makan makan selesai pukul enam sore dan itu sudah satu jam yang lalu, kini Asahi tengah duduk di sofa ruang tengah sendirian setelah mandi.
Asahi kepikiran sesuatu dan berniat pergi ke kamar untuk mengambil ponselnya yang tertinggal disana.
sesampainya di depan kamar, Asahi membuka knop pintu perlahan dan tak mengeluarkan suara barang sedikitpun membuat Jihoon yang tengah membelakanginya kini tak tau akan kedatangannya.
nafas Asahi memberat saat langkahnya terhenti di ambang pintu yang baru di bukanya, Jihoon berdiri di depan cermin yang memantulkan setengah bagian tubuh atasnya yang tak terbalut sehelai benangpun alias shirtless.
bukan. ini bukan masalah Asahi yang malu melihat pemandangan bahu lebar nan kokoh itu secara langsung di depan matanya, tapi Asahi merasa hatinya tercubit tatkala Jihoon kesulitan mengobati luka luka di punggungnya.
"kak," Jihoon seketika langsung berbalik dan menemukan Asahi berjalan mendekatinya dari ambang pintu.
"dek.."
"aku bantu ya?" Asahi langsung meraih salep di tangan kanan Jihoon dan memutar tubuh yang lebih tua agar membelakanginya.
Asahi mengobati luka luka di punggung Jihoon tanpa menunggu persetujuan dari suaminya, sementara Jihoon menatap lurus ke cermin di hadapannya, Asahi tenggelam di balik tubuh kekarnya.
"shh.."
"maaf, kak.. sakit ya?" Jihoon tertegun saat tanpa sadar bibirnya menyuarakan ringisan ketika sebuah luka tertekan dan terasa perih. bukan karena lukanya yang kelewat sakit melainkan suara Asahi yang terdengar bergetar.
"dek," panggilnya pelan. berusaha menoleh ke belakang tapi Asahi belum selesai mengobati luka bekas sabetan ikat pinggang di punggungnga.
"sebentar kak," Asahi membalur salep di luka terakhir dan menutup obat di tangannya, berniat berlari keluar tapi sayangnya Jihoon lebih cepat menariknya ke dalam pelukan.
Jihoon memeluk Asahi dari belakang, dia pikir pasti Asahi kembali merasa bersalah setelah melihat luka luka di tubuhnya belum juga sembuh.
"sst, kenapa nangis, hm? kakak udah nggak sakit kok," Asahi menunduk dan menahan tangisnya.
"Sa.. sebanyak apapun luka yang kakak dapet dari papa mu, itu gak sebanding sama luka yang kamu rasain di hati mu karena harus nerima kenyataan yang sulit seperti saat ini," ucap Jihoon pelan pelan mencoba memberi pengertian pada Asahi.
"tapi, kak.. kalo bukan karena kakak yang ngakuin anak ini pasti kakak gak akan luka luka separah ini sekarang, harusnya Jaehyuk yang begini! bukan kakak!" Asahi memberontak dalam pelukan Jihoon dan berbalik saat tangan Jihoon melepaskannya.
"harusnya bajingan itu yang tanggungjawab, bukan kamu." ucap Asahi dengan air mata yang mulai berlinang deras.
Jihoon menyandarkan tubuhnya ke meja rias sementara satu tangannya meraih Asahi, menghapus air mata di pipinya yang memerah.
di banding untuk merasa sakit hati karena Asahi mengharapkan Jaehyuk yang bertanggungjawab padanya, Jihoon lebih sakit lagi saat melihat Asahi menangis seperti ini.
bagi Jihoon sakit yang paling pahit adalah Asahi yang terluka dan menangis di hadapannya, bukan hatinya yang patah karena kenyataan Asahi tidak mencintainya.
"tapi sekarang aku yang ada disini, Sa. jadi setidaknya kalau kamu gak bisa cinta sama ku, tolong berhenti merasa bersalah dan mudah buang air mata karena Jaehyuk, itu rasanya jauh lebih sakit dari semua luka luka ini." Asahi mendongak demi menatap Jihoon yang menatapnya penuh harap.
hatinya bahkan semakin sakit karena kalimat tadi. bagaimanapun juga Asahi masih mencoba untuk mencintai laki laki di hadapannya kini. dan itu artinya hati Asahi masih Jaehyuk tempati hingga kini meski bercampur rasa benci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be With Me [JiSahi]
Randomalasan paling sederhana dari keputusan besar dalam hidup Jihoon adalah; ia mencintai Asahi. pernah di : #1 on #jisahi #4 on #jaehyuk #1 on #yoonjaehyuk