Bagian 15

2.9K 244 17
                                    

Ali melepaskan pelukannya, apa yang sudah ia lakukan? Kenapa tubuhnya malah memeluk dia? Prilly beringsut mundur, dan mengusap air matanya. Suasana seperti apa ini? Sangat canggung dan sangat aaaaaa... sulit untuk dijelaskan. Prilly mengambil tisu. Namun, tangan Ali menyentuh tisu itu membuat Prilly langsung menarik tangannya lagi.

"Aku mau pulang."

"Hm."

Prilly memasang sabuk pengaman, dan tetap diam untuk memaksimalkan kondisi jantungnya yang berdebar-debar kencang. Prilly menepuk dadanya sendiri agar berhenti berdebar, itu sangat membuatnya merasa gugup.

"Kenapa?" tanya Ali membuat Prilly menoleh, dan menggelengkan kepalanya. Ia tak bisa berkata apapun sekarang, karena sudah menangis dipelukannya, itu sangat memalukan.

Suasana hening semakin membuat Prilly merasa terkutuk, ia menggigit-gigit bibirnya karena kegugupan ini belum hilang-hilang.

"Hentikan."

Jari besar menyentuh bibirnya dan memegangnya membuat Prilly tertegun melihat prilaku Ali yang seperti bunglon itu.

"Berhenti sakiti diri kamu sendiri."

Prilly terdiam, tak mau berkata apapun lagi pada Ali yang membuat jantungnya terus berdebar-debar tanpa diminta sekalipun. Prilly memalingkan wajahnya bertepatan dengan suara mobil yang Ali nyalakan. Namun, Prilly tak merasakan mobil ini bergerak maju.

"Kamu dengar saya, kan?"

Tangan besar itu menyentuh pipinya dan membuat Prilly menoleh ke arah Ali dengan wajah yang tentu saja sangat berantakan. Ali menyingkirkan anak rambut Prilly yang turun dengan lembut membuat Prilly harus menahan napasnya sejenak.

"Saya minta maaf buat perkataan saya sendiri. Saya akan lepaskan kamu setelah perjanjian itu selesai. Dan, sekarang kamu adalah tanggung jawab saya." Perkataannya yang terdengar formal membuat Prilly termenung, kenapa dengan hatinya? Apa ia jatuh cinta? Aaaaa... jangan sampai.

Suasana kembali hening, dan Ali pun segera mengendarai mobilnya untuk pergi dari tempat ini. Prilly menyentuh perutnya yang terasa sangat lapar, bahkan ia belum menyentuh makanan apapun karena tak nafsu makan. "Pengen mie ayam, bakso, tahu bulat, pempek, terus somay," pinta Prilly tiba-tiba.

CIT

"AW! Kalo mau ngerem bilang-bilang dong ah. Sakit tauuu!" Prilly mengusap keningnya yang terasa sangat menyakitkan saat Ali mengerem mobilnya secara tiba-tiba.

"Kita ke restoran. Makanan yang kamu sebutin semuanya gak higenis. Kamu mau nyusahin saya lagi? Gimana kalo ka---"

"Cie khawatir. Bilangnya kok kayak gitu? Udah sayang sama ak------"

"Jangan ngarep kamu!"

Prilly cemberut saat Ali meraup wajahnya dan mengacak rambutnya, sangat menyebalkan memang. Prilly membenarkan rambutnya dan berusaha menetralkan kondisi jantungnya yang berdebar-debar tak karuan. Ali kembali fokus untuk menyetir, Prilly benar-benar membahayakan untuknya.

"Saya cuma sayang sama Alivia, pacar saya, bukan kamu!" tekan Ali membuat Prilly langsung mencibir. "Iya-iya. Jan dijelasin juga, udah paham!" balas Prilly.

Setelah berkata seperti itu, tak ada pembicaraan lagi di antara keduanya. Prilly sibuk memikirkan sesuatu, sedangkan Ali fokus menyetir mobilnya.

-mydoctor-

"

Aaah, laper! Kenapa gak beli makanan sih? Kere banget jadi dokter! Huaaaaaaa, Baby pengen makan," jerit Prilly.

MY DOCTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang