Pukul 09.30 ini, Venout tengah memberesi alat tulisnya. Ia kini akan bersiap untuk ke kantin. 3 hari ia bersekolah di Anastasea Senior High School ini ia tak banyak mengenal teman sekelasnya. Ia hanya mengenal si tomboy Arnantha, si cerewet Sheyla, ataupun si kelebihan kalsium yang duduk di samping Venout Atta. Bagaimana tidak, diantara mereka berempat rata rata hanya memiliki tinggi badan 155-156, sedangkan Atta sendiri memiliki tinggi badan 163.Dan seperti sekarang, Venout diajak ke tiga temannya untuk pergi ke kantin. Setelah selesai membenahi barangnya, ia meraih earphone di laci meja dan memakainya. Tunggu, dia hanya sekedar memakai tanpa menghidupkan musik. Karena jujur ia tidak suka keramaian.
"Ven buru ihh.."
Venout hanya mengangguk dan mengikuti langkah ketiga temannya. Tunggu, haruskah Venout memanggil mereka dengan sebutan teman.? Venout hanya tahu nama mereka, dan mereka tidak kenal siapa itu Venout.
Di sepanjang jalan Venout hanya ikut menyimak ketiga temannya mengobrol, sungguh menurutnya obrolan itu benar benar memuakkan.Saat mereka telah menemukan kursi yang kosong dikantin, mereka langsung mendudukkan diri di bagian masing masing.
Drrt drrt drt,,
Handphone Venout bergetar, satu pesan dari nomor yang tak dikenal muncul, tapi Venout tidak benar benar tak mengenalinya. Ia kenal nomor ini, bahkan hampir ia hafal diluar kepala. Ia hanya sekedar tak ingin menyimpan nomor itu.
#**********
Kenapa kamu nggak pulang Queen ? Kamu sekarang tinggal dimana ?Sungguh, rasanya ia ingin menangis detik itu juga. Bukan karena Venout terharu ataupun dipedulikan, ia malah kini merasa takut. Tangan Venout yang tengah memegang handphone itu tanpa sadar bergetar kecil. Ketakutan itu muncul lagi,
"Ven, are you okey ?? Lo keliatan pucet ?lo sakit ?"
Pertanyaan Sheyla membuyarkan Venout, kini Venout menatap gamang Sheyla, lalu menggeleng kecil.
"Gue nggak papa."
Jawab Venout sembari memasukkan handphonenya ke saku rok seragamnya setelah sebelumnya menghapus pesan dari nomor itu. Ketiga teman Venout melihat tangan Venout yang masih sedikit bergetar itu.
"Pesan dari siapa ? Kok lo kayak panik gitu ?"
"Huh ? Ah itu, salah sambung."
Jawab Venout lirih, sedangkan Arnantha sendiri yang bertanya mengangkat bahunya tak mau memperpanjang, karena ia pun tahu seperti apa kepribadian teman barunya itu.
"Oh ya Ven, lu belum cerita tentang adek lo itu." Tanya sheyla,
Venout menatap malas kearah sheyla, mengehembuskan nafasnya pelan. 2 hari kemarin, Venout selalu diajak jalan dengan ketiga teman barunya itu. Namun, jujur saja Venout tidak tertarik, ia lebih suka membaca tumpukan novel di dalam kamarnya sembari mendengarkan playlist lagu favorite nya. Dan satu satunya alasan untuk menolak hanya adiknya, dan ternyata semua itu malah mengundang tanya.
"Namanya Zeyra, dia kelas 2 sd."
"Wah, jadi lo punya adek kecil ya ?"
Venout hanya mengangguk sebagai respon dari pertanyaan Arnantha.
"Oh ya, gue pesen dulu dah. Kek biasanya kan ??"
Atta langsung beranjak tanpa persetujuan dari lainnya. Karena ia pun tahu, bertanya pun jawaban mereka tidak akan jauh dari kata bakso dan jus kesukaan mereka.
"Berapa bersaudara ?"
" Tiga. "
"Kakak lo cowok gue tebak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain | ArleaVenout
Romance'Kita ke dokter ya Ven,' 'Lo butuh penanganan Ven.' 'Trauma lo juga belum sembuh, kita ke dokter ya. Gue temenin sampe selesai.' Kalimat itu terus terngiang-ngiang di pikirannya, membuat ia merasa bahwa beban pikirannya sudah melebihi batas wajar...