Pagi ini Venout melangkahkan kakinya menuju kelas, langkahnya begitu berat namun ia tetap paksakan. 3 hari berdiam dirumah ternyata berhasil membuatnya bosan.
Kemarin Ketiga temannya memaksa untuk pergi menjenguk Venout saat gadis itu bilang bahwa dirinya sedang tidak enak badan namun Venout tolak. Ia hanya tidak ingin ketiga temannya menanyainya macam macam, ia juga takut kejadian dulu saat mereka pertama kali ke rumahnya dan mendapati pemandangan tak mengenakkan antara ia dan orang tuanya terulang kembali.
Dugh,,
Venout yang sibuk dengan pikiranya itu tanpa sadar memelankan jalannya membuat seseorang di belakangnya yg juga tak sepenuhnya fokus pada jalan menabraknya. Venout membalikkan badannya dan mendapati seseorang di belakangnya itu melepas headphone yang tengah ia pakai. Seseorang itu memicingkan matanya,
Sadar siapa yg menabraknya, Venout yg awalnya merasa bersalah dan ingin meminta maaf itu akhirnya mengurungkannya,
"Ck, elo,"
Ujar Venout. Baru saja ia akan melanjutkan perjalanannya, suara seseorang itu membuatnya menghentikan langkahnya,
"Masih hidup lo? Gue kira lo dah mati,"
Diam diam seseorang yg tak lain adalah Xavier itu memperhatikan perban kecil yang hampir melingkari pergelangan tanggan kiri Venout, laki laki itu tersenyum sinis. Sedangkan Venout masih diam ditempatnya,
"Ternyata lo sendiri ngga punya nyali. Jangan maen api kalo lo takut panas,"
Nada yang dipakai Xavier terdengar datar, namun kalimat itu berhasil membuat Venout tersenyum miris dibalik punggungnya. Ia membalikkan badan, lalu menatap tajam iris mata hitam milik Xavier,
"Berhenti sok tahu sama masalah seseorang, ngga usah ikut campur kalo lo ngga paham apa apa. Bukan membantu, lo malah cuma bikin rusuh,"
Kalimat Venout terucap penuh penekanan, di kalimat itu Venout mengakhirinya dengan dorongan kecil di bahu kanan Xavier, membuat laki laki itu mundur selangkah. Setelah itu Venout pergi, melanjutkan perjalanannya. Untungnya pagi ini koridor sekolah masih sepi, itu yg membuat ia berani melayani ocehan Xavier.
Ah, ayolah. Bahkan ini masih pagi dan moodku sudah berantakan,
venout menghempaskan pantatnya di kursi tempat ia duduk dengan kasar, bahkan ia tak memperdulikan sahutan 3 manusia yang sudah heboh dengan kedatangannya. Dan kini 3 manusia itu tengah mengelilingi Venout yang kini menelungkupkan kepalanya,
"Ven ! Lo sakit apa? Lama banget, lo udah ngga papa kan?"
Ah sungguh, suara Sheyla membuat telinga Venout sakit, ia kini mendongakkan badannya menatap ketiga temannya,
"Iya Ven, harusnya lo bilang biar setidaknya kita ngga khawatir sama lo, sakit lo ngga parah kan Ven ?"
Seharusnya Venout terharu dengan kalimat yg diucapkan Atta barusan, jarang sekali ada orang yang bilang khawatir padanya. Namun nyatanya ia malah muak dengan kalimat itu, menurut Venout kalimat itu terlontar hanya karena basa basi antar teman, bukan begitu?
Apa ini hanya prespektif dari seorang yang tak pernah mendapat teman?"Iam fine kok, liat bahkan gue sekolah sekarang,"
Sahutan Venout membuat ketiganya menghela nafas lega, dan menatap ketiga teman nya ini membuat Venout teringat seseorang di kehidupan sekolahnya dulu, satu satunya seseorang yg ia akan ingat.
Pikirannya terbuyar saat Atta menarik tangan kirinya, membuat Venout sedikit meringis menahan nyeri yang masih terasa.
"Ini kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain | ArleaVenout
Romance'Kita ke dokter ya Ven,' 'Lo butuh penanganan Ven.' 'Trauma lo juga belum sembuh, kita ke dokter ya. Gue temenin sampe selesai.' Kalimat itu terus terngiang-ngiang di pikirannya, membuat ia merasa bahwa beban pikirannya sudah melebihi batas wajar...