Bagian 26

3.6K 371 36
                                    

Menjadi seorang istri dokter itu memang tidak terlalu menyenangkan ya, istrinya sakit malah ditinggal operasi mendadak katanya. Namun, bagaimana lagi, beberapa bulan ke depan juga hubungan ini akan segera berakhir di Gedung Kementerian Agama.

Prilly memainkan ponselnya tanpa minat, sendiri di ruangan yang cukup besar ini membuatnya merasa kesepian, bahkan ia sudah meng- chat Feli untuk segera ke Rumah Sakit. Namun, Feli ada mata kuliah hari ini.

"Bosen juga," gumamnya.

Suasana sore yang cukup membosankan tentunya. Prilly menoleh saat mendengar suara pintu berdecit dan senyuman pun terlihat di bibir tipis berwarna pink muda alami.

"Tiga jam baru selesai. Emangnya se-ribet itu ya operasinya?" tanya Prilly pada Ali yang baru masuk ke dalam ruangannya. Ali duduk di samping Prilly dengan jas kebanggaannya yang masih menempel di tubuhnya. "Hmmm, seperti itulah," jawabnya.

Suasana kembali hening dan Prilly membenci keheningan yang menyiksanya. Matanya melihat jam, ternyata sebentar lagi adzan magrib akan berkumandang.

"Mau ke mana lagi?" tanya Prilly kesal melihat Ali kembali beranjak. Prilly menegakkan posisi tubuhnya dan menatap Ali dengan penuh kekesalan.

"Sholat di sini. Bosen di tinggal terus," rengek Prilly manja.

Ali mengangguk dari pada harus berujung ke mana-mana yang membuatnya pusing dan kerepotan. Setelah Ali keluar- Prilly melirik ponsel Ali yang tergeletak di atas nakas, tangannya mengambil ponsel Ali dan mulai mencari nomor Livia.

Alivia

Please!

Aku pengen hubungan kita kyk dulu

Kamu bisa cerain dia, Al

Aku tau kamu itu cuma cintanya sama aku bukan dia

Please

Jangan putusin aku, Al

Aku nyesel

Aku masih sayang sama kamu, Al

Tangannya menyentuh nama delete dan pesan dari Livia tidak terlihat lagi di menu WhatsApps Ali. Sudah selingkuh, tapi kekeh gak mau putus. Cih, tampang artis, tapi prilaku lebih dari sampah.

"Ngapain kamu mainin hape saya!"

Prilly meletakkan kembali ponsel Ali saat mendengar suara bariton milik Ali. Ali kembali ke ruangannya dengan sajadah di tangannya dan dia sudah melepaskan jas dokternya menyisakan kemeja berwarna putih.

"Gak ada apa-apa." Sebenarnya ia hanya ingin bertanya langsung pada Ali, kenapa harus memutuskan Livia, jika pernikahan ini akan berakhir? Apa Ali akan sendiri dulu, setelah pernikahan ini berakhir sesuai apa yang telah direncanakan? Prilly menggeleng, ini bukan waktu yang tepat untuk menanyakan hal ini pada Ali.

Ali menatap Prilly heran, ia meletakkan sajadah di kursi lalu berjalan ke toilet untuk mengambil air wudhu.

"Permisi, Mbak. Sudah waktunya makan."

Prilly menoleh dan tersenyum sambil mengangguk melihat perawat membawakannya bubur Rumah Sakit yang pastinya akan terasa hambar. Perawat tersenyum lalu meninggalkan Prilly dengan bubur dan sup apa yang namanya tak ia tahu.

"Gak mau makan!" celetuk Prilly saat Ali keluar dari toilet. "Kenapa?" tanya Ali dengan wajah datarnya.

"Enek aja. Pengen yang asin-asin gitu dari pada bubur, hambar gak ada rasa," jawab Prilly. Ali menghela napas, ada-ada aja permintaannya, padahal ia sudah menyarankan perawat untuk membuatkan Prilly bubur yang tidak terlalu hambar dan ditambah dengan sup mengepul.

MY DOCTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang