Mission 22 -Semua Ini Apa?-

5.9K 608 86
                                    


Happy Reading 😘😘😘

***

Hal terakhir yang kuingat sebelum jatuh pingsan karena tak kuat menahan rasa sakit adalah wajah prihatin Asha yang membawaku ke Rumah Sakit.

Kupikir aku akan mendapati wajahnya lagi selepas ketidak sadaranku, tetapi Kalael lah yang kutemui.

Pria itu duduk di sisi ranjangku dengan kedua tangan menggenggam tanganku erat.

Wajahnya menunduk, tenggelam dalam tautan tangan kami hingga rambutnya lah yang menjadi hal pertama yang mataku tangkap.

Bagaimana aku bisa tahu kalau itu Kalael? Well, sadly to say tapi aku memang sangat mengenal fisiknya. Kalaupun hanya tampak punggungnya aku pasti akan tahu kalau itu Kalael.

Refleks kukibaskan tanganku dari genggaman tangan besarnya.
Tindakanku itu membuatnya mengangkat kepalanya cepat.

Tangan itu, tangan itulah yang membubuhkan obat sialan itu ke minumanku. Tangan itu yang mencelakakan anakku.

“Mana Asha!?” sentakku panik. Mataku berpendar ke sekeliling ruangan mencari alat atau benda apapun yang dapat kugunakanan untuk melindungi diri. Aku takut Kalael berbuat sesuatu yang dapat membahayakanku dan anakku.

Anak? Apa dia bertahan? Tanganku bergerak menangkup perutku yang tertutup selimut rumah sakit. Lagi-lagi air mataku mengalir.

Kalael melihatku cemas. Dia berusaha membawaku ke dalam pelukannya yang tentu saja kutolak.

Tanganku berhasil mendorong dadanya menjauh setelah memberikan sebuah tamparan keras di pipi kanannya.

Tubuhku yang tak bertenaga kupaksa bangkit duduk mengambil jarak sejauhnya dari Kalael.
“Sayang.. sayang.. hei kamu kenapa?” suara busuknya menusuk gendang telingaku.

Wajahnya ia buat semenyedihkan mungkin karena mendapat penolakanku.

Huh.
Aku tak akan tertipu untuk yang kedua kalinya.

Dia tak menyerah untuk memelukku. Pelukannya membuatku trauma.

Aku memberontak dan berteriak histeris.
Tubuhku melenting menjauh hingga membuat perutku tersengat rasa nyeri.
“Awh..” ringisku menekan perutku.

Kalael bergerak panik. Dia menekan bahuku agar kembali berbaring di atas brankar.
“Jangan banyak gerak dulu, jahitan kamu bisa lepas lagi.” bisiknya seraya mengelus perutku.

Aku menampik tangannya.

Mataku berkaca-kaca menyaksikan tingkah munafiknya.
“Ngapain kamu di sini?” desisku.

Dahinya berkerut bingung. “Huh?”

Wajahku menoleh ke samping, enggan melihat wajah yang selama ini kukagumi namun selalu menorehkan kekecewaan padaku.
“Jangan pura-pura. Puas kamu udah bunuh anakku?” suaraku serak dan bergetar.

Hatiku berdenyut nyeri setiap mengingat semua perbuatan busuknya yang dibalut dalam kebaikan palsu.

“Huh? Maksud kamu apa sih?” dia kelihatan tak paham sama sekali. Entah sampai kapan dia akan berpura-pura seperti itu.

“Jangan pura-pura bego! bajingan!” mulutku akhirnya mengeluarkan kata-kata kasar padanya.

Wajahnya terkejut setelah menerima ucapan kasarku. Awalnya mulutnya membuka, menganga tak percaya. Kemudian perlahan-lahan rahangnya mengetat, hampir meluapkan kemarahannya.

Namun dia berhasil menahannya dengan mengatur pernafasannya baik-baik. Matanya memejam sesaat disertai tarikan nafas panjang, mengiringi gerakan mulutnya yang membuka --hendak mengeluarkan kata.

Sayang, pintu perawatan yang diketuk singkat disusul masuknya dua orang perawat wanita dengan masing-masing keranjang bayi bening yang mereka dorong mengalihkan masing-masing perhatian kami.

Kalael menyambut datangnya kedua perawat berseragam putih ungu itu dengan ramah. Ia berjalan mendekati keranjang bayi itu dan tersenyum kepada entah apa di dalamnya. Wajahnya yang awalnya kaku  melembut, dengan mata berbinar senang.

Sementara aku kebingungan. Bayi siapa itu?

“Selamat pagi, Ibu Indrasta. Apa tidur Anda nyenyak?” salah satu dari mereka, yaitu si kulit coklat bertanya pada..ku?

Ibu Indrasta? Aku tak akan sudi dipanggil dengan nama itu lagi. Beruntung aku dapat menahan diri untuk tidak meremas mulut si perawat karena memanggilku dengan nama Kalael.

“Nyenyak karena saya peluk.” Kalael yang menjawab, membuat dua perawat muda itu tersipu.

Mission Impossible ;The Badass series 2 [Finished]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang