Happy Reading 😘
***
Setelah bergelut dengan isi hati dan logika selama berhari-hari disertai dua telepon susulan dari Bapak dan Barnes, maka di sinilah aku sekarang.
Di depan rumah Kalael yang dulu pernah menjadi tempatku berpulang, bersama Bapak Pra dan Pra yang bergelung di dada bidang bapaknya.
Aku menarik nafas berkali-kali, menguatkan diri.
Tanganku gemetaran dan basah, tapi Bapak Pra menggenggamnya erat, berusaha memberiku ketenangan."It's okay, kalau kamu belum siap kita bisa kembali ke hotel." dia mengelus punggung tanganku dengan jari jempolnya yang membuatku tersenyum kecil.
Pria ini, walaupun aku belum bisa mencintainya -begitu pula dia, tapi setiap perlakuannya selalu berhasil membuatku nyaman dan merasa terlindungi. Aku senang berada di dekatnya. Semoga saja ini bukan perasaan sesaat yang timbul setelah patah hati karena Kalael.
Aku menggeleng kecil. "Nggak, aku pasti bisa. Semuanya harus selesai sekarang, biar nggak ada beban ke depannya."
Dia mengedikkan bahu dan berjalan mengikutiku menuju pintu gerbang.
Penjaga pintu gerbang bukan orang yang sama dengan semasa aku masih tinggal di sini.
Pria ini masih muda, berbanding dengan Pak Komar -penjaga rumah terdahulu yang berusia 50-an.Pria muda itu mendekati gerbang dan menyapa kami tanpa membukanya. "Maaf Mbak, lagi nggak menerima tamu. Bapak lagi sakit." begitu katanya.
Aku mengulum bibir mendengar kata 'sakit' dari mulutnya.
"Saya Lea-" penjaga keamanan rumah itu bereaksi hanya dengan mendengar namaku.
Belum sempat aku menjelaskan dia sudah membuka pintu gerbang tinggi di antara kami begitu saja.
"Oh Ibu, maaf saya baru jadi nggak tahu." dia manggaruk belakang telinganya, memohon maaf.Aku masih terpaku, belum beranjak walau gerbang sudah terbuka.
Sampai Bapak Pra yang menyadarkanku. Dia mendorong lembut punggungku untuk melewati pintu gerbang menuju halaman luas dengan taman di sisi kanan dan kirinya yang merupakan kreasi tanganku dulu."Ayo." bisiknya.
Aku menoleh menatapnya, mencoba meyakinkan diri. Apakah keputusan yang kuambil sudah tepat? Bagaimana kalau aku kembali jatuh pada jerat Kalael setelah ini? Bagaimana kalau aku kembali melakukan kesalahan yang sama seperti dulu?
"Ada aku." bapak Pra mencoba meyakinkanku. Dia menunjuk Pra yang sedang mengemut kepalan tangan kecilnya, "Ada Pra juga. Dia sayang kamu."
Aku tersenyum kecil. Semoga ini pilihan yang tepat.
***
Di ruang tamu kami disambut oleh keberadaan bapak dan Barnes yang sedang duduk santai.
Mereka berdua kaget melihatku di sini, begitu pula aku."Bapak sama Barnes di sini?"
"Mbak Lea ke sini?"
Pertanyaan kami terlontar bersamaan.
Bapak dan Barnes melirik keberadaan bapak Pra dan Pra di sisiku.Aku berdehem. "Bapak sama Branes di sini?" Aku kembali mengulangi pertanyaanku.
Barnes yang menjawab. "Iya, kan bajingan brengsek itu nggak punya keluarga lain. Bunda di rumah sakit, mau nggak mau aku sama bapak yang jagain dia kalau ngamuk-ngamuk." jelasnya bersungut-sungut.
Aku tahu seberapa bencinya Barnes pada Kalael.
Aku mengangguk-angguk, mendekati bapak dan menyaliminya. "Pak," sapaku.
Bapak mengelus kepalaku dan memelukku. "Kamu sehat nduk?"
"Iya Pak, Bapak sendiri gimana? Jangan banyak-banyak makan gulai lagi ya, kolestrol nya ntar kambuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission Impossible ;The Badass series 2 [Finished]
Chick-LitLea punya sederet daftar yang harus dilakukannya dalam rangka membalas dendam pada Kalael -sang mantan suami yang telah menduakannya. Namun apa yang menjadi ekspetasi tak pernah sesuai dengan realita. Realitanya, yang dilakukan Lea hanyalah menyer...