Gadis yang tak lain Venout itu melangkahkan kakinya dengan cepat sesaat setelah memarkirkan mobilnya di garasi rumah. Dengan setengah berlari ia menuju rumah disebelah yg tak kalah besar dari rumahnya. Pertama yg ia lihat adalah gerbang putih tinggi yang menjadi pemisah jalan raya dan halaman rumah mewah ini, tunggu, rumah ini bahkan lebih mewah dari pada rumahnya asli dulu.
Tangan Venout hampir saja memencet bel, namun terhenti karena kemunculan laki laki berkaus putih yg sedang menatapnya dari sela gerbang.
"Permisi, bisa tolong panggilin yg punya rumah? Saya mau jemput adek saya?"
Ujar Venout pada laki-laki itu, yang malah di jawab dengan tawa. Itu membuat Venout mengernyitkan dahi, merasa bahwa waktunya terbuang.
"Lo pikir gue satpam apa? Enak aja kalo ngomong lo, "
Ujar laki laki itu dari dalam, Venout menatap laki laki itu tajam.
"Yawdah, kalo gitu panggilin Zeyra."
"Eit,, btw lo siapa? Enak aja dateng dateng maen nyuruh aja."
venout menghela nafas kasar,
"Panggilin adek gue buru, ato gue teriakin penculikan anak." Ujar Venout sengit, sungguh gadis itu sudah muak.
"Ouh, ouh... Ini kakaknya Zeyra yang katanya kayak mak lampir itu??"
Ujar laki laki itu dengan tawanya, sedangkan Venout hanya bisa menatap malas kearah laki laki yg kini memegangi perutnya, entah apa yg ia tertawakan.
"Bukain gerbangnya ! Gue mau jemput adek gue,,"
Venout menendang gerbang didepannya, membuat laki laki itu terkejut.
"Santay aja kali, mana ucapan terima kasihnya?"
Laki-laki itu kini mulai membuka gerbang rumahnya, menampilkan dirinya yg kini memakai celana boxer hitam selutut yg ia kenakan.
"Ngga nyuruh buat numpangin adek gue, lo yg nawarin kan?"
"Idihh,, heh mbaknya ! Tuh muka gk pernah kena amplas ya? Kaku banget, mau gue rendemin pake air garem ngga biar lemesan dikit tuh muka?"
Laki laki itu menatap heran Venout yang memasang muka datarnya sedari tadi. Baru pertama kali bertemu tapi laki laki itu yakin seyakin yakinnya, kalau gadis itu sendiri bahkan lupa kapan terakhir kali ia tertawa.
Tak memperdulikan laki laki itu, Venout memaksa masuk yang akhirnya tertahan karena kerah belakang seragamnya ditarik oleh laki laki itu. Membuatnya mundur kembali.
"Lo kira rumah gue kantor kelurahan bisa lo masukin seenak jidat? Kantor kelurahan aja yg ngga berkepentingan dilarang masuk,"
"ZEYRAAAA !!! ZEY- emph"
Mulut Venout dibekap laki laki tadi, ia yakin suara Venout bisa terdengar sampai rumahnya. Bagaimana bisa seorang gadis yg kaku jika berteriak ia bisa mengalahkan speaker sekolah.
"Yg sopan napa,,"
Sejurus kemudian lali laki itu yg berteriak karena tangan kanan yg ia pakai untuk membekap mulut Venout, digigit oleh gadis itu membuat laki laki itu meringis sakit.
"Gue ngga ada waktu buat ngurusin lo, "
Setelah mengucapkan kalimat tadi venout kembali mengedarkan pandangannya yang akhirnya menangkap sosok yang ia cari, Zeyra. Gadis itu menghela nafas nya lalu menatap malas kearah Zeyra yang kini memperlihatkan cengiran kudanya. Disebelah adiknya terlihat anak laki laki yang seumuran dengan adiknya yang ia yakin teman Zeyra yang tadi adiknya maksud.
"Pulang,"
Mendengar tuturan kakaknya, Zeyra memonyongkan bibirnya merasa kesal. Akhirnya Zeyra mendekati laki laki menyebalkan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain | ArleaVenout
Romansa'Kita ke dokter ya Ven,' 'Lo butuh penanganan Ven.' 'Trauma lo juga belum sembuh, kita ke dokter ya. Gue temenin sampe selesai.' Kalimat itu terus terngiang-ngiang di pikirannya, membuat ia merasa bahwa beban pikirannya sudah melebihi batas wajar...