ᴱᵐᵖᵃᵗ ᵏᵒᵐᵃ ˡⁱᵐᵃ, ᵇᵒʰᵒⁿᵍ.

238 32 1
                                    


Jeno's.

.
.
.

Ternyata sakitnya tersayat pisau sama sekali bukan tandingan sakit tertusuk pisau. Aku berkali-kali mengecek tanganku, yang sekarang tampak keren dan mengerikan dalam satu waktu.

"Jeno, kita harus sudahi di sini! Lo harus dibawa ke rumah sakit sekarang!"ucap Jaehyun tegas.

Aku menatap satu persatu dari mereka, dan mereka juga mendapat beberapa luka sayat di bagian tubuh mereka. Semua anak Warrior tadi memakai senjata.

"Siapa yang bilang kita bakal berhenti?"tanyaku, aku kemudian berjalan maju lagi, menghadap Jiho.

"Apa yang bisa lo lakuin dengan tangan lo yang tampak cacat itu?"tanya Jiho, sambil menatapku meremehkan.

"Yang bisa gue lakuin?"tanyaku pelan.

Aku kemudian mengangkat kakiku, lalu menendang...alat vitalnya?

"Aa..,"ia berseru tertahan, lalu jatuh terduduk.

"Sebenernya gue ga mau pake cara curang kayak gini sih,"ucapku pelan.

"Tapi lo duluan yang curang tuh?"

Aku kemudian menjambak rambutnya dengan tangan kananku, lalu menundukannya.

Aku menendang wajah itu berkali-kali dengan lututku, sampai akhirnya ia sudah tak mengaduh lagi.

Aku melepaskan jambakanku dari rambutnya, lalu ia jatuh terkapar di tanah.

Aku kemudian menatap yang lain satu persatu, "kalau ada salah satu dari lo semua masih mau kayak dia, maju sekarang."

Namun yang lain, masih memiliki kewarasannya akhirnya hanya berjalan menuju Jiho dan membantu atasan mereka.

"Gini ya. Gue deklarasiin sekarang,"ucapku, sambil menatap tajam ke mereka.

"Jumat, 9 September 2022, Manuver menang."

Setelah berkata begitu, aku langsung berbalik dan berjalan menjauh. Masih ada satu hal lagi yang harus ku selesaikan.

Aku menatap wajah cowok yang berdiri di belakang teman-temanku. Aku berjalan dengan sempoyongan, sambil menyenggol mereka agar memberiku jalan ke arah cowok tersebut.

"Jen,"panggil Mark, nada khawatir telah terdengar dari suaranya.

"Lo,"ucapku, sambil meninju bahu Jaemin dengan pelan.

"Kenapa lo di sini?"tanyaku.

"Lo..bikin gue kaget aja,"aku bergumam.

Sambil berkata begitu, kakiku terasa lemas dan sudah tak kuat menahan berat badanku.

Kepalaku terasa sangat pusing, dan kesadaranku menghilang. Aku oleng ke depan, dan sepertinya Jaemin menangkapku, menahanku untuk tidak terjatuh.

"Jen!"seru yang lainnya, mereka berteriak kencang, namun aku hanya mendengar samar-samar.

Sampai akhirnya kesadaranku terus menghilang, lalu aku menutup mataku perlahan.

.
.
.

"Towernya Jungwoo hyung!!"

"Cepet, ayo combo kita!"

"Aahhh anj.. we lose!!"

Suara seruan yang berkali-kali terdengar itu membuatku tersadar. Aku membuka mataku, dan mendapati langit-langit tempat yang sudah familiar.

Tangan kiriku tak terasa.. apa jangan-jangan?!

Aku mengangkat tangan kananku, lalu membuka selimutku dengan cepat, mengecek tangan kiriku. Oh, masih ada.

Manuver. [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang