Nikotin dan Kafein | 15

150 19 5
                                    

Selamat membaca,
Kalau ada typo, plis kasi tau aku.

***

"Genta!"

Siang itu, waktu kelas bubar, Genta tidak bisa tidak menerima teriakan kesal Fei. Bagaimana tidak, cowok itu tiba-tiba bertingkah aneh. Menariknya jauh ke parkiran mobil siswa Bintang Angkasa padahal ia sudah di mulut gerbang hendak naik bus. Seolah, Genta memang sengaja.

"Mood gue lagi nggak bagus buat berantem apalagi main-main ya!" tegas Fei begitu menyadari mobil siapa di samping mereka.

"Lo balik sama Niko."

"Hah?!" Fei melebarkan mata. Cowok ini apa-apaan. "Sinting ya lo?" ia menunjuk Niko dan berniat beranjak. Sebelum akhirnya, Genta lebih dulu mencekal tantannya.

"Lo mau latihan buat UP 'kan." Ini bukan pertaanyaan, melainkan pernyataan sok tau.

Kening Fei makin berkerut dalam, "Paan si lo," mulai kesal, ia bahkan menepis tangan Genta.

Baru saja Fei akan pergi dan Genta sudah kehabisan ide menahan cewek itu untuk tetap tinggal, lagi-lagi langkahnya tertahan begitu menemukan Niko tengah memandang mereka satu per satu dengan tatapan datar. Tak lama, karena setelahnya, cowok itu membelah jalan di antara keduanya dan masuk ke dalam mobil.

Saat itu juga, tak menunggu waktu lama, Genta menarik Fei untuk kemudian meyebloskan Fei ke dalam mobil cowok itu.

"Fei pulang sama lo, Nik. Thank's," katanya sebelum berlari menjauh.

Fei memataung, tereperangah. Cowok itu benar-benar sudah kehilangan alasan hidup. Detik berikutnya, ia sudah keluar dari mobil dan siap 'mematahkan tangan' Genta ketika kalimat Niko menghentikan langkahnya.

"Lo habis ngedudukin saos?" kata Niko.

Entah itu pertanyaan atau pernyataan, sulit telinga Fei membedaknnya. Ia lantas menarik sedikit rok bagian belakang ke depan. Detik itu juga ia melompat kembali ke kursi mobil Niko. Fei terkejut bukan main, ada bercak merah gelap hampir kecoklatan seukuran kepalan tangan di sana. Astaga, itu jelas-jelas bukan saos.

Setelah kehilangan kata-kata untuk beberapa saat, Fei akhirnya membuka suara, "Ini kayaknya pas di kantin."

Di tempatnya, Niko kehabisan ide tentang bagaimana harus menimpali Fei. Saat ini ia tengah mengutuk diri sendiri. Seharusnya, sekalut apa pun dirinya mencari cara menahan keberadaan cewek itu, matanya jangan sampai ke sana. Atau jangan sampai kelepasan nyeletuk juga. Niko tidak tahu kalau ia bisa sampai sebodoh ini.

"Gue tau lo suka belajar, tapi lo nggak lupa kan kalau sekolah punya waktu tutup? Lo nggak ada niatan pulang apa? Mau nginep lo?" cerca Fei di tengah kegelisannya grasak-grusuk mencari pembalut yang ia sendiri tidak yakin apa ada di dalam tasnya. Sedang di bawah sana rasanya sudah hampir banjir.

"Gue pulang sendiri." Jawab Niko.

Sontak Fei menghentikan aktivitasnya, menatap Niko tidak percaya. "Hah? Gimana?"

"Turun. Gue nggak ngojekin orang." Tegas Niko.

"Hahaha," Fei tertawa hambar, "gue umbi-umbian kok, tenang aja."

Nikotin dan KafeinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang