarth masuk kemudian duduk disalah satu kursi. Keduanya terdiam cukup lama seolah-olah memberikan keheningan tersebut mengisi halaman rumah yang tidak terlalu luas, hingga akhirnya mereka saling menanyakan kabar.
"Kamu apa kabar?" Tanya mereka hampir berbarengan. Keduanya tertawa, Siddharth memberikan kesempatan pada Pernah untuk bertanya terlebih dahulu.
" Apa yang kamu lakukan setelah lulus?"
" Aku membantu kakakku di perusahaan."
"Oh ya, kabar ibu dan kakakmu bagaimana? Semuanya sehat ?"
"Kabar mereka sehat......"
Setelah Siddharth menjawab pertanyaan Prerna, keduanya kembali diselimuti keheningan.
"Oh ya aku lupa mengambilkan minum. Tunggu sebentar yaa..."
Prerna langsung berlari ke dapur. Ia langsung meminum segelas air. Tawaran minum untuk Siddharth hanyalah cara dia pergi agar dapat mengontrol detak jantungnya. Saat pertama kali ia melihat Siddharth setelah beberapa waktu, jantungnya berdegup kencang. Mungkin saja Siddharth bisa mendengar detak jantung prerna.
"Maaf lama menunggu... Aku hanya ada teh dingin. Aku belum sempat berbelanja." Prerna menyerahkan satu botol minuman teh dingin.
"Tidak apa. Ini sudah cukup." Siddharth langsung menenggak minuman itu. Sama seperti Prerna, Siddharth juga gugup hingga kerongkongannya terasa kering.
Keduanya mulai stabil dan saling bertukar cerita. Ada sedikit tawa disela cerita mereka. Siddharth menceritakan tentang kehidupan sekolahnya setelah kepindahan Prerna. Ia menceritakan bahwa semenjak Prerna pindah, kehidupan sekolahnya cukup sepi karena tidak ada yang bisa diganggu. Hal tersebut tentunya hanya cerita untuk menyembunyikan fakta bahwa kepindahan Prerna menyisakan kekosongan yang mendalam dihatinya. Prerna juga menceritakan bagaimana ia melewati hari-harinya di sekolahnya yang baru, budaya baru dan bahasa yang baru. Ia menceritakan tentang kesulitannya saat awal-awal pindah karena belum lancar berbahasa Indonesia.
Keduanya saling bercerita hingga tidak sadar bahwa hari sudah menjelang sore dan Siddharth memutuskan untuk pamit.
"Prerna, hari raya Siva Ratri ayo kita pergi ke kuil Dewa Siwa." Ajak Siddharth sebelum pergi.
Prerna menyetujui ajakan Siddharth untuk berdoa bersama di Kuil Siwa pada perayaan hari raya Siva Ratri. Ini akan menjadi perayaan Siva Ratri pertama Prerna setelah 8 tahun merayakan Siva Ratri di Bali dengan adat dan kebudayaan yang jelas berbeda dengan di India.
Ia jadi teringat dimana ia menghabiskan tiap malam Siva Ratri di Bali bersama rekan-rekannya. Ia banyak belajar disana, khususnya kebudayaan Hindu Indonesia. Belajar membuat sarana persembahyangan yang sangat berbeda dengan budaya Hindu India yang dianutnya. pernah ia menjadi pengisi acara pada malam Siva Ratri di tahun ketiga ia tinggal di Bali. Ia mendapatkan tugas untuk bercerita tentang kisah Lubdaka versi Hindu India yang diketahui. Sebenarnya kisah Lubdaka selalu diceritakan setiap malam Siva Ratri oleh guru atau orang suci disana.
