Yoona menangis saat Siwon tidak juga menjawabnya. Ia memukul pria itu. Siwon berlutut di depannya dan memegang tangannya.
"Dia mengatakan seharusnya aku mati saja. Aku menghalangi kalian. Kalian memiliki hubungan apa? Selain dia adik tirimu?" Air matanya masih mengalir.
"Kamu tahu? Aku begitu mencintaimu dan rasanya aku akan mati jika kehilangan kamu. Apa kamu akan meninggalkanku?" Ujar Yoona lagi
"Percayalah yoong. Aku tidak akan meninggalkanmu" ujar Siwon ia memeluk Yoona "Untuk masalah Tifanny, jangan dengarkan dia"
"Aku mendengar apa yang Esther katakan padamu tadi. Katakan padaku mengapa anak-anak tampak memusuhimu? Mereka hanya menghormatimu di depanku?"
"Yoong, oppa tidak bisa mengatakannya" ujarnya
"Aku yang akan memberitahu mommy" ujar Brian, ia berdiri di depan pintu sejak tadi. Ia tidak tahan lagi saat terus mendengar tangisan mommynya.
Darren menahannya,
"Cukup kita melakukan satu kali kesalahan yang membuat kita hampir kehilangan mommy. Bukankah kita sudah sepakat membiarkan mommy mengingatnya sendiri?" Ujar Darren, ia melihat daddynya meneteskan air matanya
"Katakan Brian," ujar Yoona
"Aku,," Brian menatap hyung dan adiknya, mereka menggeleng.
"Aku yang akan memberitahu yoong" ujar Siwon, "Kalian bertiga benar, mommy tidak boleh hidup dalam kebohongan. Bisakah tinggalkan daddy dengan mommy?"
***
Mereka berdua duduk di sofa kamar mereka. Yoona tampak menjaga jarak dengan Siwon. Apa yang Tifanny katakan padanya sungguh mengganggu pikirannya sejak sore tadi.
"Oppa tidak tahu harus mulai dari mana, kamu tahu oppa tidak ingin kamu mendapatkan ingatanmu kembali, karena semua tentang kita hanya sebuah luka" ia berhenti, air matanya menetes lagi. Selama hidup dengannya, Yoona lebih sering menangis. Mereka tidak sebahagia apa yang dikatakan anak-anak mereka. Dan Siwon lah penyebabnya.
"Oppa mengira dengan kamu kehilangan ingatanmu, kita bisa memulai semuanya dari awal. Ternyata tidak semudah itu, untuk bisa bahagia kita harus menyembuhkan luka lama. Oppa takut jika memberitahumu dan memaksamu mengingat saat ini akan berbahaya untukmu, dokter mengatakan bisa berakibat fatal" ia lagi-lagi menangis
"Katakan saja, jika dulu kamu sanggup melukaiku. Apa bedanya dengan sekarang?" Bentak Yoona
Siwon berlutut padanya.
"Katakan atau aku akan pergi"
Siwon mengangguk,
"Oppa membiarkanmu pergi dengan anak-anak daripada memaksamu mengingat hal yang tidak seharusnya kamu ingat. Membuatmu terluka, oppa memilih membiarkanmu bahagia dengan anak-anak. Biarlah oppa menyesal seorang diri daripada membiarkan kalian semua terluka lagi"
"Apakah kamu memiliki anak dengan tifanny?" Tanya Yoona dan Siwon mengangguk. Yoona memalingkan wajahnya, ia menangis. "Cukup, aku sudah mengerti. Aku tidak akan mengingat tentang apa yang terjadi lagi antara kita, aku akan pergi dengan anak-anak"
"Yoong,"
"Aku ingin istirahat" ujar yoona pelan dan ia menuju ke tempat tidurnya "Aku ingin sendirian hari ini"
***
Ketiganya masih berdiri di depan pintu saat melihat Siwon keluar.
"Bisa daddy bicara dengan kalian?" Tanya Siwon
Mereka mengikutinya masuk ke ruang kerjanya. Ia membuka brankasnya dan mengeluarkan paspor mereka bertiga dan milik Yoona.
"Darren, kamu harus menjaga mommy dan adik-adikmu. Kamu benar, lebih baik kamu yang melindungi mereka daripada daddy" ujar Siwon, matanya berkaca-kaca.
"Daddy membuang kami semua sekarang? Demi wanita itu dan anak-anaknya?" Esther begitu terluka. Air matanya mengalir.
"Daddy tidak pantas mendapatkan kebahagiaan setelah apa yang daddy lakukan pada kalian" ia menghapus air mata yang sudah mengalir. "Jika sudah putuskan mau kemana, katakan saja pada daddy. Daddy akan meminta uncle kyu untuk siapkan semuanya"
"Memang seharusnya sejak awal kita pergi" ujar Brian pada Esther, "Kami akan pindah ke Swiss, setidaknya disana ada uncle"
"Mommy sudah setuju?" Tanya Darren pada Siwon dan Siwon mengangguk
"Jangan memaksa mommy mengingat apapun. Aunty Seohyun mengatakan akan berbahaya. Setelah kalian ke Swiss, hiduplah dengan baik" ujar Siwon
"Tentu saja" ujar Brian, ia meninggalkan ruangan itu. Menyisakan Esther dan Darren.
"Daddy benar ingin kami pergi?" Tanya Esther lagi dan Siwon mengangguk "Baiklah, maka ini juga terakhir kali aku memanggilmu daddy. Aku membencimu"
Ia melangkah keluar juga. Sisa Darren.
"Daddy, jika daddy benar-benar tidak mencintai mommy lagi. Beri aku alasan" ujar Darren "Aku ingin tahu apa kesalahan atau kurangnya mommy sampai daddy tega menyakitinya"
"Karena daddy memang bajingan. Maka daddy tidak pantas memiliki istri sebaik mommy dan anak-anak seperti kalian. Daddy pria yang cukup buruk, jangan hidup seperti daddy" ujar Siwon
"Mommy bertanya kenapa aku tidak memiliki kekasih, daddy tau? Aku hampir berkencan dengan putri daddy. Membayangkannya saja aku tidak berani. Lalu Brian, dia begitu terluka karena daddy adalah kebanggaannya. Lalu daddy membuatnya kecewa,"
"Maaf"
Darren bangkit dari tempat duduknya, saat ia sudah keluar, Siwon membuka tas kerjanya. Ia mengeluarkan sebuah amplop, darren kembali masuk, saat Siwon mengeluarkan isi amplop.
"Aku hanya,," darren shock saat melihat apa yang dilihat daddynya.
Siwon terkejut melihat darren di depannya. Ia berusaha mengumpulkan semua itu, tapi darren lebih dulu mengambil satu foto. Kakinya lemas, ia terduduk. Siwon segera mengunci pintu ruang kerjanya. Sudah terlambat untuk menyembunyikan dari Darren.
"Jangan dilihat lagi" ujar Siwon, ia mengambil foto itu dari tangan Darren, ia memasukkan ke dalam tong sampah dan membakarnya.
"Dad,"
"Jangan katakan apapun tentang apa yang kamu lihat hari ini".
"Daddy pernah melakukan test DNA?" Tanya Darren, Siwon menggeleng, "Kenapa?"
"Daddy percaya mommy tidak melakukannya" ujarnya
"Lalu kenapa foto ini ada sampai saat ini?"
"Tadi daddy baru membuka brankas grandpamu, didalamnya terdapat amplop ini. Daddy membawanya pulang untuk membakarnya" ujar Siwon "Berjanjilah, kamu akan tetap melindungi mommy, jika ingatannya kembali dengan sendirinya, biarkan ia membuat keputusan sendiri. Daddy bahagia saat mommy tidak mengingat apapun, karena ia tidak memiliki beban jika ingatannya tidak kembali. Hanya saja terlalu benar saat luka tidak akan bisa sembuh jika luka tidak benar-benar disembuhkan dari dasar"
"Kondisinya seperti ini, daddy tidak ingin kenyataan membuatnya semakin terluka"
"Dad" darren berlutut pada daddynya "mianhae, mianhae" ia menangis dan Siwon memeluk putranya itu
"Berjanjilah tidak akan memberitahu siapapun tentang ini. Karena sejak awal daddy juga berjanji akan menyimpan semua ini sampai mati" ujar Siwon dan Darren mengangguk
"Lalu tifanny?"
"Daddy akan memberitahumu lain kali, lalu apa kalian akan ke Swiss?"
Darren menggeleng
"Walaupun cuaca Swiss cukup bagus untuk mommy, aku tidak mau kesana karena ada uncle. Aku ingin daddy dan mommy bersama lagi, memperbaiki semuanya. Jika kesana,,"
"Gomawo sudah mempercayai daddy" Siwon menangis terharu. Pria yang paling memusuhinya sejak awal, akhirnya berada disisinya. Walaupun bukan ini yang ia mau, ia tidak ingin ada yang tahu apa yang terjadi antaranya dan Yoona.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving, never Forgetting
FanfictionAku mencintaimu sejak awal dan kamu tahu itu. Perasaan itu tidak akan pernah berubah. ~Im Yoona Lebih baik aku merelakanmu daripada membuatmu lebih terluka lagi. ~Choi Siwon