34 - Keangkuhan Naka

42.1K 7.1K 46.8K
                                    

YOO SIAPA YANG SENENGG? Absen dulu sesuai emot yang deskripsiin diri kalian yukk!🦋

GEEZ! Kurang dari 24 jam comment udah nembus😩✋🏻 Emang pasukan si Kuning jangan ditantangin!😃 Yall tryna make my brain and fingers burned😮‍💨💛

SO FAR INI CHAPTER TERPANJANG DI HIPOTESIS, 4K WORDS WOW.. berarti harus ramein chapter ini biar Boo semangat, okaaay?😆💝

Ayo share, vote, dan komen duluu. Udah belomm??🤩

Kalau gitu udah siap kerja sama spam vote dan penuhin tiap paragraf dengan spam comment kamuu?🥰💛

———

Merry Christmas from your Boo🧸🎄💝 Wishing you a Happy New Year🌆 Hopefully, 2024 will be so great for me & you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Merry Christmas from your Boo🧸🎄💝 Wishing you a Happy New Year🌆 Hopefully, 2024 will be so great for me & you. It's gonna be 'that IT' year for us! Cheers for many good things to come🥂✨

Apa harapan kalian untuk tahun 2024? Comment di sini💘

———

Bagi laki-laki dengan harga diri setinggi langit, ialah pantangan menurunkan sedikit ego hanya untuk menyampaikan keinginannya — Hipotesis

———

NADIN tertidur dengan tenang di dalam dekapan Naka. Setelah beberapa menit berlalu, Naka menyimpulkan gadis itu terlelap pulas bahkan mungkin sudah berkelana di alam mimpi. Bergerak pelan, Naka melepaskan rengkuhan Nadin dan memposisikan tubuh gadis itu agar nyaman.

"Ka."

Naka menatap gadis itu dan menemukan Nadin masih menutup mata, tapi tangannya bergerak seolah mencari sesuatu untuk digenggam.

"Iya, Din," balas Naka sambil memberikan jemarinya.

"Mungkin terdengar egois, tapi rasanya aku gak bisa hidup tanpa kamu. Aku gak berani menjalani hari tanpa kamu. Aku terlalu terbiasa dan nyaman sama kamu. Kamu juga gitu, kan, Ka? Ngerasain hal yang sama karena kita terbiasa sejak kecil."

Naka mengangguk pelan. "Gak ada yang lebih mengerti aku daripada kamu, dan gak ada yang mengerti kamu daripada aku," lanjut Nadin dengan suara lirih.

Entah Nadin meracau atau tidak, karena tanpa tidur pun Nadin akan tetap mengucapkan hal yang sama. Ini kesekian kalinya Nadin berkata demikian.

"Aku butuh kamu, Ka. Kalau kamu... butuh aku?"

"I need you too, Din."

———

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HIPOTESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang