💧Twelve💧

67 10 0
                                    

   happy readers,,,,
Makasih yang udah voment, yang belum kuy klik dulu bintangnya..

Makasih udah mau baca,,

Ayayay... captainn..

_________________________________________❄
____________________________________________________❄

Malam ini Venout baru saja keluar dari kamar adiknya, Zeyra. Seperti malam malam sebelumnya, Zeyra selalu meminta kakaknya untuk menemaninya tidur, setelah adiknya terlelap Venout baru akan keluar dari kamar adiknya itu.
Jam menunjukkan pukul 21.36 tapi Venout belum mengantuk,malah entah kenapa perasaannya sedang sedikit was was. Ia menuruni tangga, berniat menuju dapur untuk menegak segelas susu putih, siapa tahu setelah gadis itu meminum susu putih ia mengantuk.
 
Setelah menuangkan susu putih kemasan kedalam gelas, Venout segera menegaknya. Namun belum habis ia meminumnya, bel rumahnya berbunyi membuat dia menghentikan aktifitasnya. Dengan langkah pelan Venout menghampiri pintu rumahnya, berharap takut bahwa itu bukanlah ayahnya.

Gadis itu mengintip  melalui jendela, dan didapatinya wanita paruh baya yang berdiri bersandar pada tembok samping pintu rumahnya. Venout menajamkan penglihatannya, itu mamanya. Walaupun sedikit ragu, Venout akhirnya membuka pintu rumahnya. Baru beberapa detik pintu terbuka dan menampakan sosok dirinya, sebuah sambutan datang tepat mengenai pipi kirinya,

Plakk

Sambutan itu sampai membuat Venout memalingkan wajahnya ke kanan saking kerasnya tangan kanan mamanya mendarat di pipi kiri Venout.
Kaget?
Tentu saja, ah harusnya Venout sudah menduga hal ini dari awal. Gadis itu kini menyentuh pipi kirinya, kerasnya tamparan itu bahkan membuat sudut bibir gadis itu mengeluarkan darah.

  "Bajingan itu bawa jalang lagi ke rumah ! Papa ngga ada otak itu papamu Queen ! Dia bahkan masih ngga ada hati buat tahu kesalahannya !"

Plakk

Dan sekali lagi tamparan itu mengenai pipi kiri Venout, membuat gadis itu kini memejamkan matanya sembari meringis sakit.

  "Minggir! Ngehalangin jalan kamu! "

Tubuh Venout ditabrak kasar oleh mamanya yang kini melenggang masuk naik menuju kamar miliknya di lantai atas, masih tak berhenti merutuki suaminya, ayah Venout.

  Bersamaan dengan menghilangnya mamanya saat masuk ke dalam kamarnya, Venout yang belum mengeluarkan satu kata pun itu menjatuhkan air matanya, ia membiarkan airmatanya jatuh membasahi pipi kirinya yang terasa perih. Atau bahkan kini hatinya terasa lebih perih dari pada tamparan mamanya.

  Hatinya kembali sakit , kenapa mamanya tak seperti bunda Adit? Ia hanya ingin mamanya datang membawa pelukan hangat untuknya juga untuk adiknya. Bukan tamparan dingin yang selalu mamanya layangkan untuknya saat wanita itu kesal dengan papanya. Kenapa harus dia yang terkena imbas dari kemarahan wanita yang ia panggil dengan sebutan mama itu,?

Sesak didadanya semakin menjadi, ia ingin berhenti menangis, namun air matanya kembali turun dengan deras. Mendengar teriakan frustasi mamanya dari arah kamarnya membuat ia akhirnya menjatuhkan diri di lantai dingin rumahnya, ia memeluk lututnya berharap adiknya tidak terbangun karena teriakan mamanya itu, karena ia paling benci menangis di depan adiknya. Ia menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya, berusaha meredam isakan tangisnya. Angin berhembus dari pintu rumah yang belum ditutup itu mengenai tubuh ringkih milik Venout, rasa dingin itu kini telah sampai ke hatinya yang tak pernah terjamah kehangatan.

  Titik lemahnya, tepat di orang terdekatnya, keluarga.

     
                                     ❄❄❄

Rain | ArleaVenoutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang