Bagian 23

3.2K 318 19
                                    

"Li, pacar kamu selingkuh."

Prilly memukul mulutnya sendiri, bagaimana harus mengatakan ini coba? Prilly mondar-mondir di dalam kamar mandi sambil memikirkan perkataan yang harus ia katakan pada Ali tentang Livia.

"Si pemilik hati kamu tuh selingkuh. Eh, kok lebay gitu ya!" Prilly mengacak rambutnya sendiri, seharusnya ia memakai ponselnya sendiri, tetapi karena ia tak mempunyai nomor Livia dan alasan terbesarnya adalah pulsanya sekarat.

"ILYANA!"

"Mampus gue!"

Prilly memperbaiki rambutnya yang sedikit kusut dan langsung keluar dari kamar mandi. Pemandangan yang baru ia temui adalah Ali tengah duduk di kursi bar dengan kepala yang menelutup di meja bar.

Langkahnya mengendap-mengendap, takutnya Ali akan mengintrogasinya karena berlama-lama di kamar mandi dengan ponsel Ali yang berad di genggamannya.

"Saya tau kamu keluar!"

Dengan susah payah Prilly menelan ludahnya saat mendengar suara tegas Ali yang membuatnya ciut. "Ngapain nyariin? Tumbenan," sahut Prilly.

"Handphone saya ada di kamu!" balas Ali seraya mengangkat kepalanya yang terasa berat. Prilly manggut-manggut lalu memberikan ponsel Ali.

"Hmm, Livia selingkuh dari kamu. Eh gak-gak, bukan waktunya omongin ini sama Ali. Terlebih lagi Ali lagi sakit. Takutnya dia malah makin sekarat," batin Prilly.

"Heh!" sentak Ali saat melihat Prilly melamun. Prilly terhenyak dan langsung tersenyum pada Ali yang sedang berubah menjadi buta ijo.

"Saya lapar."

"Ya terus?"

"Saya suami kamu loh."

"Iya tau dong. Ya terus aku harus gimana?" tanya Prilly dengan nada geram pada Ali yang malah memakai kode-kodean yang membuat kepalanya ingin pecah. "Ya kamu masaklah," pungkas Ali.

Prilly memutar matanya malas, bilang suruh masak aja susah, apa lagi cinta.

"Lagi males masak. Mending kita makan di luar, baby lagi pengen makan makanan di luar nih," kata Prilly sambil tersenyum menggemaskan membuat Ali berdeham saat melihat senyuman Prilly.

"Kenapa dia menggemaskan," batin Ali.

Ali menegakkan tubuhnya dan menatap Prilly yang tengah memohon padanya. "Kamu tau, 'kan saya sedang demam," ujar Ali pelan.

Prilly mengangguk.

"Terus kenapa kamu ajak saya makan di luar? Biar saya tambah demam?" kesal Ali.

Prilly panik seketika saat mendengar notasi kesal dari Ali. "Gak gitu, Mas Alii sayang. Maksud aku ajak kamu makan di luar itu, biar pikiran kamu seger terus biar kepalanya gak pusing lagi. 'Kan, suntuk di apartemen terus. Kali-kali refreshing bareng istri, bukan sama pacar mulu," tutur Prilly dan diakhiri oleh gerutuannya.

Ali mengangguk, walau badannya terasa sangat tak enak. Namun, rasanya ingin juga menikmati kebersamaan dengan Prilly. Entahlah hatinya seakan-akan menghangat saat Prilly memanggilnya Mas Ali sayang.

"Kamu kenapa panggil saya Ali?" tanya Ali karena penasaran kenapa Prilly memanggilnya Ali, padahal ia sering dipanggil Al oleh banyak orang.

"Masa harus Al? Iw, masa harus kembaran sama suaminya Andine di IC. Gak-gak mau! Big no! Gak usah bawel kalo aku panggil Ali, 'kan, itu juga nama singkatan Alfairuz Ilahi," oceh Prilly membuat Ali mengusap telinganya panas.

"Oke, terserah kamu!"

.

Pusing di kepalanya masih saja terasa bahkan ia belum sempat meminum obat. Prilly menyuapkan nasi goreng seafood pada Ali. Namun, Ali menggeleng karena rasa mual membuatnya enggan untuk menyentuh makanan. Prilly meletakkan sendoknya kembali dan menatap Ali penuh penyesalan.

MY DOCTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang