"Gila, seumur-umur gue telat, nggak pernah nih dihukum ngersihin wc gini," racau Fei begitu keluar dari toilet cewek.
Fei mungkin cuma salah satu dari sekian banyak makhluk bumi—terutama yang masih sekolah—yang tidak suka bangun pagi. Fei punya kebiasaan tidur siang sampai berjam-jam hingga malamnya nggak bisa menjamin mata. Pukul dua belas ke atas, baru dia bisa tidur. Yang artinya ... berjam-jam kemudian juga baru bisa bangun. Bu Rensi bilang, dia ini sleeping beautynya Nusa Harapan, cuma versi sleeping(little)beauty(almost ugly).
Di Nusa Harapan ini, ada yang namanya sistem poin pelanggaran dan akhlak. Tiap murid diberi kartu yang isinya kolom kosong untuk jenis pelanggaran dan akhlak itu. Tiap terjadi pelanggaran atau melakukan hal terpuji, kolom itu diisi sesuai 'perbuatan' disertai poin yang tiap-tiap poinnya sudah ada ketentuan dari BK. Persis, kayak catatan amal baik-buruk punyanya malaikat Raqib-Atid.
Nah! Jika biasanya Fei telat cuma dikasih poin di kartunya setelah itu disuruh mengambil sampah mengililingi sekolah, sialnya kali ini malah disuruh membersihkan toilet.
Fei melenguh, mengangkat kedua tangan tinggi-tingi sebagai peregangan sambil membalikkan badan. "Badan gueee... rontok semuaaa... ra—" Saat itulah ia melihat Niko. Berdiri dengan tatapan tajam khasnya di depan toilet cowok.
"Liat apa lo?!" sungutnya pada Niko.
"Pose lo?" jawab Niko, tapi dengan nada bertanya.
Tunggu sebentar, Fei nggak ngerti, pose itu yang kayak: memilin kedua tangan ke atas yang dengan 'nggak sengaja' membusungkan dada, itu bukan salah satunya? Persis seperti yang Fei peragakan sekarang?
Fei berdehem sok kalem sambil perlahan menurunkan tangan. Kemudian membuat gerakan seolah memebersihkan roknya seraya mundur perlahan dan berdehem canggung, lagi. Hingga tanpa sadar gerakannya itu membuat punggungnya menabrak pintu. "Awh!" ringisnya kemudian.
Semua hal itu tak luput dari perhatin Niko. Cowok itu memasang raut datar yang lebih-lebih dari biasnya. Dan seolah ia sudah bisa menebak kegilaan macam apa yang akan Fei lakukan, lalu saat kegilaan yang ditunggu-tunggunya sudah terjadi, cowok itu melangkah pergi dengan santai.
"Dih! Sok cool banget," cibir Fei setengah kesal. Ia kemudian memungut ember beserta pel untuk dibawa pergi. Saat lagi-lagi ia dibuat kaget menemukan wajah Niko begitu ia mendongak.
"Mau apa lagi lo?!" sergah Fei. Ia mengkak dagu tinggi disertai dada yang membusung. Saking kesalnya dia sama Niko.
Bukannya ikut menanggapi Fei dengan bahasa tubuh yang tak kalah nyolot, cowok itu justru berucap dengan santai sebelum kembali pergi, "Dih! Sok hot banget."
Detik itu juga, Fei merasa rahangnya sudah menggelinding ke dalam lubang kloset.
Ngomong-ngomong soal Niko, ini sudah seminggu sejak Genta yang memberitahu jika cowok itu satu kelompok dengannya untuk ujian praktek seni budaya di kantin waktu itu. Teman-temannya yang lain sudah sibuk mengarang puisi, membuat melodi, bahkan Agam yang awalnya ogah-ogahan malah sudah jadi yang paling siap buat tampil Sabtu ini. Tapi Niko belum ada niat bahas soal ini kayaknya.
Atau cowok itu diam-diam sudah menyiapkan semua dan mau tampil sendiri? Mengingat bagaimana hubungan kedunya dan sikap 'memastikan segala sesuatu berjalan sempurna' milik cowok itu, ya ... mungkin saja 'kan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Nikotin dan Kafein
Novela Juvenil"Mau jadi cowok gue?" Kening Niko berkerut dalam. Diperhatikannya cewek yang baru saja memintanya menjadi pacar itu. Gesturnya santai sekali, seakan tengah mengajak lawan bicaranya makan kerupuk. Rambut hitam sebahu yang entah kapan sejak terakhir...