Bagian 8

2.4K 240 9
                                    

Prilly meremas tangannya sendiri. Kini hari yang ditunggu-tunggunya telah datang. Prilly menatap Papa yang duduk disebelahnya dengan beberapa kerabat yang datang. Tentu saja ia sedang menunggu Dokter itu yang sepertinya terlambat.

Bahkan para pengurus KUA sudah datang dan juga penghulu sudah mulai gelisah. Prilly benar-benar tak yakin, dia akan datang.

"Bagaimana? Saya masih ada acara lain selain ini. Dibatalkan atau tetap menunggu?" ujar penghulu.

Prilly menoleh pada Arya dan menggelengkan kepalanya. Arya mengerti, ia pun kembali menoleh pada penghulu.

"Tunggu sebentar, Pak. Mungkin rombongan mereka sedang ada masalah atau sedikit keterlambatan," kata Arya. Prilly menatap pintu besar Masjid ini.

"Kalau dia gak datang. Aku bakalan bunuh diri!" batin Prilly.

Matanya terus-menerus melihat ke arah pintu. Ia benar-benar takut, jika Ali benar-benar ingkar janji padanya. Prilly menundukan kepalanya.

"Assalamualaikum. Mohon maaf atas keterlambatan kami."

"Waalaikumsalam. Alhamdulilah. Acaranya bisa kita mulai sekarang?" tanya penghulu.

Semua orang mengangguk. Prilly merasa gugup saat Ali duduk disampingnya dengan toxedo hitam dan memakai peci berwarna hitam. Tentunya ia tak pernah salah pilih memilih pendamping, walau hanyalah sementara.

"Ananda Alfairuz illahi, apakah engkau mampu menjadi imam yang baik untuk saudari Pritta illyana?" tanya penghulu.

"Insya allah."

Kini hanya tinggal ijab qobul setelah pertanyaan penghulu untuk Prilly. Prilly merasa was-was saat Ali menjabat tangan Papa dengan tampang yang cukup serius.

"Bismilah.  Ananda Alfairuz illahi bin Alm. Tio ardianto saya nikahkan dan  saya kawinkan engkau dengan Pritta illyana binti Arya hermawan dengan mas kawin berupa uang 50juta dan seperangkat alat sholat. Tunai."

Ali menarik nafasnya dalam-dalam. Seharusnya ia mengucapkan nama Alivia bukan Pritta illyana, namun tak ada pilihan lain selain mewujudkan keinginan gadis pemaksa itu.

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Pritta illyana binti Arya hermawan dengan mas kawin 50 juta uang dan seperangkat alat sholat dibayar tunai."

"Sah?"

"SAH!"

"Barakallah."

Prilly tak sengaja meneteskan air matanya. Ini adalah keinginannya,  bukan? Kini tanggung-jawab Papa beralih pada Pria yang baru saja menjadi suami.

-MyDoctor-

Prilly mengikuti langkah Ali yang terlihat terburu-buru. Prilly mendengus kesal karena beratnya dua koper yang ia bawa dari rumah. Setelah acara pernikahan singkat itu, Ali meminta Prilly untuk segera pindah ke Apartemen-- nya tanpa menginap di rumah Prilly.

Awalnya Prilly protes akan hal itu, namun Papa malah membujuknya untuk ikut bersama suaminya. Akhirnya Prilly ikut bersama Ali.

"Bantuin kek!"

"Kamu masih punya tangan!"

"Licin banget tuh mulut!" batin Prilly.

Ali memasukan password apartemen lalu memasuki apartemen. Prilly hanya bisa mendengus kesal melihat Dokter itu benar-benar menyebalkan. Prilly meletakan koper-kopernya sembarangan, ia berkacak pinggang dengan raut marahnya.

MY DOCTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang