💧Nineteen💧

87 9 11
                                    

Jangan lupa buat spam coment disetiap paragraf ya.😉

_________________________________________________________

Siang ini udara terasa dingin, bahkan tak jarang murid-murid Anastasea menggerutu karena udara sekarang yang semakin menjadi jadi. Belum lagi rintik hujan yang sedari tadi membasahi halaman utama Anastasea seperti tak memberi tanda bahwa ia akan berhenti. Seakan hujan masih ingin memberitahu dunia tentang keberadaannya, keberadaan yang dianggap sebagian yang lain adalah mala petaka.
Terkecuali seorang gadis yang kini berada di bawah guyuran hujan, Venout.

Senyum tipis yang terukir di wajah cantiknya tidak memudar setelah dia keluar dari gerbang utama Anastasea dan memutuskan untuk menerobos hujan deras kali ini. Beruntungnya tadi dia dipaksa oleh sang Bunda untuk berangkat bersama Adit, dan sialnya laki laki itu tidak bisa mengantarnya pulang bersama dengan alasan latihan basket. Gadis yang tak lain Venout itu kini berjalan tenang menyusuri trotoar jalan, membiarkan seluruh tubuhnya basah bersama ketenangan khas yang ia rasakan saat mendengar rintik hujan membentur jalanan aspal. Jarang rasanya dia bisa mendapatkan timing pas untuk kembali berdua bersama hujan, walaupun faktanya banyak pasang mata disekitar gadis itu menatapnya aneh.

Namun terkadang kehadiran hujan membuat Venout harus kembali menahan diri akibat kilasan kilasan kenangan pahit yang berputar bagai kaset di pikirannya. Namun itu semua tidak membuatnya kian membenci hujan, malah gadis itu mendedikasikan bahwa hujan adalah separuh hidupnya. Teman yang selalu ada disetiap perjuangannya,ia selalu menjadi saksi bisu kesakitan Venout selama ini.

Suara klakson mobil membuat Venout menghentikan aktifitasnya. Dengan berat hati, dia mengalihkan kefokusannya pada mobil audi putih yang kini menepi. Hanya bertahan 10 detik sebelum akhirnya Venout kembali melangkah dan menikmati aroma khas dari 'petrichor'-nya. Namun tak lama suara klakson kembali menginteruksi langkah Venout, membuat gadis itu kembali menatap mobil putih yang mendekatinya. Venout menghela nafas kasar, dia mengusap wajahnya yang basah dengan air hujan lalu menyedekapkan tangannya didepan dada. Beruntungnya gadis itu karena tas yang ia kenakan tahan air, jadi dia tidak khawatir dengan i phone nya ataupun buku-bukunya.

"Masuk."

Pintu depan mobil putih itu terbuka, menampakkan Xavier yang kini menatap malas ke arah Venout. Laki-laki itu sedikit berteriak karena suara hujan kali ini begitu bising di dalam mobil.

"Engga, gue mau"

"Bisa ngga sekali aja lo nurut? Susah?"

Venout menatap Xavier tak suka, sedetik kemudian gadis itu pergi begitu saja tanpa mempedulikan Xavier yang memanggil namanya dengan kesal. Tak jauh berbeda dengan Venout yang kini menjauh dengan berbagai gerutuan yang belum hilang dari hatinya. Entah kenapa Xavier ini selalu membuat mood Venout hilang saat hujan turun.

Langkah gadis yang terkesan terburu itu terhenti mendadak saat merasa bahwa tas punggungnya ditahan seseorang. Belum sempat dia melontarkan protesannya, seseorang itu sudah menarik paksa tasnya membuat Venout melangkah mundur kembali mendekat ke arah mobil putih tadi terparkir.

"Ngga usah kasar!" Sentak Venout yang baru saja didorong kasar ke kursi samping oleh seseorang yang tak lain adalah Xavier. Bahkan laki-laki itu tak memperdulikan seragam Venout yang basah mengenai kursi mobilnya. Setelah memastikan Venout duduk diam di kursinya, laki-laki itu memasuki mobilnya dan duduk di kursi kemudi yang berada tepat disamping Venout. Walaupun rasanya malas menatap ke arah laki-laki pemaksa itu, Venout bisa menyimpulkan bahwa seragam laki-laki itu juga basah mungkin karena tadi Xavier mengejarnya.

"Ngga usah berisik! Lo emang harus dikasarin dulu baru nurut."

"Lo nya aja yang ngeselin."
Venout mengalihkan pandangannya ke luar jendela saat Xavier melajukan mobilnya.

Rain | ArleaVenoutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang