01 - Blok M

151K 19.4K 20.4K
                                    

YEAYY KANGEN BANGET AKHIRNYA BISA UPDATE💛 Boo gak sabaarr kalian baca hasil revisian—like ASDFGH?!🥹🫶🏻

Siapa yang kangen?? Absen sesuai asal kota kalian yuk!!🥰

Ayo share, vote, dan komen duluu. Udah belom??🤩

Siap spam vote dan spam komen tiap paragraf??💙💙💙

———

"MASIH lama?" tanya Naka sambil memperhatikan jam di pergelangan tangannya.

Setelah mendengar jawaban dari si penelpon, laki-laki itu mengangguk mengerti lalu berkata, "Aku udah di bawah."

Menunggu selama beberapa menit hingga terdengar suara pintu mobil terbuka. Masuknya seorang gadis dengan wangi vanila yang melekat kuat di tubuhnya, membuat senyum kecil terbit di bibir Naka.

"Maaf ya, Naka, tadi aku bantuin mama dulu," ujar gadis itu sembari menutup pintu mobil dan mengenakan sabuk pengaman.

Tak mempermasalahkan hal itu, Naka lebih memilih membahas hal yang lain. "Nadin mau kemana?" tanyanya.

"Aku laper, Ka, kita makan aja ya?" balas gadis itu sambil menyengir yang mengundang tangan kiri Naka untuk mengusap gemas puncak kepalanya. "Siap, laksanakan."

Nadin tampak sibuk mengeluarkan sesuatu dari tas cukup besar yang ia bawa, "Aku siapin ini buat kamu!" ujarnya sumringah, menyodorkan sebotol termos pada Naka yang mulai menjalankan mobil Maserati Levante Trofeo putih keluaran terbaru dengan wangi maskulin miliknya yang menyeruak.

"Hot chocolate?" tanya Naka seraya mengambil botol itu. "Thank you, Nadin, I'll drink it."

Nadin mengangguk, "Iya. Minuman kesukaan kamu. The only one drink you loved the most!" papar gadis ayu itu, dengan ejekan tersirat. "Tapi bener gak bakal kamu kamu minum? Bohong, ya?"

Melihat Naka yang sengaja tak menjawab atau menyanggah perkataan Nadin, bukannya marah, gadis itu justru tertawa. "Gak berubah juga kamu, ya! Minum hot chocolate, kok, bisanya cuma buatan Aunty Rianti doang!"

Benar, Naka hanya bisa meminum dan menikmati hot chocolate racikan mamanya tersayang, Rianti.

Naka menatap gadis itu dengan tidak enak, "You already know it, Din. You don't have to," ucap laki-laki itu. Sebab jika seperti ini, hot chocolate yang sudah Nadin buat dengan susah payah hanya akan berakhir sia-sia, dan Naka tak sampai hati membiarkan gadis itu membuang-buang tenaganya.

"My bad," kata Nadin, "abis aku kira lama kelamaan kamu bisa minum buatan aku. Emang buatan aku se-enggak enak itu?"

Dengan cepat Naka membalas, "Enak, but it's just not my taste. Forgive my tongue." Great, Naka menjadikan lidahnya sendiri sebagai tumbal untuk disalahkan.

"Nevermind," ucap Nadin tak ambil pusing. Seakan teringat sesuatu, buru-buru gadis itu berkata, "Ah, Naka, aku lagi mau makan sesuatu." Sebelah alis Naka terangkat melihat gadis itu tampak ragu dan meringis kecil, "Kamu mau apa?" tanyanya.

"Tapi harus boleh, ya? Soalnya kalau aku ngomong pasti gak dibolehin, deh, sama kamu!" ujar gadis itu sedikit memajukan bibirnya.

Naka hampir saja meloloskan tawa melihat tingkah Nadin, jika tidak mengingat gadis itu akan semakin kesal padanya. "Kasih tau dulu, nanti aku pertimbangin."

Mencebikkan bibir, tapi sedetik kemudian Nadin memilih mengutarakannya saja pada Naka, "Aku udah lamaaa banget gak makan gultik—tuh, kan! Tunggu, ih, aku belum selesai!" gemas Nadin saat melihat laki-laki itu sudah ingin membantah, tak menyetujui keinginannya.

HIPOTESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang