Bagian 34

3.7K 432 40
                                    


Rintik hujan mengguyur daerah Jakarta dari tadi pagi sampai malam ini. Dingin itu semakin menusuk-nusuk ke dalam tulang walau terhalangi oleh sweater kebesaran milik suaminya. Ah, entahlah, semua ini tidak bisa menghangat tubuh mungilnya.

Prilly menatap televisi tanpa minat, tubuh mungilnya terbungkus selimut tebal. Di depannya terdapat hot chocolate yang masih panas hasil delivery.

"Ck, lama!" decak Prilly.

Tadi pagi suaminya bahkan belum pulang-pulang. Iya, Prilly sangat tahu jika hari sedang musim hujan. Namun, apa bisa selarut ini? Prilly kembali berdecak kesal saat tak ada notif sama sekali dari Ali.

"Astaghfirullah. Kenapa gak ngabarin tuh suami. Gue yang repot nungguin dia," gerutu Prillly.

Tayangan televisi pun terasa tak menarik lagi. Prilly langsung berlari saat suara bel berbunyi. Pasti Ali pulang, pikirnya. Prilly merapihkan rambutnya yang sedikit kusut lalu bersiap membuka pintu.

Tubuhnya menegang ketika melihatnya berdiri di hadapannya dengan penampilan basah kuyup. Tubuhnya seakan-akan mati rasa saat melihat dia tersenyum penuh luka.

Tangan dinginnya menyentuh pipi Prilly dan membelainya dengan lembut. Setetes air mata berhasil meluncur. Bibirnya kelu untuk berkata apapun. Tangan itu perlahan menarik tubuhnya dan memeluk tanpa balasan.

"I'm back, baby."

Prilly tersadar, ia telah salah mengizinkan seseorang memeluknya sedangkan ia berstatus istri dari Ali.

Prilly mendorong tubuhnya dan berani menatap mata cokelat itu.

"Pergi!" usir Prilly.

Dia berusaha menyentuh tangan Prilly. Namun, Prilly menepisnya kasar. "Lo harus tau, Reygan Bramatyo. Gue udah nikah! Seharusnya lo tau itu, dan gue ingetin lagi ssma lo," sentak Prilly.

Rey membuang muka lalu tertawa meremehkan pada Prilly.

Dia Rey, seseorang yang pernah menjadi sosok penakluk hati sebelum bertemu dengan Rama. Rey yang selalu berhasil membuatnya patah dan terbang secara bersamaan. Rey adalah cinta pertamanya. Namun, Rey memilih Tiara dan mencampakkannya seorang diri.

Dan, sekarang. Lihatlah dia tak tahu malunya datang-datang dan langsung memeluk tubuhnya. Prilly menatap Rey angkuh sambil bersidekap dada.

"Gue cuma mau jelasin masa lalu kita, Ta. Gue mau hubungan kita kayak dulu lagi. Karena setelah gue putus sama lo, rasanya hidup gue hancur seketika," keluh Rey.

Prilly tertawa renyah. "Hubungan kita udah berakhir, Rey. Seharusnya lo gak dateng. Dan, menurut gue buat apa lo dateng ke sini? Buang-buang tenaga dan waktu," balas Prilly. "Seharusnya lo tanya sama diri lo sendiri. Kenapa lo hancur? Lo pikir setelah lo putus sama cewek lo, gue mau balikan sama lo? Jawabannya, ENGGAK SAMA SEKALI! Gue punya suami yang lebih oke dari pada elo, yang selalu bimbing gue tentang agama," seloroh Prilly menggebu-gebu.

Rey tersenyum membuat Prilly langsung membuang muka. Entah kenapa melihat wajah Rey rasanya ingin muntah di depannya.

"Gue tau  pernikahan lo sama sekali gak didasari cinta. Dan, gue juga tau, kalo lo dikeluarin dari kampus karena hamil di luar nikah bersama Rama." Rey mendekat lalu tersenyum tipis. "Kita sama-sama sampah, bukan? Lebih baik bersama, ketimbang mengotori benda bersih," lanjutnya.

Suara gemuruh tetap mendominan. Prilly menggeram kesal pada si kadal Rey. Dulu saja dia menyia-nyiakannya dengan selingkuh bersama Tiara dan setelah lima tahun berlalu, tanpa ancang-ancang, Rey tiba-tiba muncul dan memintanya untuk kembali.

Dasar pria brengsek.

"Siapa bilang pernikahan gue gak saling cinta? Dugaan lo salah, Rey. Buktinya gue masih berstatus istri sekarang," balas Prilly. Prilly menyentuh dada Rey membuat Rey menyeringai.  "Itu cuma masa lalu. Masa lalu cukup dikubur, biar jadi pelajaran buat masa depan," sambung Prilly.

Rey menggertak, ia menarik kedua pundak Prilly lalu hendak mencium Prilly. Namun, tiba-tiba saja rambutnya terjambak membuat Rey langsung terhuyung ke belakang.

"Dia siapa?"

Tangan Ali tetap anteng mencekal rambut Rey yang basah. Rey meringis perih saat rambutnya seakan-akan ingin lepas dari kepalanya.

Prilly berdoa semoga saja Ali tidak berpikir yang tidak-tidak tentangnya dan Rey. Prilly sedikit meringis melihat jambakan Ali semakin kuat terhadap Rey.

"Aku bisa jela--"

"Penjelasan bisa nanti. Aku tanya lagi sama kamu. Dia siapa? Beraninya hendak mencium kamu," seloroh Ali memotong perkataan Prilly.

Prilly meneguk ludahnya sendiri. Aura Ali tiba-tiba menjadi berubah seperti orang kepanasan. Prilly merapihkan rambutnya lalu berdeham dan berkata. "Dia Rey, mantan aku. Tapi, suer deh aku gak ada hubungan sama sekali sama Rey. Dia cuma orang gila yang tiba-tiba ngajak aku balikan, padahal aku udah nikah sama kamu," tutur Prilly menjelaskan.

Ali menatap datar pada Rey yang masih anteng di sampingnya. "Sekali lagi saya liat Anda bertemu dengan Illyana," jeda Ali. Ali menarik kepala Rey membuat Prilly meringis melihatnya.

"Saya akan bawa Anda ke ruang bedah buat angkat jantung Anda!"

Rey meringis lalu mengangkat tangan. "Oke, oke. Gue gak bakalan ke sini. Tapi, lepasin dulu anj-------ARG, OKE GUE PERGI!" Seketika Ali langsung melepaskan jambakannya lalu membiarkan Rey pergi dengan perasaan malunya.

Ali menatap datar pada Prilly lalu masuk ke dalam apartemen tanpa menoleh sama sekali pada Prilly, tentu saja itu membuat mulut Prilly menganga lebar melihatnya.

Prilly berlari dan langsung meloncat ke gendongan Ali, tak peduli pakaiannya ikut basah. Ali menghela napas melihat kelakuan Prilly kembali seperti semula.

"Dokter cemburu sama Rey?" tanya Prilly geli.

Lehernya semakin terasa tercekik saat Prilly mengalungkan tangan di lehernya.

"Buat apa menjelaskan, kalo kamu tau."

Prilly tertawa lalu mengendus-ngendus di leher Ali membuat Ali menegang seketika.

"Illyana."

"Iya, my doctor?"

"Bisa turun. Kamu bukan bayi lagi, Illyana."

Ali melotot saat Prilly malah menoyor kepalanya. Prilly melompat turun dan mendelik pada Ali. "Ih, gitu amat balesnya. Kamu gak cemburu? Hm? Bisa, 'kan, ngomong kata cemburu? Masa harus pake acara gitu-gituan. Eh, tapi kamu harus tau ya, Ali. Tadi Rey pe---"

Jantungnya semakin berdebar saat Ali menarik tubuh Prilly erat bahkan sangat erat. Entahlah seketika tubuhnya menghangat tak kala Ali menaruh dagunya di pundak. Prilly tersenyum lalu membalas pelukan Ali.

Suara hujan menjadi pengiring di antara pelukan. Ali terdiam, mungkinkah ini adalah perasaan cemburu saat melihat Prilly bersama laki-laki lain. Sebelumnya ia tak pernah merasakan hal ini pada Livia, bahkan ia sering melihat Livia bertemu dengan rekan laki-lakinya. Namun, Ali biasa-biasa saja.

Ali melepaskan pelukannya lalu menarik tekuk Prilly dan menciumnya. Ini benar-benar double, bukan? Sudah dikasih pelukan, ditambah dengan ciuman. Prilly menutup mata dan bermain dengan bibir manisnya. Tak ingin kalah dengan Ali, Prilly menekan tekuk Ali walau ia harus berjinjit.

Keduanya sama-sama melepaskan ciuman. Ali mengusap bibir Prilly dengan ibu jarinya dan tersenyum manis melihat Prilly menatapnya tanpa berkedip.

"Kamu kenapa?"

Prilly mengkedip lalu memainkan kemeja hitam Ali yang sedikit lembab. Prilly perlahan membuka satu-persatu kancing kemejanya.

"Mau lebih, boleh?"

Seketika wajah Ali memerah mendengar permintaan Prilly. Seluruh kancing kemejanya sudah dilepas oleh Prilly dan langsung memperlihatkan dada bidangnya. Tangan Prilly meraba perut sixpack Ali, Ali mengepal saat Prilly malah berani memancingnya.

"Cuaca yang pas, bukan?"












___

Kangen gak sih sama My Doctor?

Kalo bener-bener kangen

Ramein dong:)
















MY DOCTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang