Oh iya, pasti ada yang nonton moon lovers kan di sini? Nah, moon lovers sama truth sama sekali ga ada hubungannya ya temen-temen. Hae soo nggak ada di sini ya, udah beda cerita. Truth dan moon lovers sama-sama fiksinya, jadi nggak ada kaitannya sama sekali.Note : chapter ini agak panjang ya, jadi... coba cari posisi yang nyaman dulu sebelum baca
Selamat membaca~
"Apa kau akan terus menangis seperti ini?"
Ah, lama-lama Wang Jae merasa telinganya agak sakit karena terus mendengarkan tangisan gadis yang tengah ia rengkuh itu. Ekspresinya tampak masam.
Son Je Ha yang baru tersadar, kemudian cepat-cepat melepaskan pelukannya. Mengusap jejak air mata di wajahnya dengan tergesa, membuat wajahnya semakin belepotan karena arang.
Wang Jae tertawa kecil.
"Maaf, maafkan saya," Son Je Ha membungkuk beberapa kali dengan sopan, agak canggung.
Sialan, dia terbawa suasana kan jadinya.
"Kenapa kau tiba-tiba menangis seperti ini?"
Diam Son Je Ha selama beberapa saat, memandangi Sang pria dengan sepasang mata sedihnya. "Hwangja-nim, saya men—"
"Ah lupakan," Wang Jae langsung mengibaskan tangan, "lebih kita pergi sekarang, aku akan mengajakmu ke suatu tempat."
Wang Jae pernah mendengar, katanya jika dia bertanya mengapa seorang gadis bersedih, mereka akan semakin menangis. Karena itu ketimbang Sang Pangeran kembali mendengarkan tangisan menyedihkan Son Je Ha, dia lebih baik tidak bertanya.
Masalahnya dia tidak tahu cara menenangkan orang yang menangis, yang benar saja?
"K-kemana?" Son Je Ha tampak ragu ketika pria itu mencoba menarik tangannya.
Wang Jae menoleh ke belakang. "Cukup ikut saja."
"T-tapi, tapi saya—"
"Aku tidak menerima penolakan, kau tahu."
"Hwangja-niiimmm..."
"Kau bahkan tahu aku adalah seorang Pangeran dan kau masih ingin menolak perintahku?" Wang Jae berbalik sepenuhnya, mengangkat sebelah alis.
Gadis itu langsung terdiam. Kemudian dia menghela napas pelan dan berjalan menghampiri Sang Pangeran.
"Anda sungguh menyalahgunakan kekuasaan," gumamnya samar.
"Hei, aku mendengarmu."
"Saya tidak mengatakan apapun."
Wang Jae hanya mendecih, "cepat naik," dia mengedikkan dagunya ke arah kuda hitam yang masih menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 5. 真実 [TRUTH] : The Prolog
Historical FictionThe Prolog of J's Universe ❝Tentang cinta yang murni, keserakahan, hingga pertumpahan darah yang membawa petaka selama ratusan tahun.❞