Berita kematian siswi SMA sudah tersebar di seluruh pelosok negeri. Semua acara di stasiun TV menayangkan berita kematian Avneet. Prerna, masih duduk didepan TV tangannya mengepal kuat kemudian ia melempar remote ke dinding hingga remote itu hancur. Ia marah. Kesal. Ia merasa bodoh karena tidak mampu menyelamatkan temannya. Rencana untuk pindah ke Indonesia diundur atas permintaan ayahnya. Takutnya jika mereka langsung pergi, masyarakat akan berpikir bahwa Prerna yang menyebabkan Avneet terjatuh dari atap gedung.
Pagi ini dengan kaki yang gemetar ia memberanikan diri untuk masuk sekolah setelah satu hari ia tidak masuk. Ingatan Prerna akan bagaimana tubuh Avneet melayang begitu saja dan jatuh menipa halaman depan gedung TU masih teringat jelas. Kakinya mendadak lumpuh, ia tak bisa menggerakkan kakinya saat garis polisi telah membatasi lalu lintas menuju ruang TU. Setelah mengumpulkan kekuatan, ia melangkah melewati gari polisi yang tengah dijaga oleh beberapa petugas. Masuk ke gedung tempat ruang kelasnya. Disisi kanan-kiri, tampak seluruh siswa tengah berbisik tentang dirinya. Rupanya, sudah beredar rumor bahwa Prerna yang menyebabkan Avneet terjatuh dari atap gedung.
" Berani sekali dia menunjukkan wajahnya setelah membunuh temannya"
"Kalau aku jadi dia, aku pasti sudah pergi dan tidak akan pernah kembali."
Tapi Prerna tidak peduli tentang apa yang mereka katakan karena ia tahu sendiri apa yang terjadi, walaupun sebenarnya ia sangat ketakutan apabila nantinya nanti diserang oleh seluruh siswa. Ia terus berpikir siapa yang kiranya menyebarkan rumor tidak masuk akal ini.
" Setelah mengungkap kasus pembunuhan, ia menjadi seorang pembunuh." Begitulah sambutan yang ia terima saat memasuki ruang kelas.
" Kau, berani juga menunjukkan diri!" Tambah teman lelakinya. Oke. Tidak hanya teman perempuan, teman lelakinya juga ikut berbicara. Berbagai tuduhan ditujukan padanya hingga membuat ia tidak kuasa lagi untuk menahan air matanya. Tangannya mencengkram erat tepi roknya.
" Hentikan air mata buayamu itu Prerna karena tidak ada gunanya lagi."
" Kalian yang sebaiknya berhenti! Apa kalian tahu kejadiannya? Apa kalian di sana saat hal itu terjadi? Jika kalian tidak tau sebaiknya tutup mulut kalian!" Tiba-tiba Siddharth yang baru saja muncul langsung menyerang semuanya.
" Pantas dia berani datang, rupanya sudah ada Ksatria yang akan membelanya." Sinis lainnya.
" Siapa yang menyebarkan berita bohong ini?" Siddharth menunjukkan pesan berita yang menyebutkan bahwa Prerna mendorong Avneet.
" Aku" kata seseorang sambil berjalan mendekati Siddharth tangannya terlipat didepan dada dengan angkuhnya.
" Bukankah benar begitu? Kalau tidak mengapa ia ada di lokasi kejadian saat itu? Kita semua tau bahwa hubungan Prerna dan Avneet tidak baik. Prerna yang merasa tidak suka saat dulu Avneet membentaknya kemudian menaruh dendam dan membunuhnya."
" Pikiranmu sungguh picik, Arohi."
Arohi hanya tersenyum." Prerna, kau dipanggil oleh Kepala Sekolah disuruh menghadap sekarang." Gautam yang baru saja sampai di kelas tampak ngos-ngosan.
Prerna berdiri dan berjalan setelah mengangguk kepada Gautam. Tentu saja ia tidak sendirian, Siddharth menawarkan untuk menemani yang langsung membuat seluruh siswa dikelas semakin panas.
" Kalian semua tetaplah diam sebelum ada pengakuan dari Prerna!" Gautam berpesan kepada semuanya tapi malah dilempari kertas.
" Woii, aku wakil ketua kelas. Bersikaplah hormat padaku!"
"Sudahlah, Gautam. Aku tidak ingin mendengar mulut besarmu berkoar-koar disini. Mendinga langsung suruh ibumu, Mrs. Thanu untuk memberikan hasil ujian apakah kita remidial atau tidak. " Ucap seseorang yang tengah membuka buku pelajarannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/143029059-288-k228859.jpg)