30. Kisah Janji-Janji Lampau

30.6K 5.3K 11.2K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selamat Membaca~


"Panglima Hwang..." 

Perempuan berpakaian putih kusam itu bersimpuh di atas tanah dengan deraian air matanya. Lutut dan telapak tangannya lecet, begitu pula dengan dahi dan ujung hidungnya. Dia terus menangisi seorang pria yang berjalan dengan langkah tergesa meninggalkan tanah gyobang.

Hwang Je No yang sama sekali tidak mau berpaling ke belakang. Tidak sedikit pun. 

Sementara seorang pria berpakaian hitam-hitam yang berdiri di bawah pohon hanya terus memerhatikan, sembari melipat sepasang tangan dan menyandarkan kepalanya ke kanan, dia nampak jengah. 

Wang Jae menghela, saat sosok Hwang Je No yang setengah berlari benar-benar menghilang dari pandangannya, ia mulai berjalan mendekati wanita yang menangis dengan langkah malasnya.

"Panglima Hwang jangan pergi... jangan tinggalkan aku..."

Son Je Ha terus meracau, terus seperti itu berulang-ulang sembari mengais tanah. 

Wang Jae berdiri menjulang di sampingnya, memandang Son Je Ha yang masih menangis di bawahnya, mengelukan Sang Panglima berulang kali. 

Pangeran ke tujuh menghela. Sekali lagi. Dia mengedikkan sepasang alisnya hingga kemudian berlutut di samping perempuan itu. 

Dia pandangi wajah menangis yang dihiasi dengan gores demi gores luka kecil kemerahan, semakin memerah padam nan sayu karena deru tangisan. 

Cantik. Cantik sekali. 

Wang Jae mengulurkan tangan, mengusap jejak air mata di wajah seputih giok salju dengan hati-hati. Pandangannya teduh, lembut, mirip embun. 

"Berhentilah menangis, karena aku takut... jika aku tak bisa menahan diriku," pelan Wang Jae.

Entah Son Je Ha mendengarkannya atau tidak, perempuan gisaeng itu masih terisak meski dia menyadari kedatangan Sang Pangeran. 

"Kau terluka," sambung Sang pria, memeriksa tangan dan lutut itu. 

"Hwangja-nim..." perempuan itu akhirnya merespon, dia menoleh ke arah Wang Jae dengan wajahnya yang berantakan. "Mengapa anda melakukan—"

"Dia meninggalkanmu, apa kau masih bertanya-tanya tentang itu? Tentang alasan mengapa dia meninggalkanmu?" Wang Jae menyelanya, suaranya terdengar datar dan tenang, sementara tangannya sibuk membersihkan sisa tanah yang melekat di kulit Son Je Ha. 

"Anda, anda... yang melakukannya," Je Ha mengepalkan tangan. 

Kemudian, Wang Jae membuka kepalan tangan itu dengan mudah. "Apa maksudmu aku yang melakukannya?" 

Dia masih tidak mengalihkan pandangannya untuk beradu dengan Son Je Ha, sibuk membersihkan tangan dan lutut perempuan itu.

"Hwang Je No akhirnya memilih untuk meninggalkanmu, apakah kau menyalahkanku untuk ini? Dia sendiri yang memutuskan untuk pergi, apakah dia tidak memberikanmu alasan sebelum ini?" 

[✔] 5. 真実 [TRUTH] : The PrologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang