ᴰᵘᵃ ᵇᵉˡᵃˢ, ᵉⁿᵈ ᵒᶠ ʰᵒᵖᵉˡᵉˢˢ.

147 18 0
                                    

Author's pov.

.
.
.

"Oi, makan oi. Lo daritadi maen Hp mulu dah,"komentar Renjun yang duduk di hadapan Jaemin.

"Gatau nih Jaemin hyung buka apaan si?"tanya Chenle yang duduk di sebelah Jaemin.

"Kayaknya sih pacarnya,"komentar Jisung yang duduk di sebelah Renjun.

"Hah? Jaemin punya pacar? Nggak mungkin ah cowok kayak dia,"sanggah Renjun cepat.

"Udahlah jangan banyak bacot, makan aja sana,"balas Jaemin, sambil memasukkan Hpnya kembali ke saku celana.

"Lo yang kudu makan, nying. Jam istirahat tinggal 10 menit lagi dan makanan lo sama sekali belom lo sentuh,"ucap Renjun.

Jaemin menghela nafas sambil menatap sepiring nasi goreng di depannya. Perutnya lapar, namun ia sama sekali tak mood untuk makan.

Sedari tadi ia sedang mencari informasi mengenai heroin, obat-obatan opioid yang mempengaruhi Jeno saat ini.

Jaemin juga mencari tahu tentang bagaimana mengatasi overdosis heroin, dan pertolongan pertamanya.

Tidak ada cara lain selain membawa Jeno ke rumah sakit, yang artinya akan memberi tahu dunia kalau Jeno adalah pengguna heroin. Pertolongan pertama memakai obat Narcan, yang harganya fantastis dan tidak bisa didapatkan secara mudah.

Yang artinya...tidak ada jalan keluar yang bisa Jaemin lakukan nantinya. Hal ini semakin membuatnya gelisah.

"Lo ada masalah apa sih?"tanya Renjun, ia memelankan suaranya.

Jaemin menatap Renjun sejenak lalu menyahut, "Njun, gue minta nomor lo dong?"

"Ditanya apa balesnya apa, dasar bambang. Tapi emang selama ini kita belom tukeran nomor sih, mana Hp lo,"balas Renjun.

Jaemin mengeluarkan Hp, lalu menyodorkannya pada Renjun. 

Renjun kemudian mengetik nomornya dan menyimpannya sendiri di Hp Jaemin. "Jangan spam yak."

"Yayaya,"balas Jaemin sambil menerima Hpnya kembali.

"Kalian nanti ikut nonton DBL?"tanya Jaemin kepada mereka.

"Gue sama Jisung ikut sih,"jawab Chenle.

"Gue ada pelajaran tambahan, males ikut juga,"sahut Renjun.

"Hah lo ada peltam? Emang lo remed apa Njun?"tanya Jaemin.

"Gue ikut karena gue mau, bukan karena remed,"jawab Renjun terlihat bangga.

Jaemin hanya mendengus mendengar jawaban Renjun yang seperti itu. Ia kemudian meraih sendoknya, dan mulai makan.

..

Sekolah berakhir dengan cepat, dan setelah ini Jaemin harus memimpin para suporter itu lagi.

Ia melepas seragam sekolah, dan menggantikannya dengan jersey. Berhubung semalam jerseynya kotor, ia langsung mencuci baju itu dan menggunakan hairdryer ibunya agar lebih cepat kering.

Setelah selesai berganti baju, ia kemudian keluar dari ruang ganti untuk bertemu Felix.

"Kita berangkat dulu yuk, biar di sana nggak ribet ngatur anak-anaknya nanti,"ucap Felix sesaat setelah melihat Jaemin berjalan ke arahnya.

"Oyi Lix,"angguk Jaemin.

Jarak gedung olahraga dengan sekolah mereka tidak terlalu jauh, dan mereka pergi ke sana dengan motor Felix. Jaemin membonceng si pemilik karena si Felix katanya malas nyetir.

Manuver. [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang