"Sang Dewa memerintahku untuk mencintaimu, bukan memilikimu."
song recommendation
Taemin - Flame of Love (korean ver.)
Selamat Membaca~
"Apa ini? Kenapa anda di sini lagi?"
"Kau pikir sungai ini milikmu? Siapapun bebas datang kemari."
Son Je Ha mendongakkan kepala, menatap seorang pria di belakangnya, seorang pria yang menaungi dirinya dengan payung merah.
Ujung hidung gadis itu sudah memerah, pun buku-buku jarinya. Efek hawa dingin sekaligus tangisannya.
Wang Jae menatapnya dengan sorot tak biasa. Tak seperti hari-hari ini biasanya. Je Ha bisa melihat sebuah perasaan lega dan bahagia di wajah pria itu, bahkan ada binar di matanya.
"Hujan sekarang, kenapa kau di sini?"
"Dan kenapa anda di sini?"
Tanpa diduga, mendengar balasan itu Wang Jae tertawa kecil tanpa suara. Air mukanya terlihat lebih lembut. "Seharusnya aku sedang di kamarku sekarang, tapi saat aku mendengar suara hujan aku pergi keluar."
"Mengapa?"
"Aku suka hujan," Wang Jae menghembuskan napas samar, tersenyum tipis sembari memandang aliran air sungai yang diperciki hujan bagai sebuah lukisan. "Sudah lumayan lama hujan tidak turun, jadi aku cukup takjub dan senang."
Mendengarnya, Son Je Ha kembali lesu, menopang dagunya di atas lutut. "Kenapa anda suka hujan, hujan itu dingin dan berisik, tidak nyaman. Tidak ada bagus-bagusnya."
Wang Jae melirik perempuan yang duduk berlutut di dekat kakinya, masih senantiasa mengulas senyum, seolah dia benar-benar bahagia di kala hujan itu.
Lalu Sang pria menjawab dengan nada tenang. "Kau tahu, hujan itu indah jika kau memandangnya dengan cara yang berbeda."
Son Je Ha diam, mendongak sekali lagi setelah mendengar jawaban itu. Kalimat teraneh yang pernah ia dengar selama hidupnya.
"Anda ini..."
Wang Jae, "apa?"
"Sebenarnya saya tidak mengerti apa yang anda katakan."
Pangeran ke tujuh memerosotkan bahunya, ekspresinya berubah keki. "Apa kau memang sebodoh ini?" Dia tampak malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 5. 真実 [TRUTH] : The Prolog
Historical FictionThe Prolog of J's Universe ❝Tentang cinta yang murni, keserakahan, hingga pertumpahan darah yang membawa petaka selama ratusan tahun.❞