Seorang laki laki berjalan tergesa memasuki sebuah rumah. Setelah sampai disana, langsung saja ia mengedarkan pandangannya mencari sosok yang menjadi tujuan utama ia terlihat tergesa itu sedari tadi.
Masih tak melihat satupun penghuni rumah, ia langsung melangkahkan kakinya menuju sebuah kamar setelah sebelumnya meletakkan dua kantong kresek di atas meja ruang tamu.
Ia membuka pintu kamar dan mendapati laki laki paruh baya terbaring di atas ranjang, laki laki yang bernama Xavier itu menatap miris seseorang diatas ranjang yang terlihat sangat pucat. Tangan kanannya terulur untuk menyentuh pipi dingin sang pemiliknya yang masih memejamkan matanya. Namun tak berselang lama, seseorang itu membuka matanya samar."Ayah, apa yang sakit yah? Ayah baik baik aja kan?"
Tanya Xavier yang masih terlihat panik, ia yakin bahwa ayahnya ini belum memakan obatnya. Sungguh, ingin rasanya ia membunuh siapapun yang bisa mengancam kesehatan ayahnya.Sedangkan laki laki paruh baya itu hanya menampilkan senyum hangatnya, yang sontak membuat dada Xavier sesak.
"Ayah, tunggu sebentar. Avi ambil obat dulu,"
Tanpa mau menunggu jawaban sang ayah, Xavier langsung berlari keluar kamar. Terlihat rahang tegas milik Xavier kini mengeras, tanda bahwa laki laki itu tengah menahan emosinya.
"Mel , keluar lo!! Tante !"
Xavier berteriak nyaring,
Sungguh, ia sudah tidak bisa menahan emosinya jika sudah bersangkutan dengan ayahnya."Bisa ngga sih, ngga usah teriak teriak. Gila ya lo ?!"
Sahut seorang perempuan yang baru saja keluar dari kamarnya yang berada di lantai atas. Ia kini sedang menuruni tangga, jika dilihat perempuan itu seumuran dengan Xavier."Lo mau bunuh bokap gue ?! " seru Xavier,
Kini laki laki itu sudah mendekat ke arah perempuan bernama Melody yang ia panggil tadi."Santai dong Xav, masih mending gue beliin tuh obat buat bokap lo. Harusnya lo berterima kasih dong sama gue,"
Ujar Melody sembari menyedekapkan kedua tangannya di depan dada."Mana obatnya buruan bego !! Bokap gue butuh obat itu !!"
"Titipan gue mana dulu ?"
"Lo ngga waras emang,"
"Ada barang ada jasa,"
Melody memberikan kantung obat dari saku hoodienya. Membuat Xavier segera meraih kantung obat itu,
"Gue taruh diruang tamu."
"Nah gitu dong kakak baik, selagi lo nurut gue sama mama ngga bakal gangguin ayah ngga berguna itu. Pokoknya selagi lo nurut aman deh.."
"Gue berharap lo berdua mati ! "
Setelah berujar, Xavier kembali berlari menuju kamar sang ayah. Langsung saja ia meminumkan obatnya dengan air putih yang berada di samping ranjang ayahnya.
"Maafin Avi yah, belum bisa jagain ayah."
Xavier bersimpuh disamping ranjang ayahnya, rasanya setiap melihat ayahnya yang ceria itu kini hanya bisa menatap dan tersenyum ke arahnya ia begitu sakit. Andai saat itu tak pernah terjadi, mungkin ia tak akan kehilangan binar ceria ayahnya, atau kehilangan kebebasannya di dalam keluarganya sendiri.
Xavier menatap sang ayah yang kini kembali memejamkan matanya, ia tersenyum miris. Melihat sang ayah yang kini hidup bertumpu dengan obat. Matanya memanas, ia rindu dengan mamanya. Entah mengapa ia malah jadi teringat dengan gadis yang tadi bersamanya, Venout. Ia merasa bersalah telah meninggalkan dia didepan rumahnya, sedangkan tatapan gadis itu terlihat sendu bercampur ketakutan yang bahkan tak bisa Xavier jelaskan. Entah apa yang terjadi namun gadis itu terlihat enggan bahkan saat Xavier membentak menyuruh gadis itu turun dari mobilnya. Keselamatan ayahnya akan tetap jadi yang paling utama untuknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/240949906-288-k110606.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain | ArleaVenout
Romance'Kita ke dokter ya Ven,' 'Lo butuh penanganan Ven.' 'Trauma lo juga belum sembuh, kita ke dokter ya. Gue temenin sampe selesai.' Kalimat itu terus terngiang-ngiang di pikirannya, membuat ia merasa bahwa beban pikirannya sudah melebihi batas wajar...