Bagian 5

2.8K 257 8
                                    

Prilly menarik selimutnya agar menutupi bagian tubuhnya. Kepalanya benar-benar terasa berat dan pusing, di tambah dengan hidung yang tersumbat. Benar-benar menyiksanya.

Prilly jamin itu adalah terakhir kalinya ia hujan-hujanan. Menyesal tentunya, sudah tau ia sangat rentan hujan-hujanan pasti akan berujung demam.

"Minum obatnya!"

"Hmmm, gak Pa. Pahit!" tolak Prilly.

Arya mendesah kecewa. Putrinya ini memang benar-benar keras kepala, tak mau mendengarkan perkataannya. Prilly menutup kupingnya dengan bantal membuat Arya langsung menarik bantal itu membuat Prilly langsung terperanjat.

"Papa kenapa sih?!"

"Stop! Kekanakan. Minum obat. Dan, lanjutin kuliah kamu, Illyana!" tutur Arya tegas.

Sesekali Prilly harus ditegaskan. Bahkan Arya merasa bersalah saat mengetahui Putrinya hamil diluar nikah dan Pria itu malah melarikan diri meninggalkan Putri kesayangannya.

"Gak! Aku malu, Pa. Papa gak ngertiin aku. Aku malu, semua orang tau aku hamil, Papa!!"

Arya menghela nafasnya. Ia mengerti dengan keadaan Prilly sekarang. Berita kehamilannya sudah tersebar ke seluruh seluk beluk universitas. Prilly diam dengan air mata yang mulai mengalir.

"Papa harus apa sekarang?"

"Tunggu aku!"

"Maksudnya?"

"Aku bakalan nikah sama orang yang mau nikahin aku!" balas Prilly dan langsung beranjak dari berbaringnya.

Arya melebarkan matanya mendengar perkataan yang terlontar dari Putrinya sendiri, benar-benar diluar dugaan. Prilly merenggut melihat reaksi dari Papanya yang benar-benar diluar dugaan.

"Kamu jangan mengada-ngada, Illyana. Mana mungkin ada orang yang mau nikah sama wanita yang hamil diluar nikah!" cerca Arya.

Walau Arya ingin sekali Putrinya menikah agar tidak membuat keluarganya malu, namun bukan dengan cara memaksakan kehendak orang lain.

"Jangan pernah memaksakan orang lain. Papa bakalan bantuin kamu buat minta pertanggung-jawaban dari Rama," kata Arya.

Prilly menggeleng lemah. Ia tentunya putus asa untuk meminta pertanggung-jawaban dari Rama. Dia benar-benar pergi tanpa jejak sekalipun, bahkan Prilly tidak tau Negara mana yang Rama singgahi.

"Aku tetep akan nikah sama orang lain, Pa. Papa cukup diem aja."

Prilly merasa kepalanya kembali terasa sangatlah pusing. Ia pun membaringkan kembali tubuhnya dan membiarkan Papa berada disampingnya.

"Papa gak mau kamu hidup sengsara, Illyana. Menikah tanpa cinta itu sakit." Arya termenung mengingat percintaannya bersama mendiang Mama Illyana yang menikah tanpa cinta.

Hasil perjodohan tentunya, namun lamban-laun. Arya dan juga Shena, Mama Illyana saling mencintai sampai mereka mempunyai kedua buah hati. Di awal Arya memang merasakan sakitnya bagaimana menikah tanpa rasa cinta, niatnya ingin mengakhiri pernikahannya bersama Shena, namun Arya menyadari jika cinta tubuh diantaranya.

"Papa gak usah khawatir. Cinta bisa datang seiring berjalannya waktu," balas Prilly.

Arya mengangguk. Tangannya terangkat untuk mengusap kepala Putrinya. Tentu Arya sangat percaya akan hal itu, cinta akan datang seiring berjalannya waktu karena dirinya pernah merasakan hal itu.

"Terserah kamu. Papa selalu berdo'a, agar Putri Papa bahagia."



-MyDoctor-

MY DOCTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang