Choi Siwon POV
Ntah sudah berapa lama aku berjalan hingga tiba di jembatan gantung ini. Tempat pertama kali kami honeymoon. Disini begitu gelap, aku bahkan tidak bisa melihat keindahannya lagi. Aku menangis, membayangkan harus melepaskan wanita yang telah menemaniku selama 20tahun ini.
Aku tahu ia tidak lagi mencintaiku setelah malam itu, tapi perasaanku padanya masih sama seperti awal bertemu dengannya bahkan sampai detik ini. Aku masih mencintainya.
Aku duduk di tengah jembatan itu, pikiranku kembali ke masa lalu kami, penyebab kehancuran rumah tangga kami.
Setelah kembali dari honeymoon ketiga kami, aku benar-benar disibukkan dengan beberapa proyek baru, dari perusahaanku maupun dari mertuaku.
Aku bahkan tidak tahu apapun yang terjadi pada istriku dan keluargaku. Aku hanya ingat di hari aku mengalami demam dan saat kembali ke rumah, yoona dan anak-anak tidak berada di rumah. Keesokan paginya ahjumma mengatakan yoona dan anak-anak menginap di rumah mertuaku, aku melihat ponselku ada beberapa panggilan darinya dan kyuhyun.
Aku akan menuju ke rumah mertuaku untuk melihat istri dan anak-anak. Tapi eommaku lebih dulu menelepon sambil menangis. Aku memutuskan menemui eomma,
"Eomma kenapa menangis?" Tanyaku
"Siwon a, bantu eomma. Sehun dituduh membunuh seseorang"
Aku begitu terkejut, lalu Henry masuk membawa sebuah ipad untuk menunjukkan sesuatu kepadaku.
"Ahjumma" ia menyapa eommaku dan tampak ragu saat ini
"Ada apa henry ya?"
"Sehun sekarang sudah menjadi pelaku pembunuhan bukan lagi tersangka. Dia tidak mengatakan apapun dan semua bukti mengarah ke dia"
"Aboejinya terus bertanya dan dia hanya diam, dia tidak mungkin seperti itu" eomma terus menangis
"Henry ya, carikan pengacara untuk membantu Sehun" ujarku
***
Beberapa hari ini aku benar-benar sibuk sehingga lebih sering pulang malam. Saat tiba di rumah yoona dan anak-anak sudah tertidur. Aku hanya bisa menyusul mereka karena aku juga kelelahan.
Aku mengurus banyak masalah, termasuk masalah Sehun. Aku mencari pengacara terbaik untuk membelanya, hanya saja sudah sebagian besar menolak mengambil kasus ini.
"Kenapa kamu masih sibuk mengurusi masalah dia? Biarkan saja dia membusuk di dalam sana" itu yang mertuaku teriakan padaku saat mengetahui aku sibuk mengurusi masalah Sehun
"Aboenim, bagaimana pun dia adikku,,"
"Ne dia adikmu, kamu sangat menyayangi dia sampai rela berbagi istri dengannya?" Bentaknya dan seluruh tubuhku bagaikan disambar petir. Apa maksud mertuaku ini, berbagi istri, ia melemparkanku sebuah amplop, mirip dengan yang aku terima tadi pagi. Hanya saja aku terlalu sibuk untuk membukanya.
"Aboenim,"
"Buka dan lihat sendiri" ujarnya, foto itu menunjukkan Sehun dan Yoona berada di sebuah ranjang yang sama.
Aku tidak bisa bernafas. Rasanya begitu sesak. Wanita yang sangat aku percayai, mengkhianati aku dengan begitu kejam,,
"Aboenim, ini tidak benar" ujarku, aku berusaha mempercayai istriku.
***
Aku harus bertanya pada Sehun, setibanya disana, aku melihat Yoona berada disana juga. Wanita itu menangis.
Aku memutuskan tidak masuk kesana, semuanya sudah jelas. Aku memutuskan kembali ke rumah untuk membakar semua foto itu.
"Demi Darren dan Brian, aku harus mengalah" gumamku, aku memasukkan semua foto itu ke dalam tong sampah untuk memusnahkannya dengan api.
"Oppa kamu sudah pulang?" Tanyanya,
"Ne, kamu dari mana?"
"Aku mengunjungi Sehun" ujarnya, dan ia tampak menunduk.
"Lain kali minta ahjushi antar saja" ujarku
"Oppa tidak marah aku menemui Sehun?" Tanyanya dan aku hanya tersenyum padanya. Apa yang aku katakan belum tentu akan ia turuti. Jadi aku hanya bisa memberinya kebebasan setidaknya ia tetap berada disisiku. Demi anak-anak, aku tidak bisa egois.
"Oppa,," ia memelukku, aku tidak tahu kenapa dia menangis. Aku hanya membalas pelukannya, aku ragu dia memiliki perasaan seperti perasaanku padanya.
***
Siang itu aku dipanggil aboeji ke kantornya, dia meminta pengacaranya mengubah saham kepemilikannya atas Lypco ke namaku. Aku menolak, bagaimana pun aku hanya menantunya. Tidak tahu berapa lama kami berdebat akhirnya ia setuju untuk menggantikan saham-saham itu ke nama cucu-cucunya saja.
Aku melihat Yoona masuk, aboenim melemparkan sebuah amplop. Aku cukup yakin itu amplop berisi foto-foto itu.
"Appa,," ia tampak akan memeluk appanya tapi yang ia dapatkan adalah sebuah tamparan. Aku begitu terkejut. Ini pertama kalinya ia ditampar appanya.
Yoona tampak marah dan ia menatap foto yang berserakan di meja appanya. Foto ia bersama Sehun diatas ranjang.
"Lihatlah betapa murahannya dirimu. Disaat kamu memiliki suami dan anak, kamu tidur dengan pria lain" bentak appanya.
Ia menatapku kesal, aku tidak ingin melihat matanya. Aku takut di tatapan itu akan memperlihatkan bagaimana ia tidak mencintaiku lagi, ntah lagi atau bahkan tidak pernah sama sekali. Membayangkannya membuatku benar-benar terluka.
"Appa katakan padamu. Appa tidak mau kehilangan menantu seperti Siwon hanya karena putri tidak tahu malu sepertimu" ujar aboenim, ia memegang pundakku, "Sekarang semua terserah padamu, appa mendukung semua keputusanmu"
"Kenapa kamu tidak bertanya padaku? Membuat appa tahu dan menamparku, itu sudah cukup membuatmu puaskah?" Tanya Yoona padaku, ia menghapus air matanya yang mengalir sejak mendapat tamparan dari appanya. Aku menatapnya dan ia tersenyum padaku.
"Ne benar, semuanya benar. Aku tidur dengan Sehun, lalu kekasihnya tifanny itu memfoto kami, dan Sehun membunuhnya untuk menutup mulutnya. Aku berselingkuh dengannya sejak dulu, apa kalian puas?" Teriaknya
"Im Yoona!!" Bentak appanya, ia meraih bingkai foto di atas mejanya dan akan melemparkan ke Yoona, aku mengambilnya dari tangannya dan meletakkannya kembali.
"Aku tidak akan mengatakan apapun lagi. Apapun yang kamu putuskan aku terima. Jika appaku juga lebih memilihmu dan membuangku, aku juga tidak peduli. Tidak ada lagi yang ingun aku katakan setelah apa yang kamu tunjukkan saat ini"
"Aku tidak mengatakan apapun para aboenim. Foto ini juga bukan aku yang berikan" ujarku
"Jangan menuduh sembarangan. Siwon tidak mengatakan apapun, dia juga tidak tahu masalah ini jika bukan appa yang tunjukkan" ujar aboenim
"Aku tahu ini bukan pertama kalinya kamu melihatnya" ujar Yoona
"Benar, tapi aku juga tidak ingin menunjukkan aib ini pada semua orang. Aku memilih mempercayaimu dan hari ini kamu mengatakan kamu mengkhianatiku" ujarku "Maaf kalau aku tidak bisa membahagiakanmu, sehingga kamu memilih melakukan ini. Maaf"
Aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Aku hampir tidak bisa bernafas saat ini, bagaimana bisa ia mengkhianatiku seperti ini.
"Hanya saja aku tidak bisa melepaskanmu, aku mencintaimu dan anak-anak kita membutuhkanmu" ujarku, aku melihat air matanya, aku berharap ia masih memiliki perasaan.
"Bisa saja mereka bukan anakmu" ujarnya dan ia mendapat tamparan dari eommanya yang baru masuk. Ia jatuh tidak sadarkan diri setelah tamparan itu.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving, never Forgetting
FanfictionAku mencintaimu sejak awal dan kamu tahu itu. Perasaan itu tidak akan pernah berubah. ~Im Yoona Lebih baik aku merelakanmu daripada membuatmu lebih terluka lagi. ~Choi Siwon