💧seventeen💧

65 10 0
                                        


^○^
Hallo gaes, ketemu lagi nih sama cerita Rain,
Coba kasih satu kata untuk Venout disini,? 😄

Terima kasihh,,

"Pipi lo udah baik baik aja Ven ?" Tanya Sheyla yang kini meletakkan handphone miliknya diatas meja kantin. Tangan kirinya kini menopang kepalanya yang fokus menatap Venout didepannya.

"Baik," jawab Venout

"Eh Ven, lo kontekan ngga sih sama abang lo?"

Pertanyaan Sheyla membuat sebelah alis Venout terangkat.

"Abang?"

"Kakak lo Ven, yang kuliah di luar negri." Sahut Arnantha yang ikut mendengarkan, sedangkan Atta kini gadis itu sedang berdesak desakan menunggu antrian bakso pesanan mereka. Tentunya kecuali milik Venout, karena gadis itu bilang bahwa pesanannya akan datang diantar Xavier. Namun sekarang bahkan laki laki itu belum terlihat.

"Gue ngga pernah tau kabarnya semenjak dia pergi, orang tua gue juga ngga ngebiarin gue nyari tau."

"Tapi lo pengen ngga sih Ven, ketemu gitu?"

Venout terlihat menimang pertanyaan Arnantha,

"Gue ngga tau, gue udah terbiasa ngga liat dia."

"Adek lo?"

"Zeyra mungkin ngga begitu ingat muka kak Zee,"

"Kak Zee ?"

"Kakak gue, Yazee."

Arnantha dan Sheyla ber-oh panjang, nama nama dikeluarga Venout sangat unik menurut mereka.

"Aer panas aer panas misi !!"

Atta yang membawa nampan berisi 3 mangkuk bakso dan 3 es jeruk itu datang lalu meletakkannya di atas meja kantin. Gadis itu terlihat tak sabaran saat membagi 3 mangkuk itu, dan setelah selesai membaginya. Atta langsung melahap bakso panas itu membuatnya terkejut karena rasa panas yang terasa di lidahnya.

"Mampus lo Tta, makanya pelan-pelan. Ngga akan gue minta punya lo." Ujar Sheyla sembari terbahak saat melihat Atta yang masih meraup udara menggunakan mulutnya, menetralisir panas didalam mulutnya.

Sedangkan Arnantha dan Sheyla juga mulai berkutat pada bakso didepannya, mereka bertiga mempunyai kebiasaan aneh saat makan bakso menurut Venout. Jika Venout bisa menuangkan banyak kecap ke dalam mangkuknya, berbeda dengan mereka yang memakan bakso apa adanya, tanpa kecap dan saus. Bahkan untuk memakai sambal saja mungkin hanya 1 sampai 2 kali dalam seminggu.

"Patung idup belom dateng Ven?" Pertanyaan Atta dijawab gidikkan bahu oleh Venout, gadis itu tak terlalu memperhatikan. Lagi pula ia tidak begitu lapar.

"Mau makan bareng gue nih Ven? Gue suapin nih,"
Arnantha bersiap mengangkat garpunya untuk menyuapi Venout.

"Gue ngga laper, makan aja."

Setelah berujar, Venout mengeluarkan handphone dari saku seragam yang ia kenakan. Ia membuka log panggilan, ada 3 panggilan tak terjawab dan 1 panggilan terjawab dari Xavier tadi malam, Venout memicingkan matanya. Untuk apa laki laki itu menelponnya?
Lalu matanya bergulir menatap 16 panggilan tak terjawab dan 7 pesan dari nomor tak dikenal, ah Venout pernah bilang bukan? Ia bukan benar benar tak mengenalinya, bahkan ia hafal diluar kepalanya, nomor ayahnya. Tanpa membuka pesan dari sang ayah, Venout langsung menghapus pesan itu, tak lupa gadis itu juga memblokir nomor tersebut.

"Tangan lo gemeteran Ven, lo masih sakit?"

Venout tersentak, lalu segera meraup nafas dalam saat ia sadar bahwa sedari yadi ia menahan nafasnya. Venout menatap Sheyla yang kini menatapnya, kedua tangannya turun tepat dipangkuannya. Venout meremas jari jemarinya.

Rain | ArleaVenoutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang