part 15

138 12 5
                                    

Kringgggg.....
Bel sekolah berbunyi dengan nyaring, menandakan siswa harus segera berkumpul untuk kegiatan pagi ; sembahyang dan senam pagi.
Terlihat beberapa anak berlarian supaya bisa melewati gerbang sebelum ditutup oleh pak satpam yang terkenal garang.
"Pak, izinkan saya masuk pak." Prerna merengek kepada pak satpam yang dijawab tidak boleh. Prerna hanya mendengus kesal. Bagaimana bisa ia pulang dijam yang masih pagi begini. Ini semua karena ayahnya yang tidak menunggunya, dan prerna harus berangkat ke sekolah dengan bus yang  beberapa kali terjebak macet. Prerna mendengus kesal. " Bagaimana ayah bisa Setega ini?"  Ia membatin, dengan air mata yang sudah siap jatuh kapan saja.
Fyuhh...
Ia mendesah pelan sambil mengedipkan matanya.  Perlahan ia mulai meninggalkan gerbang sekolah dengan berat hati. Ini untuk pertama kalinya selama ia menjadi siswa, pulang dijam sekolah, bahkan sebelum memasuki halaman sekolah.
Sekali lagi, ia menoleh ke belakang kemudian berjalan cepat.

****
"Ayo dik gelang murah, gelang murah."
Sapaan yang diterima prerna. Yap, prerna sedang ada dipasar tradisional dan masih mengenakan pakaian sekolahnya. Prerna memang sedikit gila. Ia berjalan, melewati beberapa penjual yang menawarkan dagangannya. Hingga ia berhenti didepan seorang pria yang sibuk dengan dagangannya. Dulu, ayah prerna selalu mengajaknya kemari, membeli gelang cantik dan gula kapas kesukaannya. Prerna tersenyum getir, dan akhirnya memesan gula kapas.
"Paman, gula kapasnya satu!" Ucap seseorang yang tiba tiba berdiri disampingnya. Prerna mengernyitkan alisnya, dan memperhatikan orang itu dari atas sampai bawah, kemudian dari bawah sampai atas. Merasa diperhatikan, orang itu menatap prerna dan... ..
"Prerna?!"
"Siddharth?!"
Ucap mereka bersamaan. Selama dua detik mereka saling pandang.
"Nak ini gula kapas kalian."  Ucap si pedagang sambil menyerahkannya kepada si pembeli. Dengan cepat Siddharth mengambil gula kapas tersebut, membayarnya kemudian berlalu dengan cepat seolah dia baru saja melihat hantu. Prerna hanya menatap punggung Siddharth, heran.
Sambil menggigit gula kapas, prerna menyerahkan uang.
"Ah iyaa!" Pekik prerna, sehingga si penjual terkejut. "Ada apa nak?"
Prerna hanya menyengir "tidak apa paman" kemudian berlari mengikuti Siddharth.
Permisi... Permisi.... Permisi.
Prerna tak henti-hentinya mengucapkan itu. Ia mencoba mengikuti langkah Siddharth, tapi percuma dia cepat sekali.
"Cepat sekali jalannya."
Ting. 
Prerna membuka handphone nya
Siddharth 😾
"Hei wakil Kenapa tidak sekolah? Kau bolos?"
Hah? Prerna tersenyum miring.
Prerna_
"Kau ketua kelas kenapa tidak sekolah? Bolos?"✅
Siddharth 😾
"Berhenti membalikkan pertanyaanku."
Prerna_
"Oh ya? ✅
Siddharth 😾
"Aku yakin kau terlambat."
Prerna_
"Apa pedulimu?"✅

4 menit kemudian....
Tidak ada balasan dari Siddharth, prerna memasukkan handphone nya ke dalam sakunya. Dan bergegas pulang.

***"
"Paman, apa aku bisa melihat rekaman cctv yang kau dapatkan itu?"
...
"Baiklah, aku akan mampir ke sana. Terimakasih."
Setelah menelepon, Siddharth hendak masuk ke dalam bus. Langkahnya terhenti karena ada yang memperhatikannya lagi. Siddharth menoleh. Apa? Tanya orang itu yang hanya dibalas dengan tatapan dingin oleh Siddharth.
Orang itu, prerna,  juga masuk ke dalam bus.
Siddharth duduk kemudian mengeluarkan earphone dan sebuah buku.
Tidak ada lagi tempat duduk, dengan terpaksa prerna duduk di kursi sebelah Siddharth yang menjadi satu satunya tempat kosong.
"Apa yang kau lakukan?" Siddharth bertanya sambil mencabut salah satu earphone dari telinganya.
"Duduk." Jawabnya enteng.
Siddharth hanya memutar bola mata.
2 menit kemudian...
"Lagu apa yang sedang kau dengarkan?"
"Hmmm." Jawab Siddharth.
"Apa artinya hmmm itu?" Tanya prerna lugu.
Siddharth menatap prerna tajam.
Prerna mengerti "okay, aku tidak akan mengganggumu."
Tunggu dulu? Sejak kapan prerna suka dekat dengan Siddharth? Bahkan bertanya banyak? Kalau Siddharth yang dingin, sudah biasa tapi prerna ? Prerna benar benar gila sekarang.
Prerna merapatkan pelukan pada tasnya. Disaat seperti ini, dia lupa membawa novelnya dan handphone nya mati. Benar benar sial.
Tampaknya prerna benar benar tidak bisa diam saat di dalam bus. Sejak tadi, dia membuat keributan kecil, menghentakkan kakinya di kursi penumpang lainnya. Untung saja si penumpang tidak heboh.
Bosan..  prerna membatin.
Akhirnya prerna nekat merebut salah satu earphone Siddharth dan memasang di telinganya.
"Aaa kau suka lagu Ghali- Gali rupanya."
Siddharth mendesis... Kemudian meminta earphone nya. Oke, setelah kegilaan tadi, sekarang sifat kepala batunya muncul. Prerna menjawab tidak mau.
Siddharth tersenyum miring.
"Kembalikan dengan baik baik!" Dengan volume kecil tapi dengan penekanan yang keras.
Prerna hanya tersenyum. "Aku masih mendengarkan nya."
Tanpa basa basi lagi Siddharth merebut earphonenya. Tidak mau kalah, prerna mempertahankan earphone yang bukan miliknya.
Brakkk.
Buku Siddharth jatuh dibawah kaki prerna, memperlihatkan bagian yang tengah Siddharth baca.
Kasus kematian ayah.
Yang terlibat: paman Sooraj, paman Rahul dan ibu devika Sharma.
"Devika Sharma ? Siapa itu?" Prerna bertanya pada Siddharth. Tapi Siddharth tidak menjawab dan memungut bukunya.
"Apa kau bisa membaca buku catatan orang?" Tanya Siddharth kemudian berdiri. Prerna mengerutkan keningnya sambil menatap Siddharth.
"Itu tidak sengaja. Catatan itu praktis terbuka."
Siddharth geram. Kemudian menarik prerna untuk turun.
"Hei rumahku masih jauh dari sini. Kenapa kau menurunkan ku disini?"
Ucap prerna sambil mengusap pergelangan tangannya.
"Kau lancang sekali hari ini. Aku mohon padamu apapun yang kau lihat tadi, anggap saja kau tidak pernah melihat nya."
"Aku lancang apa? Tunggu dulu. . apa itu alasanmu bolos hari ini??"
"Apa pedulimu?" Kemudian meninggalkan prerna.
"Hei bagaimana dengan aku?! Aku harus pulang?!" Teriak prerna yang hanya di balas dengan suara pintu gerbang tertutup.
Sialan....

Malam hari.  
Tok tok tok
Seseorang mengetuk pintu kamar Pooja.
"Maaf membuatmu terkejut Bu. Aku kemari mau bertanya sesuatu."
Pooja menghentikan kegiatan melipat bajunya.
"Hmmm, pertanyaan apa yang kiranya dibawa putriku?"
Prerna menengok kamar ibunya. Tidak ada siapa siapa, berarti mereka, ayah dan tunisha belum pulang.
"Yahhhh. Aku ingin bertanya siapa itu Devika Sharma? Sepertinya tidak asing."
Pooja memicingkan matanya.
"Entahlah. Hei nama itu banyak yang menggunakan sayang."
Prerna menggaruk kepala sambil tersenyum.
"Oh benar juga, kalau begitu aku ke kamar bu. Selamat malam." Prerna menutup pintu kamar ibunya.
"Tidur nyenyak sayang." Ucap Pooja sesaat sebelum pintu benar benar tertutup. Prerna hanya tersenyum.

Sesampainya dikamar, prerna tidak bisa tidur. Dia, Devika Sharma benar benar mengganggu pikiran prerna.
Hampir larut tapi ayah dan tunisha belum juga pulang. Akhirnya prerna mencoba menelpon mereka, tapi nihil . Yang menjawab hanya seorang perempuan.
Prerna menyusuri meja belajar tunisha, ingin meminjam beberapa buku karena beberapa dibuku milik nya tidak terdapat materi tersebut.
Bukankah prerna seperti pencuri sekarang? Disaat si pemilik ada, dia tidak ingin meminjam. Benar benar aneh.
Byuhhhh..
Debu berterbangan saat prerna meniup salah satu buku tebal dan "hacimmm..,"  ia bersin karena debu itu.
"Ya Tuhan. . Bukunya banyak sekali, dari mana ia mendapatkannya?
Wahh, ini buku ujian masuk perguruan tinggi. Aku harus meminjamnya."
Prerna membuka lembaran demi lembaran buku tebal tersebut.
Dan ia menemukan sebuah surat, terselip diantara halaman buku.
Teruntuk adikku,
Tunisha Sharma.
Halo, bagaimana kabarmu? Kamu sudah kelas x kan? Dan ya, apa kamu sudah makan? Kakak disini baik baik saja. Pekerjaan kakak juga lancar dan yang pasti, kakak makan tepat waktu.
Kakak mengirim surat ini, sekalian untuk memberikanmu buku kumpulan soal masuk perguruan tinggi. Sesuai dengan perintah ibu dulu.  Kakak membelinya dari uang  yang ibu tabung di koperasi milik nyonya  Veebha Nigam. Jangan lupa di pelajari ya, walaupun kamu baru kelas x. Kakak juga mau bilang, sekitar satu atau dua bulan kakak akan pindah ke Mumbai.
Sudah dulu ya,
                         Kakakmu,
                      Druv Sharma.

Seketika, kepala Prerna terasa berat.
Dia bingung dan mencoba untuk menghubungkan kejadian teror Tunisha dengan kasus kematian ayah Siddharth.
"Jadi, Devika Sharma itu ibu Tunisha. Dan apa hubungannya dengan kematian ayah Siddharth? Dan hubungannya denganku apa?"
Prerna bertanya seorang diri dengan bibir bergetar. Ia segera merapikan buku tersebut dan mencoba menghubungi Siddharth.
Ting.. Ting
Dua pesan masuk. Yang pertama pesan dari Tunisha yang kedua dari Siddharth.
"Wah, Siddharth benar benar sesuatu."  Prerna membatin sambil tersenyum miring.
Prerna memutuskan untuk membaca pesan Tunisha lebih dulu.
Tunisha
Hari ini, aku, kak Druv dan ayah tidur di rumah nenek. Jaga rumah baik baik!!!
"Hah? Apaan ini?"
Prerna membuka pesan dari Siddharth.
Siddharth 😾
Hei, ingat jaga mulut besarmu itu.
Jangan sampai ada orang yang tahu!!!

"Wah, apa apaan lagi ini? Kalian benar benar cocok."

Prerna_
Aku akan bergabung denganmu!✅
Siddharth 😾
Maksudmu apa?
Prerna_
Aku ingin menyelidiki Devika Sharma.✅
Siddharth  😾
Dia sudah meninggal

Hah? Prerna terkejut lagi. Tapi, kali ini semangatnya benar benar menggebu, untuk mendapatkan kebenaran mengenai kematian ibu Devika.
Prerna_
Aku ikut. Besok aku jelaskan apa maksudku. Aku mohon.✅
Siddharth 😾
Baiklah.

Prerna merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Apa yang dilalui nya seharian ini, benar benar menguras tenaga dan pikiran nya.

Hai, gimana ceritanya? Makin gajelas kan?
Mohon dimaklumi.
Jgn lupa votenya
Ajabdemeher.

ENEMY TO LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang