💧One💧

272 43 28
                                        


Angin pagi itu berhasil menerbangkan surai mungil berwarna coklat milik bocah berusia 8 tahun yang kini tengah tersenyum ceria ke arah gadis berseragam OSIS SMA yang bisa disimpulkan adalah kakak dari bocah perempuan itu. Setelah mencium pipi kanan sang kakak, bocah itu dengan riang berlari kecil memasuki area sekolah. Sepertinya bocah itu melupakan fakta bahwa ini adalah hari pertama ia bersekolah di sekolah itu, SD Cahya Bintara.

Setelah memastikan sang adik tak terlihat, sang kakak yang notabene juga anak SMA itu memudarkan senyum yang sedari tadi ia pasang di depan adiknya. Sorot dingin dari wajahnya mulai terlihat, berbeda saat ia bersama adiknya tadi. Gadis itu jadi teringat bahwa ia juga akan memasuki sekolah untuk pertama kali. Bukan karena mereka baru saja lulus jenjang masing masing. Melainkan karena mereka baru saja pindah dari luar kota.

Gadis dengan nametag Q. A. Venout yang terpasang rapi di dada sebelah kirinya itu, menatap sekolah sang adik. Sebelum akhirnya ia memilih menaiki motor Scoopy putih miliknya. Ia melajukan motornya menuju  Anastasea Senior High School. Dimana ia akan menghabiskan waktu kurang lebih setengah tahun nya disana.

Saat akhirnya bagunan sekolah terlihat, ia melajukan motornya mencari parkiran motor setelah sebelumnya menyapa penjaga gerbang. Setelah memarkirkan motornya, kini ia dengan santainya berjalan menyusuri koridor sekolah, berusaha mencari ruang kepala sekolah.

Dan beruntungnya ia karena sekarang pelajaran sudah dimulai, namun tak menyangkal banyak pasang mata yang terus memperhatikannya dari jendela ataupun sela sela pintu, entah karena semua orang tahu ia murid baru atau karena rambutnya yang berwarna coklat itu. Gadis bernama Venout itu sadar, sekolahnya saat ini seperti sekolahnya dulu. Setiap murid dilarang mewarnai rambut, namun Venout tak perduli, rambutnya berwarna coklat bukan karena ia mewarnainya. Namun itu semua karena keturunan, gen yang Venout sendiri benci.

Seminggu yang lalu, Venout berada di sekolah ini bersama ibunya untuk mendaftar. Dan ia juga sudah membicarakan tentang rambutnya kepada kepala sekolah. Setelah berdebat kecil, akhirnya kepala sekolah menerima warna rambut Venout yang artinya akan ada konflik di keputusannya. Ah, pihak sekolah juga tidak keberatan menerima Venout yang notabene adalah murid cerdas.

Venout menatap pintu coklat di depannya, ia yakin itu adalah ruang kepala sekolah yang minggu lalu ia datangi. Setelah mengetuk pintu, ia dipersilahkan masuk oleh suara yang berasal dari dalam.
Dilihatnya pria paruh baya tengah duduk sembari menatapnya penuh senyum. Venout menyunggingkan senyum tipis sebagai sapaan.

"Selamat datang Venout , "

Sapa kepala sekolah yang Venout kenal bernama pak Aryo.

"Terima kasih pak, saya hanya ingin melapor saya sekolah mulai hari ini. Dan kalau boleh tahu saya dapat kelas apa pak..?"

Tanya Venout to the point, jujur saja, Venout tidak suka basa basi, sungguh sangat tidak suka. Sedangkan pak Aryo terkekeh kecil, ia paham dengan Venout karena ibunya kemarin sedikit menjelaskan tentang Venout. Walaupun tetap masih ada fakta yang tak banyak kepala sekolah itu tahu.

"Ohh,, kamu masuk 12 IPA -1 Ven. Apa perlu bapak antar kamu? "

"Tidak perlu pak, saya bisa sendiri. Kalau begitu saya permisi pak, "

Pak Aryo kembali terkekeh setelah akhirnya mempersilahkan Venout ke kelasnya.

Gadis itu masih melenggang begitu saja, matanya yang tajam itu diedarkan melihat papan kecil penunjuk kelas. Dia baru sadar jika bangunan yang ia lewati sekarang adalah bangunan khusus jurusan IPA. Dan tiga bangunan tinggi lainnya mungkin jurusan IPS, BAHASA , dan SENI.
Setelah memastikan bahwa didepannya kelas 12 IPA 1, ia menarik nafas panjang mengetuk pintu, lalu membukanya.

Yeah, dan semua pasang mata itu, tatapan yang paling ia benci dari apa yang ada di dunia. Ia paling benci ditatap dengan berbagai ekspresi itu. Tanpa ingin memedulikan ia melangkahkan kaki mendekati seorang guru yang tersenyum lebar padanya.

"Venout .??"

Yang ditanya hanya mengangguk, ia tak mau memperpanjang dengan pikiran bagaimana guru itu bisa tahu namanya?
Ah, Venout pikir itu semua hanya membuang buang waktu. Dan sepersekian detik kemudian kelas mulai bising, sibuk berdesas desus tentang gadis yg berada di depan.

"Anak anak, kita kedatangan murid baru. Ayo nak, perkenalkan dirimu !"

Setelah guru itu mempersilahkan, keadaan kelas langsung hening. Mereka menunggu apa yg akan keluar dari gadis cantik itu. Venout menghela nafas, membuang pandangannya kesetiap wajah teman sekelasnya.

"Perkenalkan namaku Venout , pindahan dari Bandung, aku harap kita bisa berteman baik."

Setelah selesai dengan kalimatnya Venout membungkukan badannya sedikit untuk menghormati teman teman barunya. Namun belum ada tanda tanda ia akan tersenyum.

"Guys, coba liat rambutnya "

Celetuk salah satu perempuan berambut cepol yang duduk dipaling belakang. Membuat Venout hanya diam menatapnya.

"Anak anak, Venout ini emang rambutnya asli warna coklat. Sekeluarganya rambutnya coklat, jadi tolong jangan ada yang salah paham."

Mendengar sahutan sang guru, anak anak ada yang ber oh panjang dan ada juga yang tidak percaya. Namun Venout malah memilih untuk tak mendengarkan mereka.
Hidup gue ya hidup gue, urus aja hidup masing masing !

Itu motto hidup seorang Queenara Arlea Venout.

"Bu, boleh saya duduk..?"

"Oh, iya silahkan kamu duduk disamping Rea."

Ucapan sang guru langsung diangguki oleh Venout, namun saat masih mengedarkan pandangannya mencari bangku disamping Rea itu, Venout menoleh karena sahutan suara.

"Bu, Venout sama saya aja. Bahaya kalau sama Rea, kasihan bu masih anak baru.."

Ucap gadis yang tepat di depannya, 3 baris dari depan. Sontak suara sorakan terdengar, namun akhirnya guru menyuruhnya duduk di samping gadis yang berada di depan Venout. Venout menghempaskan pantatnya di kursi lalu menghela nafas kasar.

"Atta ,"

Gadis dengan nama Atta itu mengulurkan tangannya, yang dijawab tatapan Venout. Merasa ada yg salah dengan teman barunya itu, Atta memasang cengirannya.
Dan akhirnya Venout menjabat tangan Atta.

"Venout ,"

"Okey, gue harap kita bisa temenan."

Venout hanya mengangguk sekilas lalu mulai mengeluarkan buku tulisnya dari dalam tas red-black miliknya.

Semoga semua mulai membaik.

Batin Venout ragu,

❄❄❄

Klik bintang n komen ya...

Tebece,,

24 jan 2021•

Salam mungil author💋

Rain | ArleaVenoutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang