💧sixteen💧

64 10 0
                                        

Jangan lupa buat komen di setiap paragraf, 😁

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^_^
 

Pagi ini keluarga Hendra tengah menikmati sarapan dengan damai. Kecuali kedua anaknya yang kini masih berebut segelas susu coklat hangat yang sudah tersaji di atas meja.

"Kak, ngalah dong sama adeknya, adek kan ngga bisa minum susu putih,"
Lerai sang Bunda sembari meletakkan segelas susu putih dihadapan sang kakak yang tak lain Adit. Sedangkan Adit kini mendengus kasar,

"Bunda, Adit ngga mau minum susu putih."
Ujarnya dengan pasrah,
Sedangkan sang Bunda hanya menggelelengkan kepalanya, Adit memang selalu seperti itu. Bahkan terkadang sang Bunda berpikir bahwa kakaknya adalah Angga, bukan Adit.  Seperti hari ini, hanya karena susu coklat yang ternyata hanya cukup untuk membuat 3 gelas, Adit uring uringan. Tidak mau mengalah pada adiknya yang bahkan Adit tau bahwa adiknya itu alergi susu putih,

  Venout yang sedari tadi menyaksikan drama menggelikan Adit hanya tersenyum simpul, ia meraih gelasnya lalu menggesernya ke hadapan Adit. Lalu jemari lentiknya meraih susu putih dihadapan Adit dan meletakkannya di hadapannya sendiri. Tepat di samping piringnya yang berisi sandwich coklat yang telah disiapkan Bunda Adit.

  "Minum punya gue aja, " suruh Venout,

Sang Bunda menatap tajam ke arah Adit yang menatap susu coklat dihadapannya dengan mata berbinar.

  "Enggak Queen, biarin aja Adit minum susu putih. Dia juga biasa minum susu putih, lagi kumat aja itu."

Venout terkekeh kecil,

"Bunda,," rengek Adit yang tak terima.

"Ngga papa bunda, Queen juga biasa minum susu putih kok."

Akhirnya sang Bunda mengalah, walaupun akhirnya tatapan tajam ia berikan kepada anak sulungnya.

"Makasih maklampir,, baik banget deh lo," ujar Adit sembari mengedipkan mata kanannya, membuat Venout ngeri.

  "Adit ! Panggil nama Queen yang bener, nama bagus bagus manggilnya ngga bener,," tegur papa Adit yang sedari tadi hanya diam memperhatikan keributan diantara kedua anaknya, seperti biasa.

"Ah Papa nih, maklampir juga ngga keberatan kok. Buktinya dia selalu noleh kalo Adit panggil maklampir. Iya ngga mpir ?"

Venout hanya tersenyum kecil, kalau tidak ada kedua orang tua Adit, mungkin detik ini juga Venout akan membanting tubuh Adit hingga pecah.

"Adit !!"

"Aish, Papa tuh. Iya iya, Adit manggil bener nanti."

Masih dengan gerutuannya, Adit memakan sandwich coklat miliknya. Ia bertanya tanya, sebenarnya siapa disini yang dianak tirikan?

"Kamu beneran udah baikan Queen? Tadi malem kata Angga kamu sakit perut?"

"Queen ngga papa kok om, udah biasa juga jadi ngga ada yang perlu dikhawatirin." Jawab Venout setelah sebelumnya menelan kunyahannya.
Sedangkan Adit, ia kini menatap Venout yang melanjutkan sarapannya. Mendengar jawaban Venout sepertinya sakit perut adalah hal biasa baginya, apa gadis itu memang sering terkena magh?

  "Oh iya kak, Angga nanti baliknya di jemput pak Yusup. Udah bilang tadi sama Bunda,"

  "Oh sekarang udah bosen pulang pergi bareng kakak, iya?"

  "Ih kak Adit tuh, Angga ngga suka nunggu lama. Kak Adit juga sering nelat dari biasanya. Dikira enak apa nunggu."

Adit menatap nyalang ke arah adiknya, Angga. Sebenarnya mendengar itu ia justru senang, ia terbebas dari tanggung jawabnya untuk menjemput adik tercinta. Namun ia hanya takut uang jajannya dipotong oleh sang Bunda, seperti awal awal ia menolak menjemput Angga.

Rain | ArleaVenoutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang