Love - 4

860 92 6
                                    

Im Yoona POV

Kepalaku begitu sakit setiap potongan ingatan itu datang. Air mataku menetes tanpa bisa aku tahan, aku mengingat semuanya. Aku berjalan keluar untuk mengambil air minum, saat melewati ruang kerjanya, ruangan itu masih terang.

Aku membuka dan dia tertidur di kursi kerjanya dengan kondisi komputer masih menyala. Aku masuk ke dalam, di mejanya terdapat foto kami dan foto anak-anak. Aku menyadari semuanya tidak akan sama lagi. Semuanya akan kembali seperti semula.

"Yoong" ia terbangun saat aku duduk di hadapannya. Aku menatapnya, ada sedikit kerutan di ujung matanya.

"Tidurlah di kamar" ujarku seolah tadi bukan aku yang mengusirnya. Seolah tadi tidak terjadi apapun.

"Oh" ia mematikan komputernya. Aku bangkit dari dudukku.

"Yoong, Brian mengatakan akan mengajakmu tinggal di Swiss. Aku rasa cuaca disana cocok untukmu,"

"Di Swiss ada Sehun" ujarku dan ia mengangguk, aku berhutang kata maaf dan terima kasih pada pria itu. "Apapun yang diputuskan anak-anak, aku setuju"

Ia mengangguk, ia bukan pria seperti ini sebelumnya. Ia keras kepala tapi ia menuruti apapun yang aku katakan saat ini, bahkan ia mengijinkan aku berada satu tempat dengan pria yang sejak dulu menjadi musuhnya itu.

"Jika kami pergi, kamu akan tinggal dengan Tifanny?" Tanyaku dan ia menggeleng

"Lalu?"

"Banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum memulai awal yang baru" ujarnya dan aku mengangguk. Aku menuju ke dapur untuk mengambil air minum.

***

Disana, dalam keadaan gelap, aku tidak sanggup menahan air mataku lagi. Aku duduk di lantai sambil menangis.

"Aku tidak mencintaimu, aku tidak pernah mencintaimu sejak awal" teriakku padanya di depan appa dan eommaku, dia hanya menunduk dan meremas foto yang berada di tangannya.

"Yoong a, jangan begitu" eomma berusaha memelukku. "Kalian bicarakan baik-baik"

"Apa yang perlu dibicarakan lagi? Tidak akan ada pria yang memaafkan istrinya berselingkuh" bentak appa pada eomma, aku melihat Siwon oppa tidak bereaksi apapun sejak tadi. Sejak appa menyudutkanku, ia tidak membelaku sama sekali.

"Putri kita tidak begitu yeobo" ujar eomma

"Pria itu bahkan membunuh orang yang melihat perselingkuhan mereka. Bagaimana kamu bisa mengatakan tidak mungkin" ujar appa,

"Ne, semuanya benar appa. Lalu apa yang kalian inginkan?" Tanyaku, dia menatapku dengan tatapan penuh luka "aku tidak mencintaimu, kamu bisa ceraikan aku jika kamu mau"

"Mom,," aku menghapus air mataku saat mendengar suara putra sulungku. Sudah tengah malam begini,

"Darren, kenapa disini?"

"Aku haus, lalu aku melihat mommy. Mommy menangis?"

"Mommy hanya sedih, tidak mengingat apapun" ujarku berbohong,

"Terkadang ada baiknya kita tidak mengingat apapun mom. Tidak semua masa lalu itu menyenangkan" ujarnya, aku setuju. Aku menatapnya, ia sangat dewasa, tapi aku merasa ada yang berbeda dengannya.

"Kenapa menatapku begitu mom?"

Aku menggeleng

"Mommy mengingat kecelakaan itu" ujarku, aku tahu ia mirip daddynya, pendengar yang baik. Aku tidak mampu menutupi ini darinya.

Loving, never ForgettingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang