"Apakah Roh Bulan bahkan menyadari jika sesungguhnya aku mencintainya?"
catatan : karena berlatarkan era goryeo, dan posisi Son Je Ha di sini adalah seorang gisaeng, kejadian-kejadian tidak bermoral dan tidak manusiawi wajar terjadi di cerita ini karena perbedaan zaman.
mohon untuk dimaklumi dan mempersiapkan diri, takutnya ada yang tidak terbiasa dan mengalami culture shock :')
Selamat membaca~
Gadis itu terengah. Jantungnya berdebar kencang seperti genderang perang. Tautan tangan itu sama sekali tidak terlepas, dan dia hanya bisa memandangi tangan kekar yang terus menggenggamnya. Seolah menjanjikan sebuah perlindungan.
Son Je Ha tidak bisa berpikir jernih, sejak seorang pria dengan gwanbok hitam mewah itu menariknya pergi. Dia tidak mengerti kenapa bisa menemui seorang pangeran di saat seperti ini.
Tidak, maksudnya... wajar saja jika ada Wang Jae di istana, hanya... situasi ini agak— ah!
Wang Jae membawanya keluar dari istana melalui pintu belakang. Dalam kondisi seperti itu memang agak mustahil untuk pergi lewat gerbang depan yang ramai akan karena festival. Apalagi Son Je Ha benar-benar menarik perhatian banyak orang.
Tak terkecuali Wang Jae sendiri.
"H-Hwangja-nim..."
Gadis gisaeng itu bersuara, namun suaranya terlalu pelan hingga Sang Pangeran tak bisa mendengarnya.
Jujur saja, Son Je Ha sejak awal memiliki ketakutan tersendiri pada pria di hadapannya ini. Dia adalah seorang gadis yang supel dan nyaman dengan siapapun, tapi... berada di dekat Wang Jae membuatnya merasa aneh.
Apakah itu karena dia tersugesti dengan yang dirumorkan orang-orang?
Keduanya terus berlari, Wang Jae seperti tak memedulikan jika gadis di belakangnya mulai kelelahan. Keduanya menyusuri sungai, dan Je Ha tahu sungai ini terhubung dengan sungai kecil yang ada di belakang gyobang, tempatnya biasa mencuci.
Dengan pakaian hanbok yang terasa lumayan berat, Je Ha nyaris beberapa kali tersandung, hanya saja karena Wang Jae menggenggamnya begitu erat, tangan Sang Pangeran seolah menahannya.
"Hwangja-nim... hwangja-nim berhenti...!"
Wang Jae masih terus menyusuri tepi sungai, alisnya bergerak-gerak dengan gelisah sejak tadi, dan pendengarannya seolah tuli. Entah mengapa, tapi ekspresi Pangeran ke tujuh agak aneh. Seperti ada emosi yang tersirat.
"Hwangja-nim!!" Kesal, Son Je Ha mengibaskan tangannya dengan kuat. Membuat tautan tangan mereka terlepas.
Wang Jae menoleh dengan cepat, merasa terkejut. Dia menatap Son Je Ha yang sudah berkeringat karena kelelahan, seorang gadis dengan sepasang alis tertaut sempurna, menatap Wang Jae dengan tidak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 5. 真実 [TRUTH] : The Prolog
Historical FictionThe Prolog of J's Universe ❝Tentang cinta yang murni, keserakahan, hingga pertumpahan darah yang membawa petaka selama ratusan tahun.❞