45. Permata Tersembunyi

17.1K 3.1K 2.4K
                                        

Selamat Membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Selamat Membaca

"Kau sungguh..."

"Jin, dan Hun... sudah mati..."

Untuk pertama kalinya setelah Sang tertua dibuang ke luar istana dan dinyatakan meninggal, Han akhirnya benar-benar melihat sosok itu. Kakak tertuanya yang benar-benar masih hidup, masih bisa tersenyum dan berbicara.

Senyuman lebar yang khas itu masih sama, meski sepasang matanya nampak redup dan kosong. Tubuhnya yang tegap dan kekar kini semakin kurus agak pucat, hanya bisa terbaring dengan sangat lemah.

"Aku tahu," ujar Wang Yeol akhirnya, ketika Han merebahkan kepalanya di lengan Sang kakak.

Adiknya itu mulai menangis, Yeol seharusnya tidak perlu terkejut, namun dia tetap terkejut melihat Han menangis dengan suaranya yang amat gemetar.

Wang Han tidak cengeng, tapi memangnya siapa yang tidak akan tertekan berada dalam situasi mematikan seperti ini?

"Bagaimana denganmu? Kau baik-baik saja?" Tanya Yeol, alih-alih menanyakan separah apa kondisi di istana saat ini.

Han hanya mengangguk, tangannya memeluk tubuh kakaknya dengan sangat erat. Sepertinya ia tengah mempersiapkan kata-kata, namun entah harus dimulai darimana, Pangeran itu terjebak dengan rasa sesak di dadanya. Lidahnya mendadak pun terasa kelu.

Jae Hyun hanya berdiri di ambang pintu, memandang ke arah dua bersaudara yang entah akan bagaimana nasibnya. Dia tahu Yeol memandangnya, dan Putra Mahkota seperti mempertanyakan mengapa ia membawa Wang Han kemari. Lalu lagi, tatapan matanya sepetri bertanya apakah kondisi sedang aman? Bagaimana dengan Guan Yu?

Sudah menjadi rahasia umum jika keberadaan Guan Yu adalah ancaman bagi mereka semua. Algojo kejam dengan julukan Dosal Gisa itu adalah tangan kanan Raja saat ini, segala masalah yang sedang terjadi di Goryeo hingga politik kerajaan pun mendadak jadi urusannya.

Seon Jae Hyun pun lama-lama menjadi sangat muak dengan Guan Yu.

"Apakah kau akan terus menangis seperti ini sampai malam?" Yeol berkata, dengan kekehan kecil yang terdengar renyah.

Han mulai menarik napas panjang, "semuanya sudah mati..."

"Aku belum mati, kok."

Kemudian Wang Han meninju kecil lengan kakaknya, dan Wang Yeol tergelak.

Agak sedih, dia ingin mengulurkan tangan untuk mengusap rambut adiknya, mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Memberikan pelukan hangat setelah sekian lama mereka tidak bertemu, setelah berbagai penderitaan yang dialami di istana.

Yeol tahu seberat apa beban yang dibawa Wang Han saat ini. Adiknya itu harus meyaksikan kematian saudara-saudaranya sendiri, mendapatkan ketidakadilan dari Raja yang juga adalah saudaranya sendiri.

[✔] 5. 真実 [TRUTH] : The PrologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang