Bel baru saja berbunyi pertanda kegiatan belajar mengajar di Anastasea Senior High School berakhir. Sebagian murid telah keluar kelas, berlomba lomba mencapai basement parkiran dengan cepat. Begitu pula Venout dan ketiga temannya. Mereka kini masih sibuk membenahi barang barang mereka dengan malas."Kalian tunggu di parkiran, gue masih ada urusan."
Ujar Venout, yang disetujui ke tiga temannya.
"Kalo gitu kita tunggu parkiran ya Ven,"
"Jumpa lageee,,,"
Venout hanya mengangguk kecil lalu menatap kepergian teman temannya. Tak lama ia menghela nafas lalu membalikkan badannya, menatap seseorang yang kini masih menelungkupkan kepalanya di meja. Venout menatap kelasnya, hanya tinggal dia, seseorang di belakang dan 3 murid perempuan yang bersiap untuk keluar.
Venout beranjak, mendekati seseorang yang tak lain Xavier. Sebenarnya ia tak ingin menggampiri laki laki itu, ia lebih suka menunggu laki laki itu untuk mengkonfirmasi tugas mereka. Namun, apalah bahkan sampai jam berakhir, laki laki itu seakan tak mempedulikan kerja kelompoknya.
Venout berdeham kecil, bermaksud memberi tanda atas kedatangannya. Namun satu centi pergerakan pun tidak terlihat. Sampai akhirnya Venout melepas sebelah earphone milik Xavier. Sontak, laki laki itu menegakkan kepalanya dengan raut wajah malas. Ditatapnya Venout dengan tajam.
" Bahas tugas kelompok biologi. Mau kapan ?"
Tanya Venout membuat Xavier mengerutkan dahinya menandakan ia binggung. Tanpa sadar Venout mendecak kecil.
"Besok lagi, setidaknya kasih perhatian kecil buat guru di depan."
"Lo siapa ? Atur idup lo sendiri sebelum ngatur hidup orang lain."
Setelah mengatakan kalimat itu, dengan sekali sentakan Xavier meraih tasnya lalu bangkit meninggalkan Venout yang masih terdiam. Ia pergi begitu saja, meninggalkan Venout yang masih saja terdiam.
"Lebih sulit dari yang gue bayangin."
Venout menghela nafas lalu mengangkat bahunya tak mau memperpanjang. Akhirnya pun ia memilih untuk menyusul ketiga temannya yang bisa dipastikan telah menunggunya di parkiran.
-------------
Mobil sport berwarna putih itu melenggang masuk ke sebuah perumahan besar bercat putih yang mengesankan jika rumah itu sangat elegan. Tak berselang lama mobil hitam ikut melenggang masuk mengikuti mobil putih di depannya. Mobil sport putih yang tak lain milik Venout itu terparkir rapi, lalu disusul keluarnya sang pemilik.
"Adek lo udah dirumah ? Sendirian ?"
Pertanyaan Sheyla membuat Venout sadar akan satu hal, ada mobil lain di depan perumahan miliknya. Dengan langkah lebar Venout memasuki rumahnya yang terlihat sepi. Ia tak memperdulikan apakah ketiga temannya mengikutinya atau tidak. Yang ingin ia pastikan sekarang hanya keberadaan adiknya, Zeyra.
"ZEY !!"
Langsung saja Venout memanggil adiknya dengan lantang, setelah memasuki ruang tamu rumahnya.
"Kak Queen,,,,"
Lirih Zeyra yang tiba tiba saja memeluk Venout dari belakang, membuat Venout langsung memeluk adiknya itu erat. Tanpa disadari Venout bernafas lega.
"Kak,, mama. Sama papa,"
Venout melepas pelukannya lalu menatap adiknya intens,
"Di dapur,,"
Pandangan Venout langsung beralih ke arah dapur berada, ia mengenggam tangan Zeyra sembari menariknya menuju dapur. Dan didapatinya kedua orang tuanya tengah bertatapan sengit. Mata Venout sontak membelalak lebar.
"Queen,,"
Panggil seorang perempuan berusia 40 an yang tak lain adalah ibu dari Venout. Panggilan dari ibunya itu membuat lawan bicaranya tadi ikut menoleh lalu tersenyum simpul.
"Hallo Queen,,"
Venout mengeratkan genggamannya pada tangan Zeyra, hanya ditatap seperti itu sukses membuat kedua lutut Venout lemas.
"Ngapain kalian disini ?"
Tanya lirih Venout, kalau kalian bisa melihatnya, wajah dingin yang biasanya Venout pasang itu kini berubah dengan wajah ketakutan. Bahkan mata Venout terlihat berkaca kaca.
"Papa nyariin kamu sayang ,"
"Udah aku bilang kan pah, jangan cari Queen, jangan temuin Queen lagi !!"
Bukan Venout yang menjawab, melainkan emosi dari sang ibu. Terlihat dari matanya bahwa ibu Venout menahan emosinya.
"Itu juga anakku, kenapa aku nggak boleh nemuin?"
"Kamu bukan ayahnya , seorang ayah nggak mungkin nglakuin hal konyol kayak kamu !!. "
Pllakk ,
Satu tamparan mulus mendarat di pipi kiri sang ibu, membuat Venout membekap mulutnya sendiri menggunakan tangan nya.
"Kamu yang jal*ng, perempuan nggak punya otak !!"
Laki laki yang notabene adalah ayah dari Venout mencoba meraih rambut sang istri dengan menjambaknya, membuat mau tak mau Venout berlari memisahkan kedua orang tuanya.
"Venout !!"
Panggil Atta dengan 2 lainnya yang kini membelalak tak percaya, seperti paham apa yang terjadi. Atta langsung meraih Zeyra dan memeluknya erat.
"STOOOPPP !!!! udah cukup hidup Queen berantakan ! Queen selalu capek liat kalian berantem. Tolong biarin Queen tenang disini,"
Venout berjongkok lalu memeluk lututnya erat, badannya terlihat bergetar hebat. Sungguh, ketakutan itu muncul setiap kali ia menatap mata sang ayah.
Melihat sang anak yang tengah menangis sesegukan, sang ibu memutuskan menarik paksa sang ayah, keluar rumah. Meninggalkan Zeyra yang juga tengah ketakutan. Tapi saat mengetahui kedua orang tuanya telah pergi, bocah itu berlari memeluk badan Venout.
"Kakak,,,"
Venout menegakkan badannya, ditatapnya teduh sang adik lalu ia tersenyum kecil.
"Maafin kaka ya Zey."
Venout merengkuh tubuh adiknya, erat.
Sesaat kemudian ia baru sadar jika ada 3 pasang mata yang menatapnya khawatir."Sorry, pertama kali kalian kerumah gue. Kalian udah dapet pemandangan kayak gini."
Ucap Venout lirih sembari menatap ketiga temannya sendu.
"Ven, lo butuh tempat cerita ??"
Tangis Venout kini tak bisa dibendungnya lagi, ia bertambah sesegukan. Membuat ketiga temannya mendekat lalu memeluk Venout.
"Kita disini Ven, lo nggak perlu khawatir."Kalimat Arnantha sanggup membuat Venout akhirnya mengeluarkan kalimat yang selalu ia tahan.
"Papa gue jahat, gue benci papa ,"
Semua terdiam, menunggu Venout sendiri yang menceritakan.
'Entah, kata bertahan itu sudah tidak ada lagi di kamusku. Aku lelah,,'
Venout menghela nafas panjang.
❄❄❄
Ada masalah hidup apa si Venout sama orang tuanya ???
Tunggu chapter selanjutnya biar tahu konflik mereka ya..😊😊😊Jangan lupa klik n komen...
•24 jan 2021•
Salam mungil author 💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain | ArleaVenout
Любовные романы'Kita ke dokter ya Ven,' 'Lo butuh penanganan Ven.' 'Trauma lo juga belum sembuh, kita ke dokter ya. Gue temenin sampe selesai.' Kalimat itu terus terngiang-ngiang di pikirannya, membuat ia merasa bahwa beban pikirannya sudah melebihi batas wajar...