Mission 26 -It's All My Fault-

7.4K 623 99
                                    

Gue terbangun di sebuah kamar rumah sakit, gue tahu.
Bau disinfektan yang menyakiti hidung dan warna putih membosankan yang mendominasi sudah menjadi penanda.

Badan gue rasanya remuk. Gerak dikit susah, ngapa-ngapain susah.
Untungnya gue masih diizinin hidup.

Mata gue melirik ke samping kiri, di mana ada Bunda dan seorang wanita berambut hitam highlight ash grey sedang duduk di sofa.
Ah shit. Ratu di sini.

Tanpa sengaja gue batuk-batuk, sampai mereka berdua nengok ke arah gue.
"Udah bangun El." kata bunda.

Gue cuma mengangguk sambil mencoba duduk bersandar.

Bunda mendekat, meninggalkan Ratu duduk seorang diri di sofa tunggu pasien.
"Kamu harus bicara sama Ratu." kata beliau sembari mengelus lengan gue.

Gue nutup mata, capek rasanya sama masalah gue yang nggak kunjung nemuin akhir.

"Bunda tinggal cari bubur ayam di depan." lanjut bunda, ninggalin gue tanpa merasa perlu nunggu  balesan dari gue.

Ruangan seketika hening.
Gue cuma bisa baring di atas ranjang sambil nutup dahi gue pakai lengan. Sementara Ratu, gue nggak tahu dia lagi ngapain.

"Indra.." suaranya ketangkap indra pendengaran gue.

Gue bergeming, nggak ada niat sekalipun buat natep dia apalagi bales panggilannya.
Tangannya kerasa alus banget waktu ngelus lengan gue, tapi gue sama sekali nggak nikmatin ini.
Dengan pelan karena lengan gue yang rasanya masih ngilu, gue kibaskan tangannya dari lengan gue.

"Bunda kamu udah cerita semuanya." mulainya.

Terdengar suara kursi berderit.

"Dan maaf, aku udah bilang tentang kehamilanku ke bunda kamu." lanjutnya, menyulut kemarahan gue.

Gue turuin lengan yang nutupin dahi gue sehingga gue bisa lihat wajahnya.
Gue tatep wajah itu baik-baik. Wajah yang sempet bikin gue lupa diri sampai ngelakuin ketololan terbesar dalam hidup gue.
Wajahnya pucat, nggak merona seperti biasanya.
"Kan udah aku bilang, tunggu. Biar aku yang atasin semuanya." kata gue, setengah geram. Rasanya dada gue mau meledak oleh rasa marah yang nggak tertahankan ini.

Ratu nangis. Dia meremas tanganya kuat-kuat.
"Aku nggak bisa lagi nunggu kamu bertindak, apalagi setelah tahu kalau kamu masih berhubungan sama mantan istri kamu." lirihnta dengan suara serak menahan isakkan.

Gue mengurut kening.
Semua masalah datang dari gue.
"Kamu laki-laki paling brengsek yang pernah aku kenal El. Dan aku tolol karena tetep nggak bisa jauh dari kamu." dan sekarang tangisan Ratu tambah kenceng.
Gue yakin orang yang lewatin ruang rawat gue bakal bisa denger tangisan dia.

Tinggal tunggu waktu aja sampai ada orang yang masuk, nuduh gue ngapa-ngapain Ratu.

"Sorry." ucap gue akhirnya, sekadar buat dia berhenti ngomong macam-macam.

Eh Ratu malah meledak denger permintaan maaf gue. "Aku nggak butuh maaf kamu! Aku mau kamu nikahin aku!" teriaknya.

Gue narik nafas dalam-dalam. Permintaan itu lagi.
Ya, mau menghindar pun percuma. Bunda bakalan jadi orang pertama yang narik gue paksa ke hadapan penghulu buat nikahin Ratu.

Tapi rasanya gue masih belum rela posisi Lea digantiin sama wanita lain.
Gue masih berharap... dia mau ngasih gue kesempatan lagi.
Gue nggak mau kesempatan gue buat dapetin Lea lagi semakin jauh kalau gue nikahin wanita lain.

But yeah Ratu lagi hamil anak gue.
Anak gue butuh status jelas dari gue sebagai ayahnya.

Sialan. Double sialan.

Mission Impossible ;The Badass series 2 [Finished]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang