'゚ᴰᵉˡᵃᵖᵃⁿ ᴮᵉˡᵃˢ。

253 36 5
                                    

.

Author's.

.

Jantung berdetak keras dan tidak karuan, serta keringat dingin mengalir dari pelipis remaja berambut hitam itu.

Seluruh tubuhnya bergetar hebat saat ia melihat video yang dikirimkan padanya. Video saat ia sedang berbicara dengan ayahnya. Beberapa foto juga dikirim, menampakkan dirinya dan Jeno di beberapa tempat yang mereka datangi tadi.

Beberapa kalimat menghiasi kolom percakapan dengan kontak yang bernama "Jiho."

"Jadi gitu? wkwkw"

"lo mau pindah ke pihak si brengsek itu sekarang?"

"ya itu kan juga pilihan lo, tapi ada satu hal yang lo perlu tahu goblok"

"lo itu perlu gue, hidup lo itu bergantung sama gue, paham?"

"karena lo udah kehilangan jalan lo, gue kasih lo hadiah di rumah kayak yang gue bilang tadi."

"setelah itu lo mau apa, gue sih ngikut aja wkwk itupun kalo lo masih berani ambil jalan yang sama kayak si brengsek itu"

Jaemin berkali-kali mengatur nafasnya, sembari memikirkan skenario terburuk di pikirannya. Apa hadiah yang Jiho berikan padanya? Apa? Apa hal gila yang biasa Jiho lakukan?

"Nak.. nak!"seru supir taksi sambil menoleh ke arahnya.

Jaemin yang tadinya menunduk langsung mengangkat kepalanya dan menatap supir tersebut. "I-iya pak?!"

"Kita sudah sampai di tujuan. Kamu daritadi kelihatan pucat, kamu nggak apa-apa kan?"

"Oh iya pak saya baik-baik aja. Ini,"ucap Jaemin sambil menyodorkan uang pada supir itu.

Supir itu mengangguk, dan Jaemin membalas dengan anggukan kecil baru akhirnya turun dari mobil.

Mobil taksi itu mulai menjauh, membuat suasana di sekitar Jaemin menjadi sunyi. Jaemin menatap rumah yang berada di seberangnya, masih ragu untuk masuk.

"Dari luar kelihatannya biasa aja..,"gumam Jaemin pelan. Namun baru saja ia bergumam begitu, sebuah ratapan terdengar dari dalam rumahnya.

Kaki Jaemin otomatis melangkah maju saat ia mendengar suara itu, berlari. Ia membuka pintu rumah itu dengan kasar, terengah-engah.

Seorang laki-laki terbaring tak sadarkan diri di lantai ruang tamu, wajahnya penuh memar dan luka. Seorang perempuan berumur terduduk lemas di sebelah orang itu sambil memeluknya.

"Ma..,"gumam Jaemin pelan sambil berjalan mendekat ke arah ibunya.

"Jaemin!! Jaemin!! Nak, belikan obat untuk luka cepat!!"seru ibunya.

"Bukannya kita punya kotak P3K?"tanya Jaemin sambil ikut mendekat ke arah ayahnya yang tergeletak di lantai itu.

"Orang itu membawa semuanya...dia mengancam mama juga untuk tidak pergi keluar atau memanggil ambulans..,"

"jika mama melanggar, kamu juga akan berakhir seperti papamu..,"ucap perempuan itu sambil menangis putus asa.

Jaemin menggertakan giginya. "KETERLALUAN! LEE JIHO...!!"serunya marah.

"Tunggu aku,"ucap Jaemin sambil berlari keluar rumah, mencari toko terdekat.

Ia membeli beberapa obat yang sekiranya berguna untuk mengobati luka. Ia memindahkan ayahnya ke atas tempat tidur, kemudian ibunya yang merawat luka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Manuver. [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang