Asahi menepati janjinya pada diri sendiri, bahwa kemanapun Jihoon pergi maka kesanalah ia akan mengikuti, bahkan meski dengan berada di rumah utama sang suami kini Asahi berada dalam tekanan, ia akan mengusahakan diri, setidaknya sampai rindu sang mama mertua pada putra sulungnya terbayar lewat temu.Asahi lihat sendiri bagaimana mama mertuanya menangis saat memeluk Jihoon dan terlihat seakan sangat sangat merindukan sosok putra sulungnya, Asahi merasa bersalah lagi karenanya, ialah yang membuat Jihoon berjarak dengan keluarga nya, terlebih di benci oleh ayahnya lantaran yang beliau tau adalah Jihoon yang telah menghamili dirinya.
Asahi kini berada di dalam kamar Jihoon, bersama Jeongwoo dan Haruto, omong omong adik sepupunya selalu bersedia dirinya di culik kemanapun oleh Jeongwoo, entah apa yang terjadi pada kedua anak anak itu.
"kenapa kak? kok bengong? mual ya, pusing?" Haruto yang memang manusia kelewat peka menegur Asahi saat kakak nya itu melamun menatap keluar jendela.
Jeongwoo pun akhirnya mengalih atensi dari ponsel ke kakak iparnya, "mau di panggilin bang Jihoon?"
"Engga, gak apa apa, kalian main aja. gue cuma ngantuk tapi ngga pengen tidur," katanya,
padahal sesungguhnya dalam hati terdalam Asahi tengah mati matian melawan pikirannya sendiri yang mulai banyak bekerja, memikirkan hal hal yang tidak perlu, anak anak jaman sekarang menyebutnya; overthinking.
"gue ngeri tiba tiba pingsan," kata Jeongwoo
"ngga apa, gue baik baik aja, Woo." kata Asahi setelah merasa rautnya mengganggu kegiatan dua manusia yang lebih muda darinya itu.
"tapi-"
"gue baik baik aja. gak usah khawatir berlebihan gitu," kata Asahi penuh penekanan berusaha meyakinkan adik iparnya bahwa dirinya baik baik saja.
atensi Asahi kembali ke bentang biru di luar jendela, kakinya melangkah mendekat memudahkan dirinya melihat hijaunya halaman samping di luar kamar Jihoon.
Asahi menatap ke luar, dari arah jalanan depan terlihat mobil sang mertua masuk halaman, Park Jimin.
jelas setelahnya Asahi kembali merasa takut, bukan sekedar gentar akan di marahi tapi takut ayah mertuanya bahkan tidak sudi meliriknya barang sedetik.
saking terhanyutnya ia dalam bayang bayang rasa takut, Asahi tidak sadar sejak tadi suaminya memanggil,
"kenapa?" tanya Jihoon ke Jeongwoo dan Haruto yang menggeleng, jujur mereka tidak tau
lalu Jihoon melangkah mendekati, menyentuh pelan pundak sang istri dan merasakan yang lebih muda sedikit berjengit lalu berbalik,
"kok kaget? kamu ngelamunin apa?" tanyanya,
Asahi gelagapan, "e-engga ada kok kak, cuma.. cuma kebawa suasana adem aja liat ke halaman," katanya.
mata Jihoon menelisik raut wajah Asahi, meski tak yakin pada akhirnya dia memilih mengiyakan saja.
"kamu mau ngga makan siang di sini?" tanya Jihoon pelan,
"kenapa harus nanya? aku gak bisa nolak kan kalo emang di minta," balas Asahi kemudian,
paham betul setelah ini dirinya akan berhadapan langsung dengan kedua orang tua Jihoon.
"kamu ngga perlu memaksakan kalo emang ngerasa tertekan, aku ngga mau kamu kewalahan dan berakhir banyak beban pikiran," kata Jihoon, antisipasi sebelum istrinya benar benar tidak bisa mentolerir apa yang kemungkinan akan terjadi nanti saat makan siang, Jihoon hanya tidak ingin Asahi terluka terlebih di hati karena sembuhnya sulit sekali, luka yang lama saja belum membaik sempurna, Jihoon tidak ingin ada luka lain lagi di sisi manapun di hati sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be With Me [JiSahi]
Randomalasan paling sederhana dari keputusan besar dalam hidup Jihoon adalah; ia mencintai Asahi. pernah di : #1 on #jisahi #4 on #jaehyuk #1 on #yoonjaehyuk