Jihoon kembali menemukan Asahi tengah tenggelam dalam lamunan, pagi ini mereka masih berada di rumah Jihoon hingga sore nanti.
"Sa," Jihoon mengambil tempat duduk di sisi kanan Asahi yang melamun menatap keluar jendela.
arunika sepertinya menjadi pusat atensi Asahi saat ini hingga persensi Jihoon tak mampu mengalihkan fokusnya.
"matahari itu gak selamanya bersinar, Sa. karna pasti bakal ada mendung sesekali, lalu hujan setelahnya," Jihoon turut serta menatap dirgantara yang mulai membiru berhias semburat kuning.
"dan sesudah hujan pasti bakal ada pelangi." finalnya.
menoleh saat merasakan bahunya memberat, Asahi menumpu beban di kepala pada bahu yang lebih tua guna menyembunyikan lelehan air mata yang tidak bisa di tahannya.
"sst, selalu ada asa di setiap cerita. maaf membawa kamu ke dalam kisah sulit ini, tapi cuma ini jalan paling benar karna gak ada cara lain selain ini," kata Jihoon.
"jangan minta maaf kak, ini semua salah ku." Asahi akhirnya bersuara.
memberi Jihoon keyakinan untuk kemudian meraih dan menggenggam jemari lentik yang lebih muda.
"kesalahan ada untuk di perbaiki, jangan terus nyalahin diri sendiri. kita berjuang sama sama ya setelah ini," ucap Jihoon, yang kini membelai lembut pipi merah basah Asahi.
Asahi masih bisa melihat sudut bibir Jihoon yang membiru, ia yakin masih ada warna warna yang lebih gelap di sekujur tubuhnya.
"kak.."
"sst, aku menikahi kamu bukan untuk liat kamu nangis setiap pagi, Asahi."
tapi tangis Asahi tak mampu tertahan lagi. bukan keinginannya menumpahkan kristal bening itu tanpa jeda, inginnya menahan agar Jihoon tak perlu merasa sedih karenanya. tapi Asahi tetaplah manusia biasa yang tidak bisa mengendalikan emosinya, terlebih keadaan mentalnya sedang dalam krisis alias sedang sensitif sekali.
tangan Asahi bergerak menyentuh sudut bibir Jihoon yang berhias lebam, lalu pipinya yang juga sedikit bengkak. hatinya kembali merasakan sakit saat Jihoon masih bisa melempar senyum untuknya.
"ini nanti juga bakal ilang kok, jangan terlalu di pikirin, ya?" kata Jihoon saat tau Asahi kembali di rundung rasa bersalah padanya.
"tapi kak-"
"mending sekarang kita turun, bibi udah masak sarapan buat kita," Jihoon berdiri. menarik lembut satu tangan Asahi namun yang lebih muda enggan beranjak.
"kak, gak mau makan." katanya.
"kenapa, hm?" Jihoon menekuk lututnya untuk kemudian meraih kedua tangan Asahi.
tau betul yang lebih muda akan selalu menolak sarapan, "mual ya?" tanyanya.
Asahi mengangguk, menunduk guna membalas tatap mata Jihoon.
"sedikit aja, ya? kamu pasti bakal makin sakit kalo di tambah gak makan," bujuknya pelan pelan.
"sedikit ya kak?"
Jihoon mengangguk, "jangan di paksa, tapi harus tetep makan," katanya.
pada akhirnya mereka keluar kamar dan turun untuk memulai acara sarapan, bibi Ahn datang membawa menu makanan terakhir lalu Jihoon menghentikannya, "papa sama mama kemana bi?" tanyanya.
"bapak sama ibu, mereka ada kerja di dua tempat yang berbeda, den." jawab bibi Ahn jujur.
Asahi berniat mengambilkan sepiring menu sarapan lengkap untuk Jihoon, tapi tangannya di tahan oleh Bibi Ahn, "biar bibi saja ya den," katanya. namun Asahi menggeleng, lalu tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be With Me [JiSahi]
Randomalasan paling sederhana dari keputusan besar dalam hidup Jihoon adalah; ia mencintai Asahi. pernah di : #1 on #jisahi #4 on #jaehyuk #1 on #yoonjaehyuk