💧Nine💧

119 33 13
                                        


Venout masih setia menatap rintik rintik hujan yang sedari tadi membasahi halaman Anastasea, bahkan bel pulang berbunyi pun hujan seperti tak memberikan tanda untuk menghentikan rintikannya.

Beralih ke Venout, dia kini malah terdiam di sisi halaman luas milik Anastasea, memandangi setiap rintikan yang jatuh dengan mata yang berbinar.
Bahkan gadis itu tak perduli saat banyak pasang mata menatapnya. Venout menghela nafas panjang, ia suka bau hujan, ia suka udara dingin dari hujan, ia suka suara bising yang diciptakan hujan, ia juga suka ketenangan dari hadirnya hujan, walaupun banyak orang tak perduli dengan hal hal kecil seperti itu.

Hujan selalu menempati posisi penting dalam kehidupannya, menurut Venout, hanya hujan yang menjadi saksi bisu kehidupannya. Ah, gadis itu selalu menantikan hujan. Ia kini mengusap wajahnya yang basah terkena cipratan kecil hujan di depannya. Posisinya masih dibawah atap teras yang membuatnya terhindar dari air hujan. Kalau saja Venout tak ingat jika seragam ini harus ia pakai besok, mungkin ia memutuskan untuk hujan hujanan.

"Udah ?"

Venout terkejut, ia langsung membalikkan badannya dan mendapati seseorang tengah bersandar disebuah tiang sembari menatapnya. Venout memicingkan matanya,

"Ngapain lo ?"

Seseorang itu menegakkan badannya lalu mendekat ke arah Venout.

"Pertama, gue berterima kasih atas hasil kerja lo. Kedua, gue minta bantuan lo."

Venout menatap seseorang itu dengan tajam,

"Terima kasih lo gue terima, tapi sorry gue ngga minat buat bantuin lo,"

"Lo udah nerima terima kasih dari gue, jadi lo harus bantuin gue, gue ngga suka penolakan."

Venout mendecak, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk melangkahkan kaki menjauh dari seseorang yang tak lain Xavier. Namun langkahnya terhenti saat laki laki itu menarik kerah seragamnya, membuat ia mundur pada posisinya semula.

"Apa sih lo !"

"Bantuin gue terbebas dari ini semua, "

Pandangan Venout beralih pada beberapa kertas kusut di genggaman tangan kiri Xavier, membuat Venout menaikkan sebelah alisnya, binggung.

"Gue capek harus buangin ini setiap hari, gue juga capek bagiin hadiah apa lah itu setiap hari."

"Maksudnya, lo minta gue yang buang semua itu?"

"Bukan buang, tapi berhentiin hal hal kayak gini."

Venout memutar malas arah bola matanya, ia muak dengan sosok di depannya ini.

"Gue ngga nyangka orang kayak lo banyak penggemarnya juga ya,"

Ucap Venout dengan nada mengejek, ia merebut kertas kertas yg berada ditangan Xavier lalu membacanya sekilas.

Ah, bahkan Venout yang membacanya ingin muntah, semua kertas itu sama sama berisi gombalan gombalan yang menurutnya sangat menjijikkan.

Venout menatap Xavier cukup lama, sampai akhirnya ia menemukan satu fakta baru yang membuatnya percaya, sebenarnya Xavier ini cukup tampan.

"Gue ngga mau berurusan sama beginian. Minta tolong sama yang lain aja."

"Ngga ada,"

"Apa ?"

"Ngga ada yang gue percaya selain lo,"

Venout menatap tajam ke arah Xavier yang sedari tadi memasang wajah dinginnya.

"Terus gue harus gimana? Gue baru disini, gimana gue bisa ngatasin beginian?"

"Jadi pacar gue, setelah itu ngga bakalan ada yang ganggu gue lagi,"

Rain | ArleaVenoutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang